Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Kamis, 22 Juni 2017

Arus Deras, Arus Narasi dari Empat Penulis.


Ada dua hal menurut Ernest Hemingway yang membuat cerpen (cerita pendek) menjadi menarik untuk dibaca, pertama yaitu kisah yang diceritakannya ibarat gunung es di laut. Keindahan panoramanya hanya seperdelapan bagiannya yang muncul di atas air, dan dari seperdelapan tersebut menyimpan sebuah magma yang dahsyat. Begitu juga cerpen, pembaca bisa menangkap dan menafsirkan gagasan atau tema yang hendak disampaikan oleh penulis dari ceritanya yang pendek. Yamg kedua adalah penulis menceritakan bukan menggurui apalagi menghakimi lewat tokoh-tokoh yang diciptakannya. Cerpen-cerpen yang didalamnya bukan sebuah khotbah, cerpen yang tanpa banyak menggurui. Pengarang lewat cerita yang ditulisnya menghujamkan rentetan pertanyaan-pertanyaan yang memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.

Di buku kumpulan cerpen Arus Deras (Tukang Bunga dan Burung Gagak II) ini, saya menemukan cerita-cerita yang pendek yang memenuhi dua hal di atas. Kumpulan cerpen bersama yang ditulis oleh empat penulis yaitu, Agnes A. Majestika, Ana Mustamin, Kurnia Effendi, dan Kurniawan Junaedhi. Buku kumpulan cerpen ini merupakan buku kumpulan cerpen kedua dari para penulis tersebut dengan judul Tukang Bunga dan Burung Gagak. Dengan latar belakang kehidupan penulis yang berbeda menghasilkan cerpen-cerpen dengan tema, deskripsi tempat dan peristiwa yang beragam. Agnes A. Majestika lebih banyak berkisah tentang cinta dengan dengan deskripsi tempat di Jepang, Ana Mustamin berkisah dengan latar belakang bisnis sesuai dunia kesehariaanya, Kurnia Effendi dan Kurniawan Junaedhie dengan latar belakang kisah tentang sastrawan dan kehidupannya. Tetapi keempatnya tampak piawai meramu Kepadatan, kelugasan, kecermatan, dan deskripsi latar yang tepat. Hal ini membuat peristiwa yang tampak biasa menjadi cerpen yang menawan.cerpen yang bisa mengaduk emosi ataupun menyergap pikiran, cerpen-cerpen yang seperti sebuah puisi yang kaya makna.

Setelah membaca enam belas cerita pendek ini ( masing-masing penulis empat cerpen), saya mencoba untuk memberikan catatan-catatan tentang tiga hal yang menarik. yang pertama adalah tentang gagasan atau tema yang diambil oleh penulisnya. Pada cerpen Di tepi Harukoma ( halaman 3 ) Agnes menceritakan tema cinta. Tentang cinta yang di satu sisi membuat seseorang bahagia, sedang di ruang hati seseorang yang lain merintih dan harus berdamai dengan rasa kehilangan. Sedang pada cerpen Tanah ( Halaman 21 ) tema sifat serakah manusia dikisahkan dengan menarik. Ana Mustamin, sebagai penulis yang sehari-hari bekerja di BUMN menyodorkan tema kharakter dan sifat-sifat manusia dalam dunia bisnis. Warung Kopi Uya ( halaman 55 ) menjadi kisah yang menarik tentang sepasang suami istri yang punya impian menjadi enterpreuneur CafĂ© sukses tetapi masih “lugu” berhadapan dengan dunia bisnis yang penuh topeng tipu daya dan siasat licik. Juga pada Akusisi (Halaman 69) yang berkisah tentang perubahan-perubahan secara cepat dalam perkembangan sebuah perusahaan hingga harus mengorbankan sumber daya manusianya yang sebenarnya loyal. Sebuah cerpen yang berisi ironi-ironi kehidupan.

Tema cinta juga ada pada cerpen Sepasang Pengarang (halaman 111) Karya Kurnia Effendi ( KEF), dengan gaya bahasa yang puitis, dan gaya bercerita secara sinisme cerpen ini menjadi menarik dan tidak menjadi klise. Begitu Juga pada Arus Deras (halaman 129) yang merupakan penggalan atau fragmen sempalan calon novel tentang Raden Saleh yang sedang ditulis bersama Iksaka Banu, dalam Arus Deras ini, tema cinta menjadi tema yang tidak membosankan, karena pembaca dipaksa mencerna kisahnya berdasarkan dialog dua tokohnya yang saling bersahutan. Dipisah Dua Benua ( halaman 139) Kurniawan Junaedhie memberikan tema tentang jenis-jenis sastrawan lewat tokoh HH seorang sastrawan yang menjadi politisi. Dengan pernyataan-pernyataan lewat tokoh HH yang terkesan sarkasme ini, penulis berhasil menyergap perasaan pembaca. Sedang pada cerpen Perempuan Beraroma Melati (halaman 147) kurniawan mengangkat tema kematian dengan latar orang-orang yang menunggu keluarganya di Rumah Sakit. Cerpen yang membuat pembaca bisa merasakan begitu dekatnya kematian.

Yang kedua adalah gaya bercerita keempat penulis yang telah lama malang melintang di dunia kepenulisan ini tampak piawai menuliskan cerita dengan gaya mengalir linier dan flash back. Mereka berhasil membuat cerpen yang “Menjadi” (meminjam istilah Chairil Anwar ), sebuah cerita yang benar-benar pendek, ringkas tidak bertele-tele tapi berhasil mengganggu pembacanya untuk berimajinasi lewat tokoh dan cerita yang diciptakannya, kemudian merenungkan apa isi yang tersirat dalam kisah-kisah pendek tersebut. Cerita- ceritanya menarik untuk dibaca karena ditulis secara cermat, selain kharakter para tokohnya juga latar belakang tempat para tokoh yang diciptakannya berada. Masing-masing penulis juga jeli dalam menyelipkan kalimat-kalimat puitis, sinisme, ironi dan bahkan sarkasme pada nuansa kalimat-klaimat yang disusunnya. Dalam gaya penceritaan ini yang juga menarik adalah bagaimana mengakhiri ceritanya atau pada ending cerita. Cerpen-cerpen di kumpulan Arus Deras ini memberikan ending yang terbuka, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berdentangan dalam kepala pembaca, Ending yang bisa ditafsirkan sesukanya oleh para pembaca.

Yang ketiga adalah makna apa yang bisa direnungkan oleh para pembaca setelah membaca cerpen-cerpen ini. nilai-nilai kehidupan apa yang sebenarnya hendak disampaikan di dalam tiap cerita. Bukan sebagai bagian dari pencarian benar dan salah, tetapi lebih kepada menguak apa yang sebenarnya hendak di sampaikan penulis. Dalam hal inilah pembaca karya sastra juga dituntut untuk cerdas dalam membaca. Menurut saya, dalam cerpen-cerpen di buku ini, penulis-penulisnya lebih memilih menyampaikan realitas yang ada di kehidupan ini sesuai dengan realitas yang sering ditemuinya dan berjalin kelindan dengan sifat-sifat yang ada pada manusia , sifat yang menjadi dasar dalam tingkah lakunya, dan memberikan konsekuensi-konsekuensi logis yang harus diterima oleh para tokoh yang ada diceritanya dan bagaimana harus menghadapinya.
Orhan Pamuk, penulis pemenang nobel dari Turki mengatakan membaca itu ada 3 tingkatan, yang pertama adalah membaca hingga kita larut dengan kisahnya, yang kedua adalah selain kita larut dengan kisahnya, kita juga mengerti apa makna yang tersembunyi dalam kisah kisah tersebut. Dan yang ketiga adalah mencakup dua hal di atas dan ditambah dengan menjadikan apa yang kita baca menjadi inspirasi inspirasi hingga kita bisa  menuliskannya dalam bentuk yang lain. Semoga buku kumpulan cerpen Arus Deras ini bisa menginpirasi para pembacanya hingga bisa menjadi ide-ide baru yang bisa dituliskan dalam genre-genre sastra yang lain.
Salam Sastra,



Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun.

Judul buku : Arus Deras
Penulis : Agnes A. Majestika
Ana Mustamin
Kurnia Effendi
Kurniawan Djunaedhie
Penerbit : Kosa Kata Kita, Jakarta
Cetakan : Pertama 2017

Sabtu, 13 Mei 2017

Kekalahan yang Agung dan kemenangan Yang Senyap



Kekalahan yang agung dan kemenangan yang senyap

Dalam kehidupan, kita selalu berharap menang menghadapi kompetisi-kompetisi yang kita jalani. Sehingga Grup Rock Queen pun membuat lagu dengan judul “We Are The Champion”...
We are the champions - my friendsAnd we'll keep on fighting - till the end -We are the champions -We are the championsNo time for losers'Cause we are the champions - of the world –

dan kita pun berlomba-lomba membuat rekor kemenangan dalam hal apapun. Hingga terkadang lupa, bahwa ada proses untuk mencapai kemenangan itu, ada rangkaian cara untuk menggapainya. Ketika kita ingin meraih kemenangan dengan cara apapun bahkan  dengan cara yang tidak elegan atau bisa diistilahkan cara yang tidak “sportif” maka kemenangan yang kita raih pun akan menyisakan rasa hampa di hati. Tidak ada rasa “pride” karena kita telah menipu hati nurani sendiri.


hal ini bisa kita rasakan pada kekalahan Ahok, judul diatas saya maksudkan sebagai sebuah realitas yang kita rasakan pasca Pilkada DKI.  Ahok memang kalah, boleh dikatakan telak dalam hitungan matematis, tetapi proses-proses yang  dilaluinya bener-bener hebat dan ada berbagai upaya rekayasa untuk membuatnya kalah. Hal yang pertama dan utama yang saya maksud adalah tuduhan penistaan Agama.

Kalau kita cermati, dan sebagaimana juga dinyatakan dalam pernyataan sikap Jaringan Gusdurian bahwa tidak ada nada Ahok sedang menghina, juga kalau kita bisa mencermati susunan dan urutan kata dalam pernyataan Ahok tersebut. Dari titik inilah awal segala trik dan intrik  dimulai. Mulai dari gelombang Demo berjilid-jilid dengan tema bela agama sampai hal-hal intimidasi untuk tidak mensholatkan mayat yang memilih Ahok, sang penista agama.

Dan yang lebih tragis lagi Ahok harus dipenjara dengan tuduhan yang tidak pernah dilakukannya yaitu menistakan Agama Islam. Dan kenapa saya menyebutnya dengan kekalahan yang Agung, karena meski Ahok kalah, tetapi kalah dengan sportifitas, dan ketika Ahok dipenjara, ribuan orang menyalakan lilin-lilin di setiap kota di seluruh penjuru negeri ini, sebagai bentuk solidaritas, memberikan simpati dan empati, seakan memeberi pesan kepada dunia seperti ungkapan yang sangat terkenal : lebih baik menyalakan lilin darupada mengutuk kegelapan.

Saya jadi ingat lirik puitis lagu karya James F Sundah, yang dinyanyika chrisye ..Lilin-lilin kecil
Engkau lilin-lilin kecil-Sanggupkah kau mengganti-Sanggupkah kau memberi-Seberkas cahaya-Engkau lilin-lilin kecil-Sanggupkah kau berpijar-Sanggupkah kau menyengat-Seisi dunia

Sehingga setiap hari bisa kita saksikan ribuan nyala lilin di penjuru kota, sebuah isyarat, sebuah tanda bahwa Ahok selalu ada di hati masyarakat Indonesia, bukan hanya masyarakat DKI saja, meski beliau adalah Gubernur DKI. Inilah apa yang dikatakan oleh Gus Dur, Bahwa yang lebih penting dari politik adalah Kemanusiaan. Masyarakat yang cinta NKRI merasa mempunyai perjuangan yang sama yaitu menjaga keutuhan NKRI agar tidak terpecah belah oleh politik identitas dan politik perbedaan.

Pada titik inilah saya merasakan bahwa ini adalah sebuah kekalahan yang agung bagi Ahok dan bagi para pendukungnya. Dan bagi pihak yang menang ini adalah kemenangan yang senyap, bukan sesuatu yang gemilang karena sesungguhnya kemenangan sejati adalah kemenangan melawan nafsu-nafsu sendiri. Kemenangan yang senyap pada akhirnya akan terasa hampa, karena tidak ada nilai-nilai cinta kemanusiaan di dalamnya.




Arif  Gumantia