Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Senin, 29 Juni 2015

Happy Rock Monday #7 ( Rumah Kita, God Bless)




Rumah adalah mata sejarah kata Pramoedya ananta Toer. Rumah tempat kita tumbuh, hidup, dan merawat kenangan. Sebuah tempat tidak sekedar berlindung dari hujan dan panas, tapi juga tempat kita berbagi kehangatan dan kebahagiaan. Bukan karena kemegahan dan kemewahannya, tapi lebih kepada bagaimana sebuah rumah bisa membuat kita merasakan kebahagiaan.

Oleh karena itu orang inggris mengatakan jadikan rumah dari “House” menjadi “Home”..sebuah tempat di mana kita bisa berbagi keceriaan, tempat menyimpan duka, dan sebuah tempat yang fun. Sebuah rumah yang selaras mewujud dengan “rumah di dalam hati” masing masing penghuninya.

Barangkali itulah kenapa God Bless, Super Grup kebanggaan negeri ini menciptakan komposisi lagu yang indah dengan judul “Rumah Kita”. Dengan petikan gitar ian antono yang melodius, dentuman bass donny fatah, gebukan drum teddy sujaya, suara lantang maestro vocal achmad albar, dan sentuhan keyboard dari yocky, membuat lagi ini abadi menembus ruang dan waktu.

Sebuah lagu yang menceritakan tentang bagaimana kebahagiaan itu kita dapatkan, dengan menggunakan metafora “Rumah”. Dengan mensyukuri rumah yang kita punya, dengan mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan, maka kita akan bisa merasakan kebahagiaan. Bahagia itu sederhana, tetapi kenapa kita justru sering mengejar fatamorgana. Sebagai sebuiah grup Rock yang legendaris dan lintas zaman, God Bless mengajak pendengarnya merenungkan music dan liriknya.

Lebih baik di sini,
rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada di sini
Rumah kita
Rumah kita
Ada di sini



 https://www.youtube.com/watch?v=afeXLpsKTmc

Rabu, 24 Juni 2015

DIALOG GUS DUR DAN SANTRI





Santri : "Ini semua gara-gara Nabi Adam, ya Gus!"

Gus Dur : "Loh, kok tiba-tiba menyalahkan Nabi Adam, kenapa Kang."

Santri : "Lah iya, Gus. Gara-gara Nabi Adam dulu makan buah terlarang, kita sekarang merana. Kalau Nabi Adam dulu enggak tergoda Iblis kan kita anak cucunya ini tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tinggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu, Gus?"

Gus Dur : "Ya tidak tahulah, saya kan juga belum pernah nyicip. Tapi ini sih bukan soal rasa. Ini
soal khasiatnya."

Santri : "Kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih, Gus? Kok Nabi Adam bisa sampai tergoda?"

Gus Dur : "Iblis bilang, kalau makan buah itu katanya bisa menjadikan Nabi Adam abadi."

Santri : "Anti-aging gitu, Gus?"

Gus Dur : "Iya. Pokoknya kekal."

Santri : "Terus Nabi Adam percaya, Gus? Sayang, iblis kok dipercaya."

Gus Dur : "Lho, Iblis itu kan seniornya Nabi Adam."

Santri : "Maksudnya senior apa, Gus?"

Gusdur : "Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari pada Nabi Adam dan Siti Hawa."

Santri : "Iblis tinggal di surga? Masak sih, Gus?"

Gus Dur : "Iblis itu dulunya juga penghuni surga, terus di usir, lantas untuk menggoda Nabi Adam, iblis menyelundup naik ke surga lagi dengan berserupa ular dan mengelabui merak sang burung surga, jadi iblis bisa membisik dan menggoda Nabi Adam."

Santri : "Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang bisikin, tetap saja Nabi Adam yang salah. Gara-garanya, aku jadi miskin kayak gini."

Gus Dur : "Kamu salah lagi, Kang. Manusia itu tidak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal sebelum Nabi Adam lahir ... eh, sebelum Nabi Adam diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi."

Santri : "Lah, tapi kan Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal di surga?"

Gus Dur : "Iya, sempat, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau tidak, cepat atau lambat, Nabi Adam pasti juga akan diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya, yaitu memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan mengajari Nabi Adam bahasa, kasih tahu semua nama benda. (lihat Al- Baqarah : 31).

Santri : "Jadi di surga itu cuma sekolah gitu, Gus?"

Gus Dur : "Kurang lebihnya seperti itu. Waktu di surga, Nabi Adam justru belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah beliau turun ke bumi."

Santri : "Aneh."

Gus Dur : "Kok aneh? Apanya yang aneh?"

Santri : "Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah Nabi Adam gagal, setelah tidak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan."
Gus Dur : "Lho, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu tidak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau tidak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau tidak melakukannya. Tapi bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru dan salah, Tuhan tahu itu. Tapi meski demikian nyatanya Allah memilih Nabi Adam, bukan malaikat."

Santri : "Jadi, tidak apa-apa kita bikin kesalahan, gitu ya, Gus?"

Gus Dur : "Ya tidak seperti itu juga. Kita tidak bisa minta orang untuk tidak melakukan kesalahan. Kita cuma bisa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak."

Santri : "Lalu Nabi Adam berhasil atau tidak, Gus?"

Gus Dur : "Dua-duanya."

Santri : "Kok dua-duanya?"

Gus Dur : "Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi mereka berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan."

Santri : "Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Gus."

Gus Dur : "Siapa bilang? Tentu saja berguna dong. Karena menyesal, Nabi Adam dan Siti Hawa dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (lihat Al-Baqarah: 37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena tidak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat."

Santri : "Ooh ..."

Gus Dur : "Jadi intinya begitulah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ya yang iblisi itu kalau sudah salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya justru malah merasa bener sendiri, sehingga menjadi sombong."

Santri : "Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa, Gus? Tidak mengakui Tuhan?"

Gus Dur : "Iblis bukan atheis, dia justru monotheis. Percaya Tuhan yang satu."
Santri : "Masa sih, Gus?"

Gus Dur : "Lho, kan dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok."
Santri : "Terus, kesalahan terbesar dia apa?"

Gus Dur : "Sombong, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran."

Santri : "Wah, persis cucunya Nabi Adam juga tuh."

Gus Dur : "Siapa? Ente?"

Santri : "Bukan. Cucu Nabi Adam yang lain, Gus. Mereka mengaku yang paling bener, paling sunnah, paling ahli surga. Kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Mereka tuduh kafir, ahli bid'ah, ahli neraka. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka tidak mau menghormati orang lain. Kalau sudah marah nih, Gus. Orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak, mencuri kitab kitab para ulama. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh."

Gus Dur : "Wah, persis Iblis tuh."

Santri : "Tapi mereka siap mati, Gus. Karena kalo mereka mati nanti masuk surga katanya."

Gus Dur : "Siap mati, tapi tidak siap hidup."

Santri : "Bedanya apa, Gus?"

Gus Dur : "Orang yang tidak siap hidup itu berarti tidak siap menjalankan agama."

Santri : "Lho, kok begitu?"
Gus Dur : "Nabi Adam dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (lihat Al- Baqarah: 37). Bukan waktu di surga."

Santri : "Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?"

Gus Dur : "Pinter kamu, Kang!"

Santri : "Santrinya siapa dulu, Gus Dur ..
🙏😇💜

Minggu, 21 Juni 2015

Happy Rock Monday #6 ( Here i go again, Whitesnake )



Rutinitas yang membelenggu tetapi selalu indah untuk di kenang adalah masa masa sekolah dan kuliah. Bukan seberapa banyak pelajaran yang kita ingat, tetapi romantika dan kenangan yang mengitarinya. Kalau ditanya berapa persen pelajaran yang di ingat, barangkali saya ingat 20 % aja sudah cukup baik.:-) karena begitu banyaknya pelajaran waktu itu, menghapal butir-butir pancasila aja sudah “mblenger”.

Ada beberapa pelajaran yang tidak saya suka waktu SMA, seperti kimia dan geografi. Dan waktu kuliah di matematika begitu banyak kerumitan mata kuliah yang harus di selesaikan. tetapi bukan hanya hal ini yang member I warna masa masa itu. Tetapi ada banyak hal yang merupakan berkah di masa masa itu. Ada banyak teman yang menemukan jodoh waktu sekolah or kuliah, atau  mendapat beasiswa waktu kuliah.

Meskipun waktu kuliah saya lebih sering nongkrong ngopi bareng, mendengarkan music rock, menonton konser, main teater dan menonton teater daripada belajar atau “nengkluk” di perpustakan, Bagi saya hal terpenting adalah mendapat banyak teman sejati waktu itu hingga kini. Menjadi teman mulai remaja, muda dan tua. Menjadi sahabat seperti saudara di masa suka dan duka.

Selain itu ada hal hal positif yang di dapat dari kongkow dan pertemanan, ketika bangku kuliah memberikan kita kerangka berpikir yang sistematis, maka hal hal di luar bangku kuliah memberikan kita wawasan untuk membuka pikiran dari berbagai sudut pandang. Menempa kita untuk punya simpati dan empati. Sebagaimana Isaac newton menemukan rumus gravitasi bukan pada saat duduk di bangku kuliah, tapi saat duduk di bawah pohon apel.

Dan waktu kuliah itu saya suka banget dengan lagunya Whitesnake yang berjudul “ Here I go again”. Sebelum era MP3, jadi mendengarkannya memakai tape recorder dan pita kasetnya terkadang bisa “keriting” saking seringnya di Reff.:-)…dengan suara gahar “jantan banget” yang khas David Coverdale mantan vokalis deep purple ini menyuarakan perjalanan yang tiada henti di kehidupan..

I don't know where I'm goin
but I sure know where I've been
hanging on the promises in songs of yesterday.
An' I've made up my mind,
I ain't wasting no more time
but here I go again, here I go again.
 
Tho' I keep searching for an answer
I never seem to find what I'm looking for.
Oh Lord, I pray you give me strength to carry on
'cos I know what it means to walk along the lonely street of dreams.

Here I go again on my own
goin' down the only road I've ever known.
Like a drifter I was born to walk alone.
An' I've made up my mind,
 I ain't wasting no more time

Setelah lulus ada yang jadi guru, dosen, wiraswasta, dokter, pengacara, musisi, seniman, penulis, politisi, pejabat, dan lain lain. Ada yang tidak sesuai dengan jurusan yang diambil “I don't know where I'm goin
but I sure know where I've been “. Sebagaimana kata penyair chairil anwar : Nasib adalah kesunyian masing- masing, Oh Lord, I pray you give me strength to carry on
'cos I know what it means to walk along the lonely street of dreams. Kekuatan Doa dan semangat yang akan membuat kita bisa memberi makna hidup dan kehidupan ini dalam menempuh perjalanan ini yang pasang surutnya tak terduga. Hidup yang penuh dengan jalinan yang asing dan rahasia.

Keep on rockin’


 https://www.youtube.com/watch?v=2fP9hW7655U



Jumat, 19 Juni 2015

Penamaan Bilangan Jawa dan Filosofinya

.
Mencermati urutan bilangan, terutama dalam bahasa Jawa, akan menimbulkan pertanyaan tentang nama bilangan yang menyimpang (berbeda) dari pola yang ada.
Penyimpangan tersebut terjadi pada beberapa angka sampai angka 60. Ya, sampai angka 60, tidak jauh-jauh dari capaian usia manusia Jawa. Sepertinya penyimpangan tersebut memang ditujukan untuk mengingatkan usia manusia.


Coba kita lihat.
Pertama angka 11-19 tidak disebut sepuluh siji, sepuluh loro, …, sepuluh songo; melainkan sewelas, rolas,…, songolas.
Disini sepuluhan diganti welasan. Artinya pada usia 11-19 adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) terutama kepada lawan jenis. Masa akil balik. Masa remaja.
Dalam banyak bahasa bilangan 11-19 memang diberi nama dengan pola yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan belasan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan teen, sehingga remaja pada usia tersebut disebut teenagers.


Selanjutnya bilangan 21-29 dalam bahasa Jawa juga dinamakan berbeda dengan pola umum yang ada.
Dalam bahasa lain biasanya sesuai pola. Misal dalam bahasa Indonesia diucapkan dua puluh satu, dua puluh dua,…, dua puluh sembilan.
Dalam bahasa Jawa tidak diberi nama rongpuluh siji, rongpuluh loro, dst; melainkan selikur, rolikur, …, songo likur.
Di sini terdapat satuan LIKUR yang tidak lain merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis, dan lain sebagainya.




Namun demikian ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi. Bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe.
SELAWE singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok. Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah pada umumnya orang menikah (dadi manten). Mungkin tidak tepat pada usia 25, tapi diantara 21-29 lah yang pas. Pada saat kedudukan sudah diperoleh, pada saat itulah seseorang siap untuk menikah.


Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola: telung puluh, telung puluh siji, telung puluh loro, dst. Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50.
Setelah sepuluh, rongpuluh, telung puluh, patang puluh, mestinya limang puluh. Tapi 50 namanya menjadi seket. Pasti ada sesuatu di sini.
SEKET dapat dipanjangkan menjadi SEneng KEthonan, suka memakai kethu/ tutup kepala/topi/kopiah. Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk nutup botak, atau rambut yg memutih. Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah.
Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.



Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan enem puluh melainkan sewidak atau suwidak.
SEWIDAK dapat dipanjangkan menjadi SEjatine WIs wayahe tinDAK. Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi. Maka kalau usia kita sudah mencapai 60, lebih berhati-hatilah dan tentu saja semakin banyaklah bersyukur, karena usia selebihnya adalah bonus.
Sekedar nyampaikan gothak gathik mathuk-e wong Jowo, yg pasti ada "pesan" disana..😊😊
Semoga bermanfaat..

Minggu, 14 Juni 2015

Happy Rock Monday #5 ( Tom Sawyer, Rush )



Salah satu lagu yang menjadi teman ngopi pagi, dan sebagai lagu “spirit in the morning” saya adalah Lagu Tom Sawyer –nya Rush. Dimulai dengan hentakan drum disusul dengan permainan keyboard dan komposisi gitar, juga suara geddy lee yang khas menyerupai perempuan menjadikan lagu ini “wajib” untuk dinikmati pagi hari saat kita membutuhkan mood buster.

Drummer rock Jeli Tobing bahkan berpetuah kepada anaknya Ikmal Tobing “”Jika ingin menjadi drummer rock maka kamu harus mampu memainkan ‘Tom Sawyer’ nya Rush,’Rock N’Roll’ nya Led Zeppelin dan ‘Highway Stars’ nya Deep Purple.Karena ketiga lagu itu menampilkan pakem ngedrum rock yang bener.

Lagu ini diinspirasi oleh novel legendaries karya mark twain “adventures of tom sawyer” yang roh cerita dan narasi narasinya ditransformasikan ke dalam komposisi music oleh Drummer kutu buku Neil Peart lalu banyak mengadopsi karya literer sebagai konten utama lirik-lirik lagu Rush. Lagu dengan semangat petualangan dan pembebasan.

Today’s Tom Sawyer
He gets high on you
And the space he invades
He gets by on you

No his mind is not for rent
To any god or government
Always hopeful, yet discontent
He knows changes aren’t permanent
But change is

And what you say about his company
Is what you say about society
Catch the witness, catch the wit
Catch the spirit, catch the spit



Tiga orang musisi yang menguak sejarah music Rock ini seakan menuturkan bahwa kehidupan ini adalah sebuah Perjalanan (petualangan)  yang harus kita jalani, dengan segenap tenaga dan pikiran, dan selalu percaya pada harapan. Karena akan selalu terjadi perubahan. Perubahan akan selalu diikuti perubahan berikutnya, tidak ada perubahan yang permanen.

Catch the witness, catch the wit
Catch the spirit, catch the spit

Raih selalu kebijaksanaan dan semangat dalam setiap perjalanan hidup ini. Raih nilai nilai kebijaksanaan di setiap suka dan duka. Di setiap kesedihan dan kegembiraan. Dan perjalanan hidup ini akan dapat kita nikmati jika kita mempunyai jiwa jiwa yang merdeka. Sebagaimana Kata alm. Gus Dur : semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa jiwa yang merdeka .

Dengan oktaf yang diturunkan sang vokalis geddy lee melantunkan lirik :

The world is, the world is
Love and life are deep
Maybe as his eyes are wide


Hidup dan cinta begitu dalam…dan kita harus mempunyai wawasan pandangan yang luas, ketika kehidupan dan cinta yang kita inginkan, tidak selalu kita dapatkan, karena terbentur oleh kenyataan yang menghimpit. Tetapi bukankah Imam al Ghozali mengatakan : Tak ada yang lebih indah dari takdir Tuhan, meski tak sepenuhnya dapat kita pahami, karena yang terindah adalah rahasia.



https://www.youtube.com/watch?v=i8eaiBOh_G0

Selasa, 09 Juni 2015

Bilang Begini, Maksudnya Begitu ( Review Buku Sapardi Djoko Damono )



Buku “Bilang Begini, Maksudnya Begitu” Karya Sapardi Djoko Damono ini adalah Buku Apresiasi Puisi yang tidak berisi teori teori sastra yang ‘njelimet’ atau rumit tetapi  semacam ajakan untuk mengapresiasi puisi dengan pengenalan medium yang digunakan penyair yaitu alat kebahasaan berupa : gagasan, metafora, ironi, citraan, perlambang, suasana, imajinasi, dan sebagainya. Dan cara penjelasannya pun sangat mudah dipahami karena dengan menampilkan contoh contoh puisi.

Sapardi Djoko Damono, Sastrawan dan Dosen Universitas Indonesia ini membagi bukunya dalam 11 bagian yaitu wujud visual berita dan cerita, Puisi sebagai bunyi, jenis-jenis Puisi, Bilang Begini, Maksudnya Begitu. Memilih Kata, Iman: Manusia dan Pencipta, Simpati kepada orang susah, Cinta, Sikap Hidup, Memanfaatkan Dongeng, dan Penutup. Dengan penekanan pada apresiasi yaitu penghargaan atau kesadaran akan adanya nilai yang berharga dalam puisi.

Hal yang menarik di bab pertama adalah perbedaan berita dan cerita dalam puisi, perbedaan pertama adalah tanda baca, penyair bisa menyusun tanda baca sedemikian rupa agar bisa menimbulkan perasaan tertentu bagi yang membacanya, dan yang kedua adalah susunan larik yang berbeda dengan berita yang ditulis di Koran. Ada larik larik yang panjang dan pendek, pada puisi sehingga pembaca bisa merasakan suasana yang dibangun oleh penyair. (Hal 7)

Puisi sebagai bunyi, menjelaskan betapa pentingnya bunyi dalam puisi tulis, karena pada saat kita membaca puisi, huruf huruf yang tercetak dalam kertas itu berubah menjadi bunyi dulu dalam pikiran kita, sebelum menjelma makna. Dalam menjelaskan jenis jenis puisi pun Sapardi juga tidak menggunakan teori-teori tetapi dengan berbagai contoh puisi diantaranya Puisi Taufiq Ismail “Tentang sersan Nurkholis” dan Puisi “Pidato di kubur orang” karya Subagio Sastrowardoyo . yang dengan mudah dapat kita pahami apa itu Puisi Sindiran atau Ironi.(Hal 31)

Menurut Sapardi Ironi inilah sebenarnya terletak inti puisi : “bilang begini, maksudnya begitu”. Penyair menyampaikan sesuatu gagasan tetapi cara penyampaiannya dengan menggunakan peranti bahasa yang berupa metafora, personifikasi, dan ironi sehingga pembaca harus menafsirkan makna yang tersirat dari larik larik puisi tersebut.dan terkadang puisi puisi tersebut bisa menjadi puisi parabel atau nasehat bagi pembacanya. Disini diperlukan kecerdasan pembaca untuk menafsirkan puisi bukan hanya apa yang tersurat, tetapi juga apa yang tersirat, hingga bisa menggali gagasan dan amanat puisi yang ingin disampaikan Penyair.

Sapardi memberi contoh seperti soneta yang ditulis Chairil Anwar “Kabar dari Laut” :
…………………………..
Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi
Pembatasan Cuma tanbah menyatukan kenang
Dan tawa gila pada wiski tercermin tenang.
…………………………………….
Kata kata yang dipilih Chairil Anwar mengekspresikan gejolak emosi yang kuat, dan menggunakan perumpamaan atau ibarat bahwa hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Dan contoh metafora pada Puisi WS. Rendra :
………………………..
Dadanya bagai daun talas yang lebar
Dengan keringat berpercikan
Ia selalu pasti sabar dan sederhana
Tangannya yang kuat mengolah nasibnya
…………………………..
Penyair menggunakan kata bagai untuk membandingkan dua hal, dadanya bagai daun talas yang lebar. Dada petani dan daunt alas. Penyair menggunakan Metafora atau perbandingan : dua hal dibandingkan dengan maksud menjelaskan maknanya. Tangannya yang kuat mengolah nasibnya, nasib yang abstrak, dianggap sebagai sesuatu yang kongkret hingga bisa diolah seperti sawah.

Perkembanga puisi erat kaitannya dengan perkembangan bahasa, oleh karena itu Penyair harus cermat dalam memilih kata dan gaya bahasa. Penyair memang sering dikatakan bisa menciptakan bahasa ‘baru’ karena memiliki licentia poetica atau hak khusus dalam menulis sastra. Setidaknya mampu dan memiliki hak untuk menciptakan ungkapan baru. (Hal 72). Atau sebaliknya, penyair bisa juga kembali ke bahasa klasik untuk mengusahakan kecermatan ekspresi seperti yang dilakukan oleh penyair Amir Hamzah.

Karya sastra sering menyediakan jawaban bagi berbagai persoalan, oleh karena itu penyair sering memberikan amanat bagi pembacanya, penyair ingin membantu pembaca yang mencari pegangan dalam menghadapi masalah dalam rohaninya. Bagian ini dibahas Sapardi dalam bab Iman: Manusia dan Pencipta, dengan memberi contoh contoh puisi salah satunya adalah puisi panjang Goenawan Mohamad yang berjudul Gatoloco, puisi yang bersumber pada karya klasik jawa yang erat kaitannya dengan tasawuf, yakni serat Gatholoco. Puisi yang menggoda kita untuk mempertimbangkan dan merenungkan hubungan kawula-Gusti.

Di kebudayaan manapun di belahan dunia ini puisi banyak ditulis sebagai bagian dari simpati kepada orang susah. Hal ini juga dibahas oleh Sapardi, dengan memberi contoh dari puisi Toto Sudarto Bachtiar “Gadis peminta-minta”
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
……………………….
Duniamu lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tetapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
…………………
Sajak yang ditulis tahun 1955 itu bisa dianggap mewakili puisi tahun 50-an yang banyak mengungkapkan simpati penyair terhadap orang miskin.

Berbicara tentang puisi tentu tidak pernah lepas tentang tema cinta, yang menurut Sapardi cinta adalah pengalaman yang sangat merepotkan kita, hingga para penyair manapun sejak penciptaan puisi klasik sampai sekarang sering menciptakan puisi dengan tema cinta. Puisi juga bisa digunakan oleh penyairnya untuk memperlihatkan sikap hidupnya, baik dengan teknik menggunakan gaya ungkap prosa liris atau puisi tentang peristiwa.

Di bagian akhir buku Sapardi memaparkan puisi yang ditulis dengan memanfaatkan dongeng, situasi yang melandasi proses kreatif penyair yang unik sebab ia berketepatan untuk menggunakan dongeng, misalnya dongeng tentang wayang yang diambil dari kisah mahabarata atau Ramayana yang mengalami modifikasi cerita. Hal ini menuntut kecerdikan penyair untuk menuliskannya dalam lirik ringkas, dengan tafsir yang menjadikannya dramatic karena diksi dan latar yang diciptakannya.(hal 130)

Secara keseluruhan buku yang ditulis Sapardi Djoko Damono ini sangat bermanfaat untuk dibaca oleh siapapun. Baik pelajar, mahasiswa, Guru, Dosen, sastrawan, atau anggota masyarakat lainnya, karena gaya bahasanya yang sederhana dan disertai banyak contoh hingga mudah untuk kita pahami. Dan layak kita beri apresiasi yang tinggi di tengah minimnya buku tentang apresiasi Sastra di tengah hingar bingar kehidupan politik yang mendominasi narasi negeri ini. Meskipun contoh yang diberikan kurang beragam terutama tidak adanya karya puisi dari penyair jawa timur, bali, dan Indonesia timur lainnya. Juga ketiadaan teori teori sastra yang membuat pisau analisanya kurang tajam.


Judul Buku : Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Penulis   :  Sapardi Djoko Damono
Cetakan  : 2014
Jumlah halaman : 138 halaman
Penerbit  : PT. Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok 1 lt. 5
Jl. Palmerah Barat N0. 29-37
Jakarta 10270