Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Selasa, 14 Oktober 2014

Hasrat dan Keterasingan ( Resensi Kumcer Wina Bojonegoro, Negeri Atas Awan)



Banyak orang menyukai cerpen, karena para pembaca diajak untuk menyaksikan sebuah lanskap, yang merupakan representasi dari sebuah kehidupan nyata. Dan dengan kemahiran Penulisnya dalam meghujamkan endingnya yang terbuka, akan memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi. Dan menurut saya wina bojonegoro mencoba melakukannya di dalam menulis cerita-cerita pendeknya ini. Bercerita dengan lepas, tanpa berpretensi untuk menggurui.

Wina Bojonegoro, yang punya nama lengkap Endang Winarti, novelis dan cerpenis yang lahir di bojonegoro dan sekarang tinggal di surabaya ini, dalam buku kumpulan cerpennya Negeri Atas Angin. Ada benang merah yang dapat saya tarik sebuah tema dalam 21 cerita pendeknya ini. Sebuah tema “keterasingan” para tokoh-tokoh (yang diciptakan wina) dalam menggeluti realitas yang menimpa baik karena ingin memenuhi hasrat yang terpendam ataupun karena mengikuti persepsi yang seolah olah adalah realitas.. Dan wina  memelilih gaya bahasa tidak puitis tapi bahasa yang lugas dan terkadang ada nuansa sinisme di dalamnya.

Keterasingan-keterasingan terjadi dalam cerita ini karena banyak hal, tapi bermuara pada sebab hilangnya sifat jujur pada diri sendiri. Seperti pada cerpen rumah rahasia (hal. 25) bagaimana Kilby dan Naomi  perlu membangun rumah rahasia untuk menikmati hubungannya yang rahasia. Meskipun di tempat yang indah dan ideal tetapi  ada perasaan terasing yang mereka rasakan. Atau pada perempuan yang menikahi kura-kura (hal 47). Bagaimana seseorang menciptakan sebuah realitas bahwa ada perempuan yang hamil oleh kura-kura untuk menutupi perbuataannya memperkosa perempuan tersebut.

Pada cerpen negeri di atas angin ( hal 77 ) wina terlihat cermat dalam detail ketika menceritakan suasana desa dengan tokoh penari yang bernama darsini. Mungkin karena wina juga berasal dari desa sehingga mampu mengeksplorasi makna ekspresif pada kisah ini. Makna yang muncul hasil pergulatan penulis dengan sosiogeografis tempat penulis tumbuh dan berkembang.

tema “keterasingan”  dalam menggeluti realitas kehidupam  megapolitan  tampak pada cerpen Mozaik ( hal 121) . dimana ketika materi begitu berlimpah hingga sebuah pasangan suami istri tak punya waktu untuk sekedar menyandarkan bahu dan memberikan sebuah pelukan yang dalam. Dan sang suami cukup berpikir simple membayar seseorang umtuk mengajari bermain piano atau membuat sketsa agar istrinya tidak kesepian.

Orhan Pamuk, penulis pemenang nobel dari Turki mengatakan membaca itu ada 3 tingkatan, yang pertama adalah membaca hingga kita larut dengan kisahnya, yang kedua adalah selain kita larut dengan kisahnya, kita juga mengerti apa makna yang tersembunyi dalam kisah kisah tersebut. Dan yang ketiga adalah mencakup dua hal di atas dan ditambah dengan menjadikan apa yang kita baca menjadi inspirasi inspirasi hingga kita bias menuliskannya dalam bentuk yang lain

Pada beberapa cerpennya menurut saya akan bisa merangsang pembaca untuk menjadikan kisah kisahnya sebagai sebuah inspirasi yang menarik seperti pada cerpen tentang drupadi, mimpi tentang Dong Mon dan malaikat yang menyembunyikan sayap.
Meskipun tidak ada pembaharuan pembaharuan dalam bercerita dan beberapa cerpennya endingnya klise seperti pada cerpen lebaran untuk palupi dan Lang lang dan kelana, tetapi secara keseluruhan wina berhasil menuliskan gagasan gagasan yang ada di benaknya ke dalam cerita.


 
 Dimuat di jawa Pos minggu

Kamis, 17 Juli 2014

Perlukah Form C1 untuk TNI ?

Ketakjujuran akan membuatmu jauh dari orang orang yang kau cintai ( sleeping beauty).


Berita berita tentang oknum TNI dalam Pilpres 2014 datang silih berganti. sebelum hari pemungutan suara 9 juli kita sudah dikejutkan dengan berita adanya anggota babinsa Koptu Rusfandi terbukti melakukan pendataan terhadap warga di wilayah tugasnya di jakarta pusat, tapi tidak bermaksud mengarahkan pilihan warga pada pilpres mendatang.

berita pasca pilpres adalah Komisioner KPU Sulsel Mardiana Rusli mengungkap ada oknum intelijen TNI dari KODIM yang mendatangi sekretariat KPU di empat kabupaten di sulsel yaitu Bulukumba, Pangkep, Luwu, dan Pare Pare. Oknum itu meminta dokumen formulir C1 hasil perhitungan suara pilpres.

dan yang juga marak adalah adanya rumor Cikeas Center. data cikeas center itu sampai cepat karena Presiden SBY menggunakan jalur TNI-Polri di seluruh indonesia.
ketiga hal tersebut segera di bantah oleh Masing Masing Institusi. Terkait dengan Babinsa mabes TNI menyatakan bahwa hal tersebut adalah untuk pendataan dan pemetaan wilayah. Pangdam Sulsel juga menyatakan tidak ada instruksi untuk mendata formulir C1 di setiap TPS. selanjutnya Kapuspen Mabes TNI Mayjen Fuad Basya menyatakan petugas teritorial TNI-AD mencatat hasil pemungutan suara hanya untuk keperluan pemetaan kekuatan politik dan kerawanan konflik sosial di daerah tersebut.
sedangkan JUbir Prsesiden Menegaskan bahwa tidak ada pusat tabulasi suara di cikeas atau yang disebut cikeas center.


dalam pilpres seperti saat ini, di mana struktur penyelenggara Pemilu di tingkat bawah ada yang juga merupakan timses dari para capres, dan juga struktur birokrasi mulai dari gubernur dan bupati yang pasti juga adalah berasal dari parpol dan juta timses salah satu capres maka kenetralan TNI amat sangat mutlak diperlukan, karena untuk mengantisipasi adanya kecurangan yang bisa memunculkan potensi konflik di sebuah daerah.

Akan tetapi menurut saya meminta dokumen form C1 bagi TNI itu tidaklah perlu. yang diperlukan adalah sekedar mencatat saja hasil hasil di TPS, yang bisa dilakukan oleh masing masing babinsa di tiap tiap koramil, untuk kemudian di rekapitulasi di KODIM. sebagai bahan untuk pemetaan kekuatan politik pasca pilpres. hingga bisa melakukan tindakan preventif agar tidak sampai terjadi konflik sosial yang di akibatkan friksi dari para pendukung atau simpatisan capres.

sedangkan pendataan sebelum pilpres seperti yang dilakukan babinsa di jakarta, menurut saya hal ini tidak perlu dilakukan. yang perlu dilakukan adalah sesuai namanya yaitu bintara pembina desa dengan cara mengadakan dialog secara intens dengan para tokoh tokoh di daerah tersebut yang mempunyai pengaruh kuat atau tokoh yang mempunyai massa jumlah besar, agar bisa memberikan pengaruhnya untuk menciptakan suasana yang kondusif aman dan damai baik sebelum pilpres, saat pilpres, dan pasca pilres.

tentunya hal demikian bisa dilakukan apabila semua jajaran di TNI benar benar melakukan komitmen Netral dalam pilpres, baik dalam sikap maupun tindakan.

Jumat, 18 April 2014

Di Sudut Pasar

malam baru saja melahirkan pagi
tapi telah menuliskan berbagai kisah di tempat ini
ketika aku duduk di warung kopi
bersama petani yang memulai hari
sebelum matahari dan hujan
melukiskan pematang pada tubuhnya

juga para pedagang kecil
sebelum tinggal pada lapak lapak
yang sempit untuk meruangkan takdirnya.

suara sumbang pengamen
peluit yang menyergap dari tukang parkir
membumbung ke angkasa seolah menyentuh langit
tak ada kisah asmara di sini
tertindas oleh suara tawar menawar yang penat

aku bangkit
dan menyeret langkahku
mall dan supermarket
telah memberiku kegelisahan
hingga aku sulit mengenali peta masa lalu
meski aku lahir dan hidup
dari mata airmu.



Pasar saradan,
12 april 2014
Arif Gumantia

Senin, 14 April 2014

Potret sosial dalam puisi W. Haryanto

Sebuah karya sastra baik prosa maupun puisi, dalam proses kreatif lahirnya karya tersebut banyak unsur yang mempengaruhi. Terutama dengan konteks masyarakat tempat lahirnya karya tersebut. Dalam hal ini, karya sastra bisa dipandang sebagai suatu gejala social, berupa fenomena, norma, perilaku, adat istiadat, kejadian dan peristiwa yang berlalu di masyarakat.

Gejala social yang di olah oleh Penyair, cerpenis, atau novelis, direkakan, di imajinasikan, dirangkaikan, di sintesakan menjadi sebuah teks yang terpadu dan otonom. Begitu juga upaya yang di lakukan oleh W Haryanto,penyair,esais,penulis naskah drama,dansutradara Teater Mata  Angin Unair Surabaya dalam Buku “Manisfesto Ilusionisme”..Pernyataan terbuka para penyihir”.


Hanya sedikit saya temukan buku puisi dari penyair indonesia, setelah era (alm) WS. Rendra yang mengekspresikan karya-karyanya dengan menulis apa yang dilihat, didengar, dan dihayati dari kondisi masyarakat sekitarnya. Penyair yang bisa mengidentifikasikan dirinya dengan mereka yang terluka, mereka yang dimiskinkan oleh kekuasaan, mereka yang disergap kesepian dan membuatnya terasing dalam derap laju pembangunan yang gegap gempita.

Dari yang sedikit itu, saya temukan nama W Haryanto ini yang  telah   malang melintang didunia kepenyairan,dan menghasilkan berbagai     karya  antologi Puisi.       Dalam kata    pengantarnya  W haryanto mempunyai  “kredo” bahwa         Puisi  yang unsur esensinya   adalah   Bahasa,adalah    sebagai bahasa    Penyadaran dan bukan  hanya sebagai  bahasa      komunikasi.    Sebagai sebuah    alat        perjuangan menyadarkan masyarakat  bahwa    ada tatanan yang timpang,kejadian-kejadian penuh ironi di negeri ini    juga dunia.
Seperti pada Puisi  “Kemerdekaan “ :
.............

Jakarta! Hatta yang lama! Ada gemuruh
Burungburung membukabuka       peti
Mencari  kompas      dan cerita
“kemerdekaan   siapakah”? kita lekas
Menutup halaman buku

Puisi yang menyergap kesadaran    akan pertanyaan kemerdekaan negri  ini   untuk siapa?             Ketika rakyat kehilangan arah untuk memperbaiki nasibnya. Dan yang diuntungkan oleh kemerdekaan hanya beberapa orang saja.
Seperti apa yang pernah di katakan oleh (alm) WS Rendra “hanya dalam solidaritas dengan lingkungan alam, budaya dan kosmos, manusia dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan hingga bisa manjing ing kahanan dan manunggaling kawula Gusti”. Demikian juga upaya yang dilakukan Penyair  W Haryanto dengan Puisi-puisinya ini adalah sebuah laku untuk Manunggaling kawula Gusti, dengan cara mengekspresikan perasaan dan kedalaman penghayatannya atas apa yang dilihat dan didengar di lingkungan masyarakatnya , seperti apa yang ditulisnya dalam Puisi-puisinya “sirkus pengadilan Indonesia,      balada orang mati di tugu tani,    pemilu, Lapindo, kereta   yang   datang sore hari”

Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi ketidak adilan. Yang sebelum mengendap menjadi kenangan, selalu disuarakan. Sebuah suara yang meski liris dan lirih tetapi cukup untuk selalu mengasah Belati nurani kita agar tajam dan bisa menikam semua bentuk kemunafikan. Seperti Puisi:

Balada Perlawanan orang    Mesuji

.............................
Jangan tinggalkan mereka dimesuji
Saat desember  melepas  kavaleri,seperti bunyi  kincir,
Mereka tubuh yang menguap dan dihancurkan..jalan
Siapakah   di tapal batas ini? Firman tuhankah ?
Di mesuji setiap turun  dari awan hitam,
Gerimis yang mengetuk pintu
Dengan tangisan,seolah ada     yang takbisa  kembali

Perjuangan terberat kita adalah “perjuangan melawan lupa” demikian ungkapan yang terkenal dari Novelis Dunia Milan Kundera. Dan memang demikianlah kenyataannya.dan W Haryantomenulisnya dalampuisi-puisinya karena  Dalam kehidupan kenegaraan kita begitu gampang melupakan sebuah kepedihan dan penderitaan. Kita begitu cepat lupa dengan apa yang dilakukan Rejim ORBA, peristiwa Mei 1998, semburan Lumpur Lapindo, dan sebentar lagi kita juga akan melupakan kasus Gayus,dll.

Tentunya sah-sah saja seperti yang   ditulis dikata pengantar  Bahwa  W Haryanto menulisbahwa    dia ingin melawan “politik Salihara/utan kayu” dalampengertian Melawan dengan karya, maka Puisi-puisinya berusahauntuk menjadi bahasa penyadaran,bukan sebagai  puisinya para Penyair yang meminjamistilah  WS.Rendra Para penyair salon,yang bersyair    tentang anggur dan rembulan,sementara  ketidakadilan merajalela disekitarnya.  Tentunya halini      tidakmudah,  karena puisi  juga memerlukan bahasa yang  indah,   metafora-metafora,ironi,perlambang,dsb.  Tetapi kalau tidak hati-hati maka keindahan kata-kata hanya akanmenjadi  akrobat kata-kata dan permainan struktur teks tanpa makna...dan ini akan menjadi kontradiksi  dengan apa     yang diperjuangkannya.

Saya memberi apresiasi yang      tinggiatas  buku Manifesto Ilusionisme Ini, semoga bisamemberi   kontribusi yang  positif buat  Sastra Indonesia. BRAVO!


Arif Gumantia

Selasa, 08 April 2014

Politisasi Gus Dur

Gus Dur adalah sebuah buku yang terbuka. Yang senantiasa siap kita baca, kita tafsirkan, kita diskusikan, dan barangkali juga siap untuk dicaci maki oleh lawannya, meskipun Gus Dur tidak pernah memposisikan bahwa, mereka yang berbeda ide dan pemikiran adalah sebagai seorang “lawan” tapi lebih sebagai sahabat berdiskusi dan beradu argumentasi. Sebagai sebuah Buku sangat lah menantang untuk dibaca Karena Gus Dur tidak mengikuti arus, juga tidak melawan arus, tapi Gus Dur menciptakan arus pemikiran-pemikiran, yang tidak hanya berhenti pada sebuah ucapan yang bombastis, tapi secara konsisten juga diwujudkan dalam perilaku, tindakan, dan amaliyah beliau.

Ketika begitu banyak orang meributkan masalah Pornografi, Gus Dur melontarkan kalimat : kalau mau mengajari orang baris berbaris ya harus tahu baris berbaris yang benar dulu. Juga sebuah kalimat yang kontemplatif : “Porno atau tidak, itu ada dalam kontruksi pemikiran Kita”. Kalau pikiran sudah “ngeres” melihat seseorang yg tertutup rapat auratnya pun akan bangkit nafsu syahwatnya.

Saat menjadi Presiden, Orang-orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, padahal kalau kita cermati negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia-Afrika. Brasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahunnya, sedangkan kita mengimpor lebih separuh jumlah itu, dari Amerika pula. Maka Gus Dur ke Brasil agar kita dapat membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika. Venezuela mengimpor seratus persen belanja rempah-rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus –persen rempah-rempah kita kesana. Maka Gus Dur mencoba menawari Hugo Chavez membeli rempah-rempah langsung dari kita. Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hasanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunaei Darussalam, lalu melobi negara-negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank-bank di Singapura kesana.

Tapi media dan orang-orang menyebut Gus Dur suka pelesir, bukan memberi sebuah apresiasi sebagai sebuah langkah taktis untuk melawan ketidak adilan dalam tata perdagangan internasional. Padahal itu adalah sebuah langkah kuda dalam catur atau langkah cerdik agar tidak menyerang kekuatan-2 dunia secara frontal. Dan agar negeri ini tidak menjadi “pekathik”-nya negara lain dan hanya bisa “sendiko dawuh”.

Langkah-2 tersebut dilakukan bukan dalam rangka tebar pesona dan pencitraan . Untuk hal-hal yang Prinsip, seperti perjuangan kedaulatan hukum, Pancasila, UUD 45, membela yang diperlakukan tidak adil, Gus Dur tidak pernah berhitung secara politis. Apakah ucapan dan tindakan-tindakannya populer, semua dikesampingkan. Suatu misal ada penyerangan warga ahmadiyah, kita pasti langsung mendapati Gus Dur berbicara di Media, menuntut tanggung jawab pemerintah. Tak peduli hal demikian akan menurunkan popularitasnya.

Gus Dur seperti sebuah buku yang spektrumnya begitu luas, karena begitu luas wawasan intelektualitasnya juga bidang yang diperjuangkannya, dari artikel-artikel dan kolom-kolomnya dulu yang tersebar di media masa dapat kita baca. Ada artikel tentang sepakbola, artikel tentang Budaya, politik. Juga kegemarannya dalam mendengarkan musik, mulai musik timur tengah, musik tradisional, sampai lady rocker Janis Joplin. Dan juga ketertarikannya pada dunia sastra. Gus Dur pernah mengatakan 2 novel indonesia yang paling beliau sukai adalah Bumi Manusia-nya Pramoedya ananta toer dan jalan tiada ujung-nya mochtar loebis.

Begitu banyaknya peran dan ketokohan seorang Gus Dur, tentunya membawa konsekuensi  politis juga, terlebih ini adalah tahun politik, dimana ada Pemilu legislatif dan pemilu presiden. Banyak para politisi yang memasang foto Gus Dur atau menulis  pada stiker, poster, spanduk, dan baliho sebagai penerus perjuangan Gus Dur, tentunya ini akan menjadi sah-sah saja jika yang memasang foto dan menulis Penerus perjuangan Gus Dur  tersebut memang selalu berjuang untuk mewujudkan pemikiran pemikiran Gus Dur seperti memperjuangkan toleransi, kesetaraan dan keadilan. Memperjuangkan kelompok minoritas seperti Syiah, ahmadiyah, etnis tionghoa, dan juga para TKI di luar negeri.
Sebagaimana spektrum yang demikian luas di atas maka kalau  kita tarik benang merah menjadi 9 nilai dasar GUS DUR.

1. KETAUHIDAN, Ketauhidan bersumber pada Allah, satu-2nya Dzat yg hakiki yg maha cinta kasih, yg disebut dg berbagai nama. Ketauhidan yg bersifat ilahi, diwujudkan dlm perilaku dan perjuangan sospol, ekonomi, budaya dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.

2. Kemanusiaan.memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya.dan Gus Dur selalu membela kemanusiaan tanpa syarat

3. Keadilan, karena keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan maka harus diperjuangkan.martabat manusia hny bs dipenuhi dg adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam masyarakat maka GusDur selalu melindungi dan membela pd kelompok masyarakat yg diperlakukan tidak adil, karena ini merupakan tanggung jawab moral kemanusiaan.

4. kesetaraan, bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yg sama di hadapan Tuhan.Kesetaraan meniscayakan perlakuan yg adil GUSDUR sepanjang hidupnya membela yg tertindas dan dilemahkan, termasuk kaum minoritas dan marjinal

5. Pembebasan. semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yg merdeka, bebas dari rasa takut. maka sepanjang kehidupannya GUSDUR selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka.

6. kesederhanaan, sebuah sikap dan perilaku yang wajar dan patut. Menjadi konsep kehidupan yg menjadi jati diri. Dalam hal ini kesederhanaan akan menjadi budaya perlawanan thd budaya elit saat ini yg berlebihan, materialistis, dan koruptif.

7. Persaudaraan yg bersumber pd penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan utk menggerakkan kebaikan Gus Dur dalam hidupnya memberi teladan dan menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yg berbeda keyakinan dan pemikiran.

8. Keksatriaan, bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini. Keksatriaan Gus Dur menunjukkan integritas pribadinya yaitu penuh rasa tanggung jawab, siap dengan konsekuensi yang dihadapi, serta istiqomah. Juga mengedepankan kesabaran dan ikhlas dlm menjalani proses yg seberat apapun dan menyikapi hasil yang dicapai.

9. kearifan lokal, bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yg berpijak pd tradisi dan praktik terbaik masyarkat. Menurut Gus Dur kearifan lokal indonesia di antaranya berwujud pada Pancasila, UUD 45, prinsip Bhinneka Tunggal ika, juga yang berisi seluruh tata nilai kebudayaan nusantara yg beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal mjd sumber pijakan, gagasan dan pijakan sosbudpol dlm membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif thdp perkembangan peradaban.

tentunya menjadi tidak etis jika memasang foto, gambar, atau mengklaim sebagai penerus perjuangan Gus Dur jika hanya untuk mendapatkan suara dalam pemilu. Karena Gus Dur bisa di klaim milik siapa saja, tetapi klaim klaim tersebut akan selalu diuji dan dinilai oleh masyarakat. Apakah hanya sekedar klaim saja ataukah diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Mari kita tanya pada kedalaman hati nurani masing-masing.






Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun
Koordinator Forum Malem jumat Legi
Jaringan Gusdurian kultural Saradan Madiun

Rilis Jaringan GUSDURian (JGD) Selamatkan Demokrasi Indonesia melalui Pemilu Berkualitas.

Rilis Jaringan GUSDURian (JGD) Selamatkan Demokrasi Indonesia melalui Pemilu Berkualitas.



 Jaringan GUSDURian (JGD) merupakan kumpulan ratusan kader penggerak komunitas yang bersetia melanjutkan nilai dan gerakan almarhum Gus Dur melalui jalur kultural (non politik praktis). Jaringan ini berada dalam komando Alissa Wahid putri sulung Gus Dur.Untuk mendorong transparansi hasil Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014 ini, JARINGAN GUSDURIAN (JGD) akan mengimplementasikan program JGD TRaP (Transparansi Hasil Pemilu). 

Program yang melibatkan 150 relawan ini akan melakukan pemantauan hasil pemilu legislatif di 120 kabupaten/kota yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Jumlah kab/kota tersebut merupakan tempat dimana terdapat komunitas GUSDURian.Program JGD TRaP muncul sebagai upaya konkrit JARINGAN GUSDURIAN (JGD) untuk terlibat memastikan perbaikan kualitas pemilu. Republik ini sangat membutuhkan para pemimpin/wakil rakyat yang berintegritas, yang terpilih melalui pemilu yang tidak manipulatif. 

Seperti diketahui banyak pihak, Pemilu tahun ini menghabiskan anggaran sekitar 15 trilyun, dua kali lipat dari biaya pemilu sebelumnya. Jumlah ini tidak bisa dikatakan sedikit sebagai ongkos perbaikan demokrasi. JGD TRaP berkepentingan agar pemiliu tahun ini tidak seperti sebelumnya dimanamanipulasi dan jual-beli suara sudah menjadi rahasia umum. Kami juga mengingatkan kepada seluruh penyelenggara pemilu dan partai politik agar tidak melakukan hal-hal bodoh yang bisa mencederai kualitas demokrasi tahun ini.Yogyakarta, 8 April 2014.

Arif gumantia
Koordinator wilayah jatim...JGD TRap.

cp: 081554848990 email : arifinung@gmail.com twitter : @arifgumantia

Jumat, 24 Januari 2014

sebuah Pengantar untuk Puisi Himas Nur



Sebuah sajak yang menjadi adalah sebuah dunia. dunia yang dijadikan, diciptakan kembali oleh si penyair. Diciptakannya kembali, dibentuknya dari benda (materi) dan rohani, keadaan alam dan penghidupan sekelilingnya, dia juga mendapat bahan dari hasil-2 kesenian lain yang berarti bagi dia, berhubungan djiwa dengan dia, dari pikiran-2 dan pendapat-2 orang lain.

segala yang masuk dalam bayangannya, anasir-2 atau unsur-2 yang sudah ada dijadikannya, dihubungkannya satu sama lain, dikawinkannya menjadi suatu kesatuan yang penuh (indah serta mengharukan) dan baru, suatu dunia baru, dunia kepunyaan penyair itu sendiri.

(Chairil Anwar, Pidato di radio tahun 1946)
Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi keadaan. Meski dengan suara liris dan lirih.

Begitu juga buku antologi Puisi Himas Nuer ini, Bianglala Komedi Putar dan Negeri dongeng. mencoba menjadikan puisi-puisinya sebagai sebuah Dunia. Disuarakan dengan liris oleh Himas. yang mencoba menciptakan puisi untuk menjadi  , yaitu menjadi Dunia penyair

Kenapa “Bianglala, Komidi Putar? “dan ada apa dengan “Negeri Dongeng”? itulah keindahan misteri Puisi. Selalu menghujamkan pertanyaan  bahkan saat sejak membaca judulnya,  yang memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.
Pertanyaan kedua adalah Apa sebenarnya tugas Penyair? Jawabannya menurut saya Sesuai dengan output yang dihasilkannya yaitu Puisi, maka tugasnya adalah bagaimana mengolah sebuah proses kreatif menjadi Puisi. Proses kreatif yang merupakan penjelajahan dari unsur pengalaman (empiris), unsur keindahan (estetis) dan unsur pengamatan (analitis). Di sini penyair bisa mengungkapkan dari sebuah gagasan yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret bagi para pembaca. Dari menafsirkan sebuah kegelisahan diri pribadi sampai merefleksikan kegelisahan masyarakatnya.

Membaca Antologi ini, Bagi saya awal dan sesuatu yang paling awal dari Himas Nur tentunya adalah Buah dari kerendahan hati. Kerendahan Hati dalam memahami berbagai peristiwa yang berlalu. Meski kadang beku dan sekejap kehilangan realitasnya. Kerendahan hati ini begitu penting karena ini adalah awal dari “Keterharuan”. Mengutip Chairil Anwar kembali : Percintaan, kelahiran, kematian, kesepian, matahari, bulan, ketuhanan – inilah Pokok-pokok yang berulang selalu mengharukan Penyair. Dan keterharuan adalah “pokok” yang membuat himas nur melahirkan bait-bait yang indah dalam Puisinya.

Dalam Puisi Bianglala, komidi putar, dan negeri dongeng :

..................................................................
Aku tak suka sejarahmu yang melulu Hujan dan Desember
Kau tahu pasti.
aku bianglala dan kau komedi putar. Dan pada akhirnya dengan bianglala kau akan mampu menjangkau dunia. Dari puisi tersebut kalau saya paraphrasekan terasa bahwa sesuatu yang beragam baik itu sifat, pemikiran, ide akan selalu bisa menjangkau dan menikmati keindahan dunia.
Himas Nur seakan mengajak kita bercakap-cakap melalui puisi-puisinya, dengan penggunakan diksi, kata, kalimat dan bait-baitnya yang berisi Ironi atau perlambang. Dengan gaya ungkap yang Liris, mentransformasikan antara “kegelisahan jiwa” Penyair dengan “kesadaran penyair itu sendiri. Bisa saya rasakan dalam Puisi : Di Persimpangan.

Masih saja kau simpan sore itu
Biru yang tak juga semu
Di kecupku
Dan musim berbuah rintik

Metafora sore dan musim hujannya membuat bait ini jadi indah. Pada bait keduanya tiba-tiba kita terbentur pada sebuah ironi :
Selanjutnya
Terhenti
Di persimpangan
Dan pengulangan
Tinggal hanya.

Dan tiba-tiba imajinasi kita melayang menjangkau sebuah persimpangan sebuah pilihan yang selalu terus berulang dalam hidup.
Atau saya temukan juga di Puisi Jakarta, Dua Desember Dua ribu sebelas.
Aku diliputi Basah
Oleh gerimis yang jatuh terlambat
Olehmu
Kotamu abu abu
Tapi dadaku memetik biru

Kegelisahan saat melihat sebuah kota, pada kota yang hingar bingar tapi menghasilkan warna abu-abu yang senyap, bahkan gerimis pun jatuh terlambat. Tapi si aku tetap memendarkan harapan dengan perlambang “dadaku memetik biru”.

Ada puisi yang membuat saya merenung, haruskah perempuan selalu punya jalan pulang yang sama, adakah jalan itu sesuai dengan yang diinginkan, sebuah renungan yang berayun-ayun antara feminisme dan kodrat sebagai wanita. Berayun-ayun antara kegigihan, kerapuhan, dan rindu akan “pelukan” dan bahu tempat bersandar, meski yang selalu setia adalah kolong ranjang, yang berjudul : Perempuan dan jalan Pulang

pulanglah

pada kolong ranjang yang setia menanti kembalimu

meski musim telah separuh perak

dan asa adalah permulaan kesekian



selesaikan doadoa yang kau tanam di beranda

dan persilahkan tuhan mampir menyambut kepulanganmu

saya mencoba menggali makna, ada sebuah  ruang kontemplasi sekaligus tidak kehilangan keindahan sebuah puisi, karena ketepatan dalam menggunakan bahasa kiasan. Seperti metafora, melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain. (Becker, 1978:317). Dan bagi saya keindahannya tak akan pernah pudar, meski tafsir makna yang saya dapatkan tidak akan setepat apa yang diingankan oleh Himas. Karena
Kita hanya bisa mendekati dengan jejak-jejak tafsir yang kita punyai, demikian kata heidegger.

Ada juga puisi yang menurut saya adalah sebuah potret realitas sosial, sebuah tikaman yang dingin pada bait-bait yang indah, : Perihal laut
Pada laut, aku mengirim sejarah
Tentang ayah yang sibuk memintal peluh
Tentang ibu yang sibuk menanak waktu
Tentang anakanak yang sibuk melarung doa
......................................................................

Fragmen-fragmen kemiskinan telak sudah berorasi
Di dada
Menjelma obituari di kakikaki malam
......................................
Pada Laut aku menerima Sejarah
Tentang ikanikan mati ditelan tikustikus kota
......................................
Selamat atas terbitnya Antologi Puisi ini, Dan terus terang saya memberi apresiasi yang tinggi tentang antologi Puisi Ini. Dengan usia yang masih Muda, masih di Bangku SMA, Himas Nur sudah melahirkan Puisi-Puisi dengan tema yang Beragam. Liris dengan metafora, dan ironi menghasilkan bait-bait yang indah. Meski ada beberapa Puisinya Yang masih bisa dicarikan Diksi yang lebih memikat, agar membuat pembaca lebih “melambung dan terhenyak” tetapi ini merupakan sebuah bagian dari proses kepenyairannya. Semoga selalu rendah hati, agar selalu muncul keterharuan dalam menyulam bait-bait indahnya.
Dan semoga Buku antologi ini bisa memberikan kontribusi bagi khazanah sastra indonesia, dan menarik minat pelajar dan anak muda untuk mencintai puisi.
 mari kita rayakan hidup yang penuh dengan jalinan yang asing dan rahasia ini dengan Puisi. Seperti Puisi yang ada di antologi ini yang paling saya suka : Selamat Ulang Tahun.

Puisi adalah kita saat senja merapat di percakapan.kali ini tak ada wajahwajah berpayung malam dan nanar. Yang kutemui hanyalah desember, senja bergerimis, sebuah buku antologi puisi.Dan matamu yang hening. damai.mereka menyusunmu menjelma kekunang pada malam kelam.

Sekali lagi Selamat dan Bravo Sastra Indonesia.



Madiun, 04-03-2013
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun


Minggu, 19 Januari 2014

Ironi, fantasi, dan Imajinasi Pada Novel The Souls Fantasia karya Wina Bojonegoro

Bagi Yang tidak sempat baca Resensi saya di Jawa Pos tgl. 1 desember 2013, selamat membaca :






Padmaningrum,kulitnya hitam, hidungnya tidak mancung, biasa saja dalam penampilan, gadisdesa dari gandusari trenggalek. Dan secara “berani” dijadikan tokoh utama dalamsebuah Novel.
ItulahNovel “The Souls Fantasia” Novel kedua dari Tetralogi The Souls karya WinaBojonegoro, Novelis dan cerpenis Kelahiran Bojonegoro Jawa Timur. Dan dimulaidari penemuan secara aneh Biola asli Antonius Stradivarius, maka kisah Padmabergulir, bersama james, mbing, Mas Tino, Tari, dan teman-temannya di bianglalaorchestra. dan secara Flash Back kisah tentang misteri keluarganya.

Secarastructural banyak hal yang bisa diangkat dari novel ini, dan bagi saya dapatditarik benang merah, ada tiga hal yang menarik saat membaca dan mengapresiasiNovel ini. Yang pertama adalah tema yang dicoba diangkat dalam kisah novel ini,kepedihan dan luka masa lalu yang begitu menghimpit, hingga membuat jiwa-jiwapara tokohnya seperti mencari sebuah “rumah” untuk dihuni.
Yangkedua adalah penokohan. Sebagaimana dalam novel akan menjadi menarik, jikapenulis bisa menggambarkan perubahan karakter sang tokoh karena pengaruhperkembangan usia, pengaruh lingkungan keluarga, juga kondisi sosio grafis.Atau dalam istilah sastra sebagai proses karakterisasi dalam novel.

Yangketiga adalah Plot atau tehnik penceritaan dengan menggunakan alur cerita yangdisusun bolak balik, antara masa lalu dan kini. Bisa menciptakan semacamlorong  yang berputar, bisa menyergap emosi pembaca dan mengaduknya hinggapembaca penasaran untuk segera menuntaskan endingnya. Dimana bagian awal danakhir novel bisa menjadi semacam “chemistry” dari novelnya.



Novelini termasuk novel yang tak banyak menggurui. Penulisnya tidak memberikansebuah kesimpulan-kesimpulan tapi justru menghujamkan rentetanpertanyaan-pertanyaan , memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasipembacanya. pembaca diajak untuk menyaksikan sebuah lanskap, yang merupakanrepresentasi dari sebuah kehidupan nyata.


DalamNovel The Souls Fantasia, Wina menuliskannya dengan gaya bahasa yang mengalir, dengan sentuhanbeberapa ironi yang memaparkan sebuah tatanan soaial yang jauh dari keadaanyang semestinya, juga masa lalu yang tidak mungkin kita rubah. Selain itu Winajuga terlihat kuat dalam riset untuk menceritakan secara detail tentangberbagai istilah kedokteran dan psikologi. Di mana beberapa tokohnya menjadiabadi dan rohnya hidup di tubuh-tubuh yang berganti.
BiolaAntonius Stradivarius dalam Novel ini tidak hanya sebuah “Biola” tetapi menjadisemacam metafora atau perlambang yang berkisah tentang pengkhianatan,kebahagiaan, cinta, penderitaan, keputus asaan, hingga gairah, sebagaimana sebuahorchestra kehidupan seperti komposisi dari chopin Fantasia impromptu. Biolayang mengisahkan rapuhnya jiwa-jiwa manusia dalam mengarungi kehidupan.


MilanKundera mengatakan Novel adalah sepotong prosa sintesis yang panjang. dandidasarkan pada permainan dengan tokoh-tokoh yang diciptakan.Prosa"sintesis" sebagai keinginan novelis utk memahami subyeknya darisegala sisi dan dalam kelengkapannya yang paling penuh. kekuatan sintesis.menyatukan "Esai ironis,narasi novelistis, penggalan otobiografis,kenyataan historis, aliran fantasi" menjadi kesatuan tunggal. hinggakekuatan sintesis novel ini sanggup mengkombinasikan segala hal ke dlm kesatuantunggal seperti  bebunyian dari musik polifonis. kesatuan novel tidakharus berasal dari plot, tapi bisa disediakan oleh tema.

DanWina Bojonegoro mencoba menulis prosa sintesis ini, ada esai ironis tentangkesenjangan kehidupan pada masyarakat desa, narasi novelitis tentang kehidupantokoh-tokohnya, kenyataan histories dari tradisi masyarakat  Juga aliran fantasi dan imajinasi yang membuatpembacanya membayangkan apa yang sedang terjadi dan dirasakan tokoh-tokohnya.

Dalamkonteks mengusung inovasi estetis, novel ini tidak merupakan sebuah novelpembaharuan estetis. Dan di Perlambang-perlambang di berbagai adegan sepertisaat Padma mencoba bunuh diri, seperti Kisah dewa candra yang dikejar olehprabu kalaharu (hal 291) kurang ditulis secara mendalam, tetapi secarakeseluiruhan novel ini nikmat untuk kit abaca dan banyak hal yang bisa direnungkanpembaca.



JudulNovel : The Souls Fantasia
Penulis  : Wina Bojonegoro
Penerbit: Indie Book Corner
Perum Buana Asri VillageBlok D-4
SlemanJogjakarta
Cetakanpertama
355Halaman




ArifGumantia
KetuaMajelis Sastra Madiun