Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Sabtu, 24 Desember 2011

Buku "Kembali Berdetak"


Tidak ada pelajaran tertinggi selain pelajaran yang kita dapatkan dari jalan kehidupan, tak ada kepintaran yang perlu dibanggakan dibandingkan segala hikmat yang alam sudah sediakan buat semua umat manusia.

Demikian sebuah bait dalam prolog buku “Kembali Berdetak” karya suami istri Philip Triatna dan Julie Tane. Philip Triatna adalah seorang trainer, motivator dan pengusaha yang mempunyai latar belakang seorang pembina rumah rehabilitasi bagi orang muda yang kecanduan obat atau drug. Sedangkan Julie Tane adalah seorang sarjana Desain Graphis, yang selain penulis, juga sedang mengembangkan dirinya sebagai seorang pelukis.
Buku ini berisi 14 Kisah inspirasi untuk kehidupan yang lebih bermakna.membaca buku ini seperti membaca bagaimana kita memaknai hidup yang penuh dengan jalinan asing dan rahasia. Juga memberikan inspirasi-inspirasi agar hidup kita yang fana ini jadi kian berwarna. Dan bagi yang semangat hidupnya sedang berada di titik terendah, buku ini bisa membuat hidup kita “kembali berdetak”.

Inspirasi pertama adalah cinta mula-mula.kita akan bisa merawat kehidupan cinta kita, baik perkawinan, keluarga, pekerjaan, karier, impian, dan sebagainya jika kita selalu kembali pada cinta mula-mula. Yaitu menemukan hal yang baru pada obyek yang lama, penuh antusias, dan punya semangat juang yang tinggi. (Hal. 16)

Inspirasi kedua adalah kembali pada orang yang berjasa. Karena orang yang pernah berjasa dalam hidup kita adalah kepanjangan tangan dari Tuhan. Jadi kembali kepada mereka adalah wujud dari rasa syukur kita kepada Tuhan, dan dengan ucapan syukur tersebut akan membawa kita agar selalu tertunduk rendah hati di hadapan semesta. (Hal 33)

Inspirasi ketiga mengajak kita untuk merenungkan tentang makna kebebasan. Dengan ilustrasi kisah dari asal usul beruang kutub yang menarik. sebuah metafora tentang bagaimana seringnya kita menyalah artikan arti kata bebas, sehingga bukan kebebasan yang kita dapat, malah sebaliknya kita terbelenggu oleh tingkah laku kita sendiri. Ada empat kebebasan yang dimiliki oleh orang yang mempunyai kebebasan, yaitu orang bebas bisa bahagia dan bersyukur, orang bebas bisa menjadi dirinya sendiri, orang bebas bisa fokus pada impiannya, orang bebas bisa merencanakan hal baik dalam pikirannya. (Hal 47)

Kembali memecahkan rekor pribadi adalah kisah inspiratif yang keempat. Bahwa kehidupan yang Tuhan berikan adalah pertarungan memecahkan rekor pribadi. Setiap hari, kita bertarung dengan diri kita untuk menjadi lebih baik dari kemarin. Bukan untuk orang lain, tapi terutama untuk diri sendiri . (Hal 62)

Inspirasi kelima adalah Sayang itu memaksimalkan. Jika kita menyayangi seseorang, maka kita harus selalu bisa memberikan ruang dan membantu agar orang yang kita sayangi bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya, seperti bakat misalnya. Karena pada dasarnya siapa yang membantu orang lain, terutama orang yang dikasihinya, sesungguhnya sedang membantu dirinya sendiri. (hal. 83)

Ada satu hal yang benar-benar bertahan selamanya, yaitu persahabatan. Demikian quote dari John C. Maxwell. Kutipan ini ada dalam inspirasi ke enam yaitu Suporter Fanatik untuk sahabat. Menurut Philip triatna dan Julie Tane sahabat adalah orang yang selalu hadir dalam hati kami, dan kami selalu ada dalam hati mereka. Persahabatan memberikan nilai tambah dalam kehidupan kedua pihak. (hal 91)

Menjaga diri supaya tetap rendah hati mirip seperti menjaga anak kecil yang baru belajar jalan. Dia tidak bisa diam dan selalu melejit ke mana-mana. (hal 111). Ini adalah bagian dari inspirasi yang ketujuh yaitu Kerendahan hati tidak permanen. Karena itu hati kita harus selalu dijaga dengan seksama. Karena kalau lengah, hati bisa berubah menjadi buas dan menyerang kita dengan kesombongan. Kerendahan hati itu sikap untuk terus percaya selalu ada hal yang lebih baik di depan yang belum ditemukan oleh diri kita. Hal baik itu bisa berasal dari mana saja, dari siapa saja.

Berbahagialah Matamu karena melihat, inspirasi yang kedelapan dari buku kembali berdetak ini. Melihat seperti apa yang bisa membuat kita bahagia? Karena mata adalah pintu untuk memasuki pikiran kita, logika kita, keputusan kita. Hidup kita diatur oleh apa yang masuk ke dalam pikiran kita. Jadi mata harus kita latih untuk melihat yang baik, yang perlu kita lihat, bukan hanya yang enak dilihat saja. (hal 134)

Inspirasi yang kesembilan adalah Hidup Rapuh tanpa lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat, selain sehat secara fisik, juga harus merupakan lingkungan yang bisa membuat kita bahagia, ada damai, keterbukaan, ada solusi, tidak ada ketakutan dan kepalsuan. Sebuah tempat di mana kita aman membesarkan anak-anak, aman menjadi tempat beristirahat bagi orang tua.(hal 144). Dan lingkungan yang sehat dan baik dimulai dari kita, bagaimana kita menjadi pelaku yang mengubah lingkungan menjadi lebih baik.

Memberi bukan berarti status kita di atas mereka, sebuah kalimat yang bagi saya sangat tepat dan kontemplatif. Kalimat ini ada di inspirasi yang kesepuluh yaitu memberi sebagai gaya hidup. Karena semua manusia setara di mata Tuhan. Berada di posisi yang sedang memberi itu semata hanya karena anugerah. Semua akan seperti roda, kadang kita memberi, kadang kita menerima. Dan memberi bukan trend, bukan event, bukan juga perayaan hari raya. Memberi itu gaya hidup, kesenangan dan refleksi hati. (Hal 155).

Inspirasi yang kesebelas adalah orang tua bermimpi lagi. Orang baru merasa kekurangan waktu untuk berusaha mencapai apa yang diinginkannya, mewujudkan impiannya, jika usianya sudah lanjut. Mungkin untuk orang yang masih berusia muda, sulit untuk berpikir seperti itu. Tapi sebenarnya orang tua pun masih bisa bermimpi dan mewujudkan mimpi-mimpinya karena usia tak sanggup membatasi seseorang manusia untuk bermimpi, orang lainpun tak sanggup menahan impian seseorang, hanya dirinya sendirilah yang dapat membatasinya. (hal 177)

Komunikasi menjadi tema dalam inspirasi yang kedua belas. Yaitu komunikasi yang membangun. Dalam komunikasi yang baik, ada semangat yang dapat dibagikan sehingga ada nilai dalam pembicaraan itu. Walaupun topik yang dibicarakan tidak perlu selalu berat, tapi melalui pembicaraan akan membuat orang terbangun. (hal 184). Dan komunikasi itu harus mudah dimengerti. Karenanya harus disesuaikan dengan siapa kita berbicara.

Tertawa itu sehat, demikian yang sering kita baca dan kita dengar . ada juga di inspirasi yang ketiga belas, yaitu Kembali tertawa bebas. Semakin tumbuh dan berkembang, tertawa semakin banyak direkayasa secara genetik. Banyak orang tertawa tapi tidak lagi tertawa lepas, tertawa terbahak-bahak. Tertawanya hambar, seadanya, dan kadang terpaksa. Dalam buku ini Philip dan Julie mengatakan “ Bukan hidup sambil menunggu waktu dan alasan yang tepat untuk tertawa, tapi tertawalah supaya bisa melihat waktu dan alasan yang tepat untuk hidup” (hal 211)

Inspirasi yng terakhir di buku ini sekaligus penutup adalah Indonesia di hati. Cara paling efektif untuk menjaga api cinta pada negeri kami ini adalah dengan mengekspresikannya secara nyata, dengan tindakan yang nyata. (hal 230). Dengan indonesia selalu di hati akan membawa kita pada sebuah sikap untuk tidak pernah menyerah dalam mencintai negeri ini.

Kisah-kisah inspirasi yang ada di buku Kembali berdetak ini, menurut saya merupakan nilai-nilai dasar yang harus terus diperjuangkan dalam membangun negeri kita yang bhinneka tunggal ika. Negeri yang penduduknya beragam dengan berbagai macam suku, ras, etnis, dan agama agar selalu bersatu. Inspirasi-inspirasi yang bagus untuk bersatu membangun diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara menuju ke kehidupan yang bahagia dan lebih bermakna.

Dengan kisah-kisah yang berbasis kisah nyata, buku ini jadi sangat menarik, karena terasa down to earth atau membumi. Karena guru yang tebaik adalah pengalaman, maka pengalaman Philip triatna dan Julie Tane yang dirangkum dalam kisah-kisah inspirasi bisa menjadi guru kehidupan bagi para pembaca.






Judul Buku : Kembali Berdetak
Penulis : Philip Triatna dan Julie Tane
Penerbit : Metalexia Publishing, speed Plaza Blok B/23 Jl. Gunung Sahari XI Jakarta Pusat 10720
Cetakan pertama : November 2011
Format Cover : soft cover
Ukuran : 13,5 x 20,5 cm
Halaman : 240
Harga : Rp. 50.000,-
Bisa didapatkan di Toko Buku Gramedia di seleuruh Indonesia.



Madiun, 25 desember 2011
Arif Gumantia, Ssi.
Pekerjaan : Vice Director Konsultan Bisinis “ Dynamic Research”
Jl. Jatinegara Barat 166 G Jakarta timur telp/fax: 021-29361431
Email : arifinung@gmail.com

Senin, 14 November 2011

Bersama Hujan

Bersama hujan

Aku memandang mobil-mobil mewah pongah meintasi aspal jakarta

Di belakangnya tertempel poster “ milik politisi, orang miskin dilarang iri”

Dan orang miskin hanya bisa mengeluh

Seakan memuntahkan segumpal derita dari tubuhnya



Bersama hujan

Aku teringat tanah-tanah basah oleh air mata di papua

Ketika cukong-cukong membabat habis semua tanah,air,logam, dan kehidupan mereka

Sementara para penguasa sibuk menghitung kepala-kepala mereka

Sebagai sebuah angka statistika untuk di pigura dalam museum kesenian



Bersama hujan

Aku memandang lumpur yang perlahan menenggelamkan kota

Menelan masa depan anak-anak mereka

Menelan rumah tempat mereka rindu dan ingin kembali

Ketika semua pejabat sibuk membangun podium dan berebut mikrofon



Bersama hujan

Aku biarkan rindu ini menyusun perasaan-perasaannya sendiri

Mengalir bersama derap kaki-kaki hujan

Berenang menggapai akar-akar teratai hatimu

Pada sebuah danau kenangan



Bersama hujan

Aku terjaga basah kuyup oleh mimpi malam

Yang penuh dengan kehangatan ingatan terhadapmu



bersama hujan

cintaku akan terus menerpa ke seluruh penjuru

seperti angin yang mengandung butiran hujan

Dan tak mengenal kata usai













Madiun, 15 nopember 2011

Arif gumantia

Inspirasi dari lagu “november rain” GnR

Selasa, 27 September 2011

Terperangkap pada dini hari yang sama

Suara malamkah

yang menggerakkan pikiran-pikiran kita

hingga berjalan seperti kapal yang memecah gelombang

menuju bias indah cakrawala



atau kah sepi pada dini hari

yang menggerakkan perasaan-perasaan kita

serasa bunga kenanga yang merindukan tetes embun



Serupa Purnama

kita adalah sepenuh sejarah

yang mencoba mengurai ingatan

dalam hujan kenangan dimana aku bisa hidup



Kita sama-sama menanam harapan

menyemai benih-benih hasrat pada gerak waktu

menumbuhkan setangkai ayat dalam hamparan luka



dan aku semakin jauh mengeja kitabmu

luruh dan larut dalam pusarannya

melukis huruf pada setiap hela nafas rindu

hingga kurasakan melati hatimu

Rabu, 14 September 2011

Puisi-Puisi Kritik Sosial Nanang Suryadi (Orang-orang yang menyimpan api dalam kepalanya)


“manusia manusia tanpa kepala berloncatan dari televisi yang penuh tahyul dan dongeng iklan manusia berkulit putih mulus setelah 3 minggu berlulur krim hingga tak dapat dibedakan mimpi dan nyata” (manusia manusia tanpa kepala, nanang suryadi)

Hanya sedikit saya temukan buku puisi dari penyair indonesia, setelah era (alm) WS. Rendra yang mengekspresikan karya-karyanya dengan menulis apa yang dilihat, didengar, dan dihayati dari kondisi masyarakat sekitarnya. Penyair yang bisa mengidentifikasikan dirinya dengan mereka yang terluka, mereka yang dimiskinkan oleh kekuasaan, mereka yang disergap kesepian dan membuatnya terasing dalam derap laju pembangunan yang gegap gempita.

Dari yang sedikit itu, saya temukan nama penyair yang juga dosen UB Malang, Nanang Suryadi dalam buku kumpulan Puisinya Cinta, Rindu dan orang-orang yang menyimpan api dalam kepalanya .
Nanang Suryadi, lahir di Pulomerak, serang, 8 juli 1973, seorang penyair yang sudah tak asing lagi di percaturan sastra Indonesia, penyair yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Beruntung sekali saya pernah satu Kost-kostan waktu Kuliah DI Malang. Masih ingat sering setelah maghrib nanang mengajak saya sharing tentang Puisinya, sambil membawa buku-bukunya Chairil anwar, subagio sastrowardoyo, WS Rendra, HB Jassin, dll, daripada diskusi tentang ekonomi, jurusan yang diambilnya waktu kuliah.:) hingga waktu itu saya sudah yakin, kalau kelak nanang akan menjadi Penyair hebat.

Buku-buku puisi nanang suryadi antara lain : Sketsa, sajak di usia dua satu, orang sendiri membaca diri, dan lain-lain. Puisi-puisinya Juga banyak masuk di antologi-antologi seperti Puisi tak pernah pergi (Penerbit Kompas,2003) , ini sirkus senyum (komunitas Bumi Manusia, 2002) dan masih banyak lagi. Juga Aktif mengelola fordisastra.com.

Seperti apa yang pernah di katakan oleh (alm) WS Rendra “hanya dalam solidaritas dengan lingkungan alam, budaya dan kosmos, manusia dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan hingga bisa manjing ing kahanan dan manunggaling kawula Gusti”. Demikian juga upaya yang dilakukan Penyair Nanang Suryadi dengan Puisi-puisinya ini adalah sebuah laku untuk Manunggaling kawula Gusti, dengan cara mengekspresikan perasaan dan kedalaman penghayatannya atas apa yang dilihat dan didengar di lingkungan masyarakatnya , seperti apa yang ditulisnya dalam Puisi berikut :

Ada Yang Berguguran Dari Kemarau


“ada yang berguguran dari kemarau berkepanjangan
Mungkin sebuah harap atau cinta yang ditumbuhkan langit
Tapi siapa dapat membaca musim dan hama berliaran
Di negeri tak bernama tak mengenal belas walau sedikit”

Tak perlu kau katakan tentang cinta
Karena ia hanya ada di negeri negeri jauh
Juga bahagia juga tawa juga surga
Hanya berita tersampai lewat desir angin meluruh

...................................................................................


Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi ketidak adilan. Yang sebelum mengendap menjadi kenangan, selalu disuarakan. Sebuah suara yang meski liris dan lirih tetapi cukup untuk selalu mengasah Belati nurani kita agar tajam dan bisa menikam semua bentuk kemunafikan.


Orang-orang yang menyimpan api dalam kepalanya
...........................................................
Jemariku melukis dengan gemetar sebuah kota yang gemuruh, yang mencampakkan orang-orang yang kesepian ke dalam plaza,diskotik, cafe yang riuh serta ruang hotel hendak lunaskan mimpi senggama. Karena industrialisasi (juga modernisasi+westerisasi) telah mencemplungkan mereka ke dalam limbah-limbah pabrik dan melemparkannya ke udara yang pengap. Namun tak jera juga manusia mengadu nasibnya dengan map penuh kertas di tangan mengetuk pintu-pintu kantor, di mana mimpi-mimpi akan disimpan di dalamnya.
Dan pada kerusuhan yang meledak di segala penjuru, kita tatap wajah siapa. Selain orang-orang yang lelah dan benak penuh api, yang akan membakar apa saja. Di tanganku yang gemetar, kota yang meledak menggigilkan harapan ke sudut-sudut peradaban.


Sajak-sajak kritik sosial nanang suryadi ( saya menamakannya demikian) jika saya cermati tidak menampilkan sebuah ideologi politik apapun. Dia hanya menuliskan apa yang dipotretnya dengan mata hatinya, sebuah kesaksian atas kondisi masyarakat yang harus diberikan pada para pembacanya. Kesaksiannya di tuliskan dalam sebuah puisi dalam bahasa ironi, dan penuh paradoks. Dan pembaca seakan di bawa dalam imaji-imaji yang luas, hingga secara diam-diam atau bahkan mengumpat dalam hati...Oh inilah sebenar-benar potret negeriku.


Anak Muda dan pesta Kemerdekaan


Nyalang matanya menatap gedung penuh warna lampu,
Iklan menyala, dan kekaburan cerita dalam buku-buku,

Dihapus dari kejujuran kata,
Sejarah sebuah bangsa yang dibikin amnesia

................................................................................

Ah, apa yang harus aku katakan tentang kemerdekaan ?
Mengingat proklamasi soekarno-hatta.
Atau ledakan meriam 10 nopember 1945.
Atau menghitung gedung-gedung mewah
Yang menggusur perkampunga kumuh!
.............................................................

Sementara televisi menawarkan bahasa baru. Menawarkan
Mimpi-mimpi baru : dunia adalah perkampungan besar

Anak muda menatap hidup penuh kabut:
“adakah arti kemerdekaan bagiku, yang tak pernah merasa merdeka.
Dari belitan sejarah. Dan cengkeraman kehidupan yang semakin sulit.”

Bendera berkibar.
“indonesia raya. Indonesia raya. Adakah kau dengar kata-kataku ini. Menawarkan cerita penuh luka. Anak-anak sejarah kebingungan menatap cuaca”
........................



Sajak-sajak kritik sosial juga bisa berarti sebuah pemberontakan. Bukan sebagai pemberontak dengan orientasi politik dan kekuasaan, tetapi selalu memberontak akan keterbetasan-keterbatasan yang diciptakan karena dogma, doktrin politik, keadaan sosial yang timpang, kemiskinan, dan penindasan pada manusia. Dari sinilah pembaca akan menemukan sebuah benang merah yang terjalin dan selalu relevan dengan aktualitas negeri.


Traffic light yang menyala di kotamu
...........................................
Udara panas sesakkan dada, pun petikan gitar para pengamen
Yang turun naik bis kota, membikin puisi wajah kota ini, juga wajah
Pada potret keluarga yang pecah berhamburan.

Kota ini saudara, rindu akan gurat hati nurani dan kejujuran kata-kata (yang tercoret pada
Tembok-tembok kota, tong sampah dan juga pada traffic light yang berubah-ubah warna)

Nyanyi kenisbian cinta, sambil mengunyah kacang goreng, dada, dan paha fried chicken dan seteguk soft drinj, sambil terus tertawakan sebuah kesetiaan, juga pada matahari yang tak peduli pada siapa saja yang berjalan di bawah selangkangannya
...................................................................................


Dari puisi-puisi yang hadir di buku “cinta, Rindu dan orang-orang yang menyimpan api dalam kepalanya” saya serasa melihat sebuah potret buram yang masih tergantung di dinding indonesia. Dan jujur bagi saya, semakin meningkatkan untuk “give and give” menebar kebaikan pada negeri ini.
Selamat atas terbitnya buku puisi ini, selamat buat om nanang suryadi...saya selalu suka sama para penyair..yang begitu riuh perjalanan batin hidupnya. Seperti apa yang pernah diungkapkan oleh frontman dan vokalis Aerosmith Steven Tyler:
“Don’t jugde my journey , until you Walk this way”



Selamat Pagi Indonesia

Selamat pagi indonesia
Tak ada lagi airmata buatmu hari ini
Telah kering airmata menangisi engkau
Selamat pagi indonesia
Semoga kau bahagia


Buku : Tiga Kumpulan Puisi
(cinta, Rindu dan orang-orang yang menyimpan api dalam kepalanya)
Penerbit : UB Press
Jl. Veteran (Universitas Brawijaya)
Malang.
Phone : 0341 551611 pswt 376
Cetakan pertama, oktober 2010


Madiun, 15-09-2011
Arif Gumantia
KepSek “Akademi Berbagi” Madiun dan penggiat Koin sastra.

Kamis, 04 Agustus 2011

Puasa dan Piwulang Sunan Bonang

Saya pernah menulis joke ringan menjelang Puasa : “sesungguhnya tanda-tanda puasa adalah semakin bertebarannya Iklan Sirup Di Televisi (Surat Al-Iklan)”. Sebuah joke yang bisa menunjukan realitas kekinian yang ada di kehidupan kita. Ada dimensi humor tapi ada juga sebuah ironi tentang komersialisasi Puasa.



Saya yakin kita semua sudah sangat paham tentang apa syariat puasa yang harus dijalankan di bulan ramadhan ini. Dan juga tentang hakikat-hakikat yang ada dalam perintah menjalankan puasa tersebut. Di sini saya mencoba mengelaborasi sebuah Piwulang yang diajarkan oleh Sunan Bonang.



Piwulang adalah sebuah kosa kata bahasa Jawa, yang secera sederhana bisa diartikan sebuah pelajaran yang diajarkan secara pararel dengan tingkah laku. Seperti pepatah jawa “ilmu iku kelakone kanti laku”, bahwa kita bisa memahami sebuah ilmu kehidupan apabila tidak berhenti hanya di dalam teori tapi juga dijalankan dalam perilaku keseharian kita.



Banyak kisah tentang Sunan Bonang, ada yang bisa ditelisik dengan ilmu sejarah, tapi ada juga yang berupa dongeng dari mulut ke mulut dan ada juga yang sekedar menjadi mitos. Tapi menurut saya bahwa kisah-kisah sunan boning dan para wali lainnya menarik karena bisa ditelisik baik secara historis maupun Histotik. Secara historis dengan pisau analisis ilmu sejarah, filologi, ataupun arkeologi. Dan juga secara Historik, yaitu mengambil sebuah Hikmah atau moral cerita yang ada dengan mengkomparasikan pada masa sekarang.



Tentang Puasa ini ada sebuah Piwulang yang diajarkan oleh Sunan Bonang, yang juga meurupakan Guru dari Sunan Kalijaga. Dimana, Dalam berdakwah sunan Bonang selalu mengedepankan sebuah dakwah yang sejuk dan damai, sesuai dengan semangat dasar filosofi dari islam yaitu Rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta.



Jadi dalam berdakwahpun selalu mengakrabi kebudayaan masyarakat yang ada, tanpa kehilangan esensinya, hingga terjadi dialektika dan bahkan memberika nuansa makna yang lebih kaya. Seperti Piwulang dalam berpuasa, melalui simbol budaya Jawa.



Setelah berpuasa dan berlebaran ada tradisi ketupat kalau dalam bahasa jawa namanya “kupat”. Menurut Sunan Bonang, kita harus berpuasa dengan ikhlas dan hanya mencari ridho Tuhan agar setelah puasa bisa menikmati kupat. “Kupat” adalah makanan khas saat lebaran. Berupa nasi putih yang di masak di dalam janur. “Janur” di sini adalah daun kelapa yang masih muda.



Kupat adalah singkatan dari laku sing papat atau empat keadaan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada orang yang berpuasa dengan keikhlasan dan kesungguhan. Yaitu: Lebar, Lebur, Luber, dan Labur.



Lebar berarti telah menyelesaikan puasanya dengan melegakan. Lebur berarti terhapus semua dosa yang dilakukan di masa lalu, Luber berarti melimpah ruah pahala amal-amalnya. Dan Labur berarti bersih dirinya dan cerah-bercahaya wajah dan hatinya.

Manusia akan bisa meraih “laku sing papat” jika bisa bersikap dan berperilaku lembut dan santun terhadap sesama umat tetapi sekaligus tegas dan berani melawan ketidak- adilan. Masing-masing hati nurani kitalah yang dapat menentukan apakah kita berpuasa untuk meraih “laku sing papat” ataukah hanya sekedar basa-basi agar tercitrakan sebagai orang yang saleh.



Karena dalam perintah ibadah apapun akan selalu ada 2 wajah islam. Yaitu wajah islam yang profetik ritual dan juga wajah islam dengan dimensi kesalehan secara social. Ada dimensi mikro kosmos dan makrokosmos, vertical dan horizontal. Dan ini tak bisa terpisahkan.



Seperti ibadah puasa ini, mereka yang menjalankan dan mencapai “laku sing papat” adalah mereka yang tawadhu’, jauh dari kesombongan, dan tidak mau bersikap sewenang-wenang atau melanggar hak orang lain seperti korupsi misalnya, baik korupsi materi maupun korupsi perilaku.



Semoga piwulang dari sunan Bonang ini selalu menginspirasi kita dan dapat kita implementasikan dalam puasa-puasa kita yang tentunya tidak hanya dijalankan saat bulan ramadhan saja. Juga cara-cara berdakwah beliau yang mentoleransi bahkan mengakrabi budaya masyarakat, tidak di jalankan dengan cara-cara kekerasan seperti yang dipraktekkan beberapa Ormas Islam diantaranya adalah FPI.



Seperti kata seorang Sufi : “Ramadhankan hatimu setiap waktu”









Madiun, 5 agustus 2011

Arif Gumantia

Koordinator GUSDURIans Madiun

Rabu, 15 Juni 2011

Stalin..Kisah yang tak terungkap

Come crawling faster
obey your Master
your life burns faster
obey your Master
Master
Master of Puppets I'm pulling your strings
twisting your mind and smashing your dreams
Blinded by me, you can't see a thing
Just call my name, `cause I'll hear you scream
Master
Master
Just call my name, `cause I'll hear you scream
Master
“Master Of Puppets” ~Metallica

Hal yang menarik dalam membaca sebuah Biografi Tokoh dalam sejarah adalah mengetahui kisah-kisahnya yang tidak terungkap, kisah-kisah yang sering digali oleh penulisnya dari sisi manusianya...sisi “human Being”nya. Hingga kita yang membaca bisa tersenyum , marah, atau sekedar menggeleng-gelengkan kepala.

Begitu juga kisah Stalin, yang ditulis oleh Simon sebag Montefiore. Dengan Judul Stalin, Kisah-kisah yang tak terungkap. Memang hanya sedikit buku-buku tentang stalin yang membongkar misteri-misteri yang melingkupi sang pembunuh massal ini. Hingga buku ini pun wajar jika mendapat peenghargaan sebagai peraih History Book of the year versi British Book Award.

Buku ini berdasarkan riset dari Penulis , Simon Sebag M, dengan tekun dan cermat dari berbagai surat, telegram, dan buku harian teman-teman dekat Stalin. Hingga bisa mendeskripsikan sosok stalin dari sisi kemanusiannya. Hingga kita akan temukan sosok seorang Stalin, Diktator yang narsis, tapi sekaligus rapuh, peragu, pencemas, dan tentunya mempesona banyak wanita.

Kemampuannya yang sangat diakui oleh para politikus dunia adalah bagaimana dia mampu mereduksikan sebuah masalah yang begitu rumit menjadi sesuatu yang sederhana. Sebuah bakat yang sangat diperlukan dalam dunia politik, dimana banyak berisi akal-akalan, pat gulipat, diplomasi dagang sapi, dan bagaimana memanjat tangga kekuasaan. Hal ini sangat dikuasai oleh Joseph stalin, yang punya nama asli Joseph Vissarionovich Djugashvili, yang lahir di sebuah Gubuk (gubuk ini sampai sekarang masih diabadikan) pada tanggal 6 desember 1878, di Gori sebuah kota kecil di tepi sungai kura Georgia.

Yang menjadi teka-teki adalah darimana sebenarnya nama Stalin ini berasal, di diduga nama ini diambil dari seorang yang pernah memadu asmara dengannya, seorang yang cantik dan montok yang bernama Ludmilla Stal. Stalin yang mempunyai watak temperamental, dan mudah emosi tapi juga mempunyai sifat yang lembut pada kawan-kawannya. Hingga Nikita Kruschev penerusnya menjulukinya Litsedei, Pria dengan banyak wajah. Bener-bener seorang aktor sekaligus sutradara yang menikmati drama yang diciptakannya sendiri.

Dalam Buku ini juga diceritakan bagaimana Stalin memobilisasi para petani dan hasil tanam mereka secara paksa di jual di luar negeri untuk mendanai berbagai ambisinya dalam bidang persenjataan, yaitu menciptakan pembangkit listrik dengan tujuan memproduksi Tank dan Pesawat. Di sisi lain dengan para kawan dan anak buahnya begitu lembut dan penuh keakraban hingga semua anak buahnya merasakan sebuah ketulusan dalam pelukan stalin. Dan yang tidak banyak diketahui Stalin tidak berkutik di sudut kerling istri keduanya Nadya Alliluyeva, hingga stalin takut padanya. Sebuah paradoksal.

Sangat kontras sekali jika kita baca jejak sejarah yang diciptakannya yaitu diperkirakan telah membantai 20 juta orang, mendeportasi 28 juta orang, dengan 18 juta di antaranya diperbudak di gulag.
Dan yang lebih memimbulkan paradoks lagi adalah dia doyan banget melahap buku-buku sastra baik prosa maupun puisi, cerpen, novel, dan puisi-puisi dilahapnya, juga buku-buku tentang sains hingga dia menjadi seorang intelektual meski tidak mempunyai bakat sastra dari sang ayah dan ibunya. Sang ayah adalah seorang tukang sepatu dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci.

Inilah mungkin yang membuat Stalin menjadi Mempesona, maka banyak yang mengatakan bahwa stalinlah penguasa rusia yang merupakan Pembaca buku terbaik sejak chaterine yang agung hingga Vladimir Putin, Bahkan Lenin yang terkenal sebagai Intelektual pun masih kalah meski lenin menikmati pendidikan bangsawan. Stalin mempunyai perpustakaan yang berisi 20 ribu buku yang pernah dibaca semua, seperti novel-novel karya Hugo, Gogol, Hemingay, wilde, steinbeck, dll. Tapi itu semua tidak mengurangi kekejamannya.

Memang sebuah sosok yang paradoksal. Atau mungkin di jiwanya terombang ambing antara Kegagahan dan kerapuhan.


Judul Buku : Stalin Kisah-kisah yang tak terungkap
Penulis : Simon Sebag Montefiore
Penerbit : Alvabet
Penerjemah : Yanto Musthafa dan ida Rosdiana


Madiun, 16-6-2011
Arif Gumantia
GusDuRians , Bekerja di Dynamic Research

Jumat, 03 Juni 2011

Aku Menulis Cinta Kita Pada Udara

Aku menulis cinta kita pada udara

Membiarkan dibawa angin menuju langit

Mengharap ada mega menambah jalinan kata

Meski dalam gigil dan deru nasib yang begitu pahit



Aku melukis cinta kita pada hening malam

Terlepas dibekap kesunyian membentang

adakah kunangkunang memberikan dian

saat kesedihan bertandang



Madiun, dini hari

1/6/2011

Arif gumantia

Selasa, 31 Mei 2011

KB dengan cara "dingklik" (sebuah humor)

Dalam sebuah obrolan di Posyandu, bu bidan tanya ke Ibu-Ibu yang lagi rutin periksa kesehatan anaknya.

Bu Bidan : “bu ayu, KB pakai apa?

Ayu : “ KB suntik bu.”

Bu Bidan : “kalau ibu umi, KB pakai apa bu?”

Umi : “ KB spiral bu.”

Bu Bidan : “kalau ibu yanti apa ya Kbnya?”

Yanti : “ pakai dingklik (kursi kecil) bu”.

Bu Bidan : “lho kok pakai dingklik, gimana maksudnya”

Yanti : “ gini bu bidan, Suami saya itu kalau berhubungan sex khan sukanya dengan gaya berdiri, terus karena saya pendek, suami saya tinggi, maka saya berdiri dengan ancik-ancik (pake alas) dingklik. Nah pas melakukan hubungan sex saat terlihat dan terasa suami saya mau keluar spermanya, maka dingkliknya saya tendang, lha khan mrucut dan spermanya nyemprot di luar.”

Bu bidan : “???????????”

Kamis, 26 Mei 2011

Nasihat Terakhir (Kumpulan Cerpen Agung Hima)


Banyak orang menyukai cerpen, karena para pembaca diajak untuk menyaksikan sebuah lanskap, yang merupakan representasi dari sebuah kehidupan nyata. Dan bagi saya cerpen yang menarik dan mengaduk emosi ataupun menyergap pikiran adalah cerpen-cerpen yang seperti sebuah puisi yang kaya makna. Yaitu Cerpen-cerpen yang didalamnya tidak banyak memberikan sebuah khotbah, cerpen yang tanpa banyak menggurui. Penulisnya tidak memberikan sebuah kesimpulan-kesimpulan tapi justru menghujamkan rentetan pertanyaan-pertanyaan yang memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.



Dan Agung Hima, sastrawan asal semarang Jawa Tengah termasuk salah satu yang cerpen-cerpennya saya sukai. Lewat Buku Kumpulan Cerpennya “Nasihat terakhir” maka cerpen-cerpennya yang tersebar bisa kita nikmati dalam sebuah buku. Agung Hima, lahir di semarang 18 Oktober 1971, aktif malang melintang di dunia teater, dan menulis untuk media massa lokal khususnya rubrik budaya. Juga mengajar seni pertunjukan drama dan film di beberapa SMA dan perguruan tinggi di semarang. Dan sekarang aktif di Open Mind Community, sebuah komunitas yang membahas secara kualitatif tentang kebudayaan. Beberapa kali saya sempat ngobrol dengan agung hima, dan ternyata punya banyak kesamaan tentang buku-buku yang pernah di baca dan yang disukainya. Dia juga pernah cerita, buku yang paling saya sukai yaitu “mimpi-mimpi einstein” menurutnya adalah buku terumit yang pernah dia baca.



Ada 12 Cerpen yang ada di buku kumpulan cerpen “nasihat terakhir” ini. Cerpen pertama berjudul “dominique” . yang menarik di cerpen ini adalah deskripsi tentang perasaan dan tokohnya tidak diraikan secara panjang lebar, tapi pembaca dapat menerka pergolakan emosi dan dinamika batin tokohnya lewat dialog-dialog dalam kalimat dan tindakan para tokoh dalam dunia fiksi yang diciptakan oleh agung hima. Dan juga deskripsi tentang detail suasana cafe cukup jeli, hingga pembaca terasa ikut berada di dalamnya. Bercerita tentang percintaan tetapi dengan sebuah ending yang cukup menghentak dan menghadirkan sensasi “Di pelataran parkir bandara, kulihat pesawat yang membawa dominique melayang jauh mencumbui awan hitam. Pikiranku penuh dengan nama Dominique. Dominique yang anggun, dominique yang cantik, dominique yang penuh cinta, dominique yang laki-laki.”



Cerpen berjudul “Sejak Cerpen ke-10.764” akan membuat pembaca tersenyum getir dalam melihat sebuah kenyataan hidup seorang penulis, terombang ambing antara bagaimana memenuhi tuntutan untuk menghidupi keluarganya dan menggengam rapat idealisme. Dengan gaya bahasa yang mengalir, sebuah bahasa yang akan kita temui sehari-hari meski ada nuansa satire di dalamnya. Seperti dialog antara Parto, sang penulis dengan Marni istrinya yang barusan melakukan tes kehamilan, dan ternyata positif.

“kamu piye, to?” mata parto mendelik. “Lha Piye? Kok malah marah sama aku”. Sanggah Marni. “Habis kamu nggak ati-ati, sih!” kata parto. “Nggak ati-ati bagaimana? Wong kamu yang ngesrong terus ra ngerti wayah! Sudah aku bilang, kalo ini masa subur, mbok ya ditahan sebentar. Nanti kalau nggak di kasih marah-marah,”. Gerutu marni . ya sebenarnya marni seneng-seneng saja, habis hanya itu hiburan satu-satunya dirumah.



Cerpen “Sujud hening 1000 tahun” salah satu cerpen dengan genre religius tapi jauh dari kesan berkhotbah dan menggurui, sebuah cerpen yang penuh dengan rentetan pertanyaan tentang dimensi cinta . mengambil setting dari kisah kearifan lokal sunan bonang dan putri cempo. Bahwa cinta bisa hadir dan datang pada siapapun, tanpa perduli pada kategori-kategori yang fana pada diri seorang manusia, meskipun itu seorang sunan. Hingga seorang Sunanpun harus merintih “ Duh, kanjeng nabi tidakkah kau rasakan perih yang menyayat ini? Duh Gusti, Tidak adakah jalan keluar untukku, sekedar meninggalkan rasa cintaku terhadap cempo tanpa harus menyakitinya?.” Sebuah cinta yang begitu dalam tapi juga tak terjangkau. Dalam cerpen ini, menurut saya agung hima berhasil menyergap dan mengaduk emosi pembaca.



Yang menarik dari cerpen “Tikaman pesta” cerpen ke-4 adalah bagaimana agung hima menggiring pembaca untuk kemudian membantingnya dengan sebuah ending yang membuat kita memaki dalam hati, tentang giarti (Gie) yang naif yang punya cita-cita seperti kisah dalam cinderella. Cerpen Dengan kalimat-kalimat di awal cerita seperti sebuah puisi cinta yang kaya makna dan berakhir dengan sebuah paragraf “Gie, tolong diganti popoknya den Akson” suara itu kembali menyeret pada kemeriahan pesta. Menyadarkan dirinya bahwa babu dilarang punya cinta.”



“Nasihat Terakhir” adalah contoh bagaimana sebuah cerpen bisa dibangun lewat kalimat-kalimat dalam dialog tokohnya , dan dalam era tekhnologi ini dialog tersebut bisa dalam sebuah tulisan di email. Dari sebuah email yang akan dikirim inilah agung hima menggambarkan kejadian dan emosi para tokohnya. Dan pembaca seakan diajak untuk sama-sama merasakan sebuah kepedihan yang dialami tokohnya.kepedihan sebuah perselingkuhan, kepedihan karena ditikam cinta. Sungguh sebuah gaya bercerita yang menarik.



“Senja mulai merayap meniti lambat, seolah matahari tidak akan lagi menyisakan kata maaf bagi siapapun juga. Malam ini Nisfu Syaban. “ inilah kalimat awal cerpen “ Bakda Maghrib”. Yang menurut saya memberikan sebuah ruang penafsiran yang begitu dalam. Tentang sebuah syariat Puasa dan juga tentang hakikat yang sebenarnya Puasa. Agung hima menggedor dalam kalbu kita, saat ada orang atau bahkan tetangga terdekat kita harus puasa, bukan karena ingin berpuasa tapi karena memang benar-benar tidak ada yang bisa dimakan. Hingga benak pembaca akan penuh dengan kalimat-kalimat pertanyaan yang ada di dalam cerpen ini :”sampai kapan harus bersabar? Sampai di mana keikhlasan bisa menemukan indah pada waktunya itu?” dan pada akhirnya sang tokoh yang bernama ratpo menyerah pada keadaan, menyerah untuk membeli pisau dan pergi ke taman kota. sebuah cerpen yang menggambarkan Sebuah kenyataan yang menghimpit.



Cerpen anakku Bunga-bunga bagi saya adalah sebuah cerpen yang kalau di dalam genre film bisa di katakan dengan genre film “noir” atau Gelap. Sebuah Cerpen yang mengisahkan sisi gelap sebuah manusia dengan metafora di setiap kalimat dan paragrafnya. “Seperti yang sudah-sudah, setelah Papa berenang di tubuh mama, ia mengamcam dengan pedangnya. Memaksa mama kerja rodi menguras kolam renang yang kotor oleh lendir.” Metafora yang membuat pembaca merenung bahwa manusia adalah sebaik-baik makhluk yang diciptakanNYA. Tapi setiap saat berpotensi untuk menjadi makhluk yang paling hina. Kalau melihat tekhnik penceritaannya, agung hima bisa mengembangkannya dalam sebuah Novel yang panjang dengan genre “noir” seperti ini. Dan saya yakin akan memukau.



Cerpen “apakah Ratpo terluka” ini adalah cerpen yang menggambarkan realitas kekinian. Realitas sebuah kehidupan era digital yang selalu punya dua sisi. Sebuah sisi baik dan sisi buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Agung hima seperti membawa kamera dan meliput sebuah kejadian, dimana kita bisa menyaksikan lanskap, adegan, dan tokoh-tokohnya. Dengan perkataan lain watak dan alur tokohnya diperagakan dan bukan diuraikan. Sebuah kisah perselingkuhan yang dimulai dari perselingkuhan dunia maya. Da n yang menarik di akhir cerita sang tokoh masih bisa bertanya “apakah aku terluka?”. Hingga pembaca akan berpikir, jika dihadapkan kenyataan seperti yang dialami para tokohnya, apakah saya juga akan terluka? Apakah saya bisa ikhlas menerima? Dan rentetan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Hal ini juga ada pada Cerpen yang berjudul “Salindri” . yang menceritakan percintaan dengan fasilitas era digital “Chatbox” dan “webcam”



Sedangkan pada Cerpen “perempuan dunia maya” . pembaca diajak untuk melintasi sebuah batas dikotomi antara laki-laki dan perempuan. Melintasi batas pandangan stereotipe Bahwa tidak selamanya perempuan adalah seorang yang penuh kelembutan. Ada kalanya perempuan juga menyimpan sebuah kekuatan dan kekejaman yang bisa diwujudkan saat motivasi memenuhi rongga dada. “Lelaki di dunia ini adalah wujud kebohongan dan kebodohan manusia, maka aku bangga dan sukarela untuk menghabisi kebohongan dan kebodohan yang mereka ciptakan”. Bisik raha kepada setiap lelaki korbannya yang tengah capek kepuasan. Gaya penceritaan dalam cerpen ini mengingatkan saya pada film-film misteri.



“Soliloqui labirin hitam” adalah contoh bagaimana sebuah cerpen bisa membuat kita menarik nafas panjang dan menghembuskannya setelah membacanya. Karena begitu dalamnya tema yang coba diberikan agung hima pada para pembacanya. Hingga kita perlu berdialog ke dalam diri kita sendiri agar bisa menyingkap sebuah labirin hitam. Dengan analogi legenda Jaka Tarub yang mencuri selendang nya bidadari yang mandi di pancuran. Sampai pada sebuah pertanyaan tentang kematian. “jangan takut, air kolam akan membuka rahasia padamu”. Perempuan itu terus mengajakku masuk ke dalam kolam. “aku akan mati, aku tidak bisa bernafas dalam air”. Aku ketakutan. Ah..ternyata aku masih saja takut mati.



Cerpen terakhir adalah “Amin Mati”. Pengambilan judulnya sungguh menarik. Sesuai dengan apa yang terjadi di sekeliling kita Amin dari kata al amin (jujur) banyak yang mati. Dan ini juga ditulis di dalam salam satu dialog cerpen ini “ Dimana-mana, jujur itu pasti ajur, min.” Begitu pernah dinasehatkan seorang teman. Yang menarik disini adalah agung hima menceritakan apa yang dilihat disekelilingnya tanpa sedikitpun menggurui tentang makna kejujuran. Hanya menyisakan sebuah pertanyaan pada kita para pembaca , saat Amin meradang menjelang maut “Jawablah Tuhan, sekejap saja.” Dan sepi merangkulnya. Sungguh sebuah cerpen yang memukau.



Ernest hemingway mengatakan : “ Keanggunan gerak gunung es terjadi hanya seperdelapan bagiannya yang muncul di atas air.” Dalam seperdelapan tersebut menyimpan sebuah magma. Begitupun cerpen, penggalan-penggalan kisahnya menyimpan sebuah makna yang dapat ditafsirkan oleh pembaca.



Secara keseluruhan saya memberikan apresiasi yang tinggi atas Buku kumpulan cerpen ini. Banyak tema yang diambil dan berbagai eksperimentasi tekhnik penceritaan. Sesuai dengan aktifitas Agung Hima yang malang melintang di dunia teater. Hingga banyak menemukan hal-hal yang bisa ditangkap dan diolah dalam sebuah cerita. Semoga kumpulan Cerpen “nasihat Terakhir” Agung Hima ini dapat menambah Khasanah Kesusasteraan Indonesia , agar semakin Hidup dan semakin menyebar di seluruh Negeri Ini.









Judul Buku : Nasehat Terakhir

Penulis : Agung Hima

Penerbit : Kawan Kita

Jl. Gombel Permai VI/107

Semarang.







Madiun, 27 Mei 2011

Arif Gumantia

GUSDURIans, Pemerhati budaya yang aktif pada Gerakan Koin Sastra PDS HB Jassin.

Selasa, 10 Mei 2011

Dongkrak Naik Turun (Modifikasi dari Humor grup Warkop)

Dalam sebuah bus yang penuh sesak, ada seorang cewek cantik barpakaian putih-putih naik dari sebuah halte. karena kursi sudah penuh ditempati, maka Paijo menawarkan diri, mbak saya pangku aja kalo mau?
ternayata si cewek mau, wah dapat rejeki iki rek, batin Paijo.

setelah si cewek di pangku, Paijo basa-basi bertanya, Namanya siapa mbak. si cewek menjawab : "lilin, mas". oh nama yang indah, lilin itu rela menghacurkan dirinya agar bisa menerangi kegelapan.( rayuan gombal paijo mulai menyerang). seindah dan secantik orangnya.

Kenalkan nama saya Paijo, dan obrolanpun berlanjut :" mbak lilin, kerja di apotik ya?". di jawab sama lilin :" iya mas, lho kok tahu mas?". Paijo menjawab : "lha, ini bajunya bau obat".
tidak berapa lama, Lilin ganti bertanya: "Mas Paijo kerjanya di bengkel ya, jadi montir?"...paijo langsut menyahut :"iya bener mbak, lho kok tahu juga"
dengan kalem lilin menjawab :"ini mas, Dongkraknya mas Paijo naik turun, terasa sampai Rok saya".

huahahhahahhahah..hahahhahahha..wakakkakakakkakkakaka

Senin, 09 Mei 2011

BIAR! 'Puisi Mencakar wajahmu dengan kuku jemarinya yang lentik" (Kumpulan Puisi Nanang Suryadi)


Puisi yang diam-diam ingin kau tulis mencakar wajahmu. Dengan kukunya yang tajam. Dan kau menulisnya sebagai kepedihan. Inilah puisi, katamu, sambil membayangkan kuku di jemarinya yang lentik, dan menyisakan perih di wajahmu.


Demikian sepenggal bait dari puisi nanang suryadi yang berjudul “Puisi Mencakar Wajahmu dengan kuku jemarinya yang lentik”. Kita dapat merasakan luka macam mana yg dihasilkan dari sebuah jemari yang lentik dengan kuku yang tajam. Ruang imajinasi kita langsung penuh dengan sebuah bayangan perih dan mungkin kepedihan. Begitulah sebuah puisi, unsur-unsur yang menyusunnya dan sarana-sarana kepuitisannya membuat pembaca merasakan semacam Emosi, imajinasi, kesan pancaindera yang menyentuh perasaan , atau bahkan memunculkan pemikiran dan ide-ide baru.


Nanang Suryadi, lahir di Pulomerak, serang, 8 juli 1973, seorang penyair yang sudah tak asing lagi di percaturan sastra Indonesia, penyair yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Beruntung sekali saya pernah satu Kost-kostan waktu Kuliah DI Malang. Masih ingat sering setelah maghrib nanang mengajak saya sharing tentang Puisinya, sambil membawa buku-bukunya Chairil anwar, subagio sastrowardoyo, WS Rendra, HB Jassin, dll, daripada diskusi tentang ekonomi, jurusan yang diambilnya waktu kuliah.:) hingga waktu itu saya sudah yakin, kalau kelak nanang akan menjadi Penyair hebat.


Buku-buku puisi nanang suryadi antara lain : Sketsa, sajak di usia dua satu, orang sendiri membaca diri, dan lain-lain. Puisi-puisinya Juga banyak masuk di antologi-antologi seperti Puisi tak pernah pergi (Penerbit Kompas,2003) , ini sirkus senyum (komunitas Bumi Manusia, 2002) dan masih banyak lagi. Juga Aktif mengelola fordisastra.com.


Puisi sebagai sebuah bagian dari seni tentunya juga tunduk pada sebuah hakikat karya seni, yaitu selalu terjadi keregangan antara Konvensi dan pembaharuan (inovasi). Itulah kenapa Rifaterre mengatakan Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya. Hingga sah-sah saja kalau nanang suryadi menulis puisi-puisinya sesuai dengan konsep estetik yang diyakininya, seperti Puisi di bawah ini :


Kutelusuri Matamu yang hitam

Lalu kutelusuri matamu yang hitam, sebuah lorong
Perempuan di mana kau simpan rahasia,
Pada tubuh yang rebah,pada tatap kekaguman, pada bayang
Sebagai gelinjang gairah atau lelah yang membuatmu
Menyerah

Lalu kutelusuri seluruh tubuh, dengan sorot mata mencari
Jejak riwayat,
Seperti tak dipercaya telah dipatahkan sepotong rusukku,
O dilorong-lorong panjang, kapan mimpi khan terjaga!


Dalam ilmu sastra (Poetika) disebutkan bahwa untuk membuat sebuah karya itu agar memenuhi unsur kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan Bentuk Visual : tipografi, susunan bait, dengan Bunyi : persajakan,asonansi,aliterasi,kiasan bunyi, lambang rasa, dan juga Orkestrasi dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika,unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa, dan sebagainya. Dalam hal ini saya yakin sang penyair sungguh memahaminya, hingga puisi-puisinya terasa meminjam istilah Carlyle “ merupakan pemikiran yang bersifat Musikal”. Pembaca bisa merasakan nada dan irama, yang kadang menghentak membuat kita meloncat, atau ritmis hingga seperti kita menggoyang-goyangkan kepala, bisa juga begitu lirih seperti sebuah sayatan gitar, biola atau harpa. Seperti sebuah puisi di bawah ini:



Hanya Engkau Hanya



Telah diserahterimakan. Seluruh nasib. Ke dalam
Genggaman. Biarlah segala menghambur.menujumu.
Sebagai serpih.debu yang memburu.menyeru ngilu.
Demikian diri terlunta.pada tatapmu.
Tak berdaya diri. Tak
Hanya engkau. Hanya. Menggelisahkan aku. Dengan
Sepenuh rahasia kehendak dan aku? Terhisap ke dalam
Tubir. Gelegak.lumpur api. Marahmu.
Tak berdaya diri. Tak.
Terlontar aku. Terjerembab.dalam takut gundahku
Menatap wajahmu.



Dalam seni sastra secara teoritis juga dinyatakan bahwa puisi mempunyai nilai seni, bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijilmakan ke dalam kata (slamet muljana). Jadi sebuah luka ataupun rasa yang menyentuh jiwa sang penyair haruslah dijelmakan ke dalam kata, disinilah dibutuhkan kepekaan penghayatan, juga kedalaman perenungan, dan diaktualisasikan dengan memilih diksi (pemilihan kata dalam sajak) yang tepat hingga setiap diksinya mempunya daya evokasi, yaitu daya yang kuat untuk menimbulkan pengertian. Hingga pengalaman-pengalaman jiwa atau batin Penyair bisa dirasakan pembaca puisinya, merasakan sesuatu yang hadir dalam kehidupan dan begitu tiba-tiba menyergap perasaan.



Mungkin Engkau demikian Letih

Mungkin engkau demikian letih. Di puncak sepi mengamuk
Gelisah. Di puncak sunyi mengamuk cemas. Di puncak
Lengang mengamuk debar. Di puncak penat mengamuk amarah. Di puncak
Gejolak mengamuk gelombang. Rindumu

Mungkin engkau demikian letih menanti. Karena rindu
Menggelisahkan diri. Bertanya dan bertanya pada jam yang
Terus berdetik. Mengurai usai. Lalu bertumbuhan rasa bosan
Menunggu. Waktu demikian lambat merayap. Demikianlah
Engkau mencatat dengan airmata, kenangan demi
Kenangan. Rasa khawatir akan kehilangan. Walau tak ada
Yang melambaikan tangannya bagi sebuah perpisahan.

...........................................................................................
.......................................................................................




Secara keseluruhan dalam buku puisi nanang suryadi ini secara pribadi saya sungguh menikmatinya baik dari unsur-unsur kepuitisannya maupun muatan yang hendak disampaikan dari pengalaman-pengalaman batinnya. Ada banyak diksi-diksinya yang membuat puisinya menarik perhatian , menimbulkan kesegaran hidup, dan kejelasan sebuah gambaran angan. Juga asosiasi-asosiasi perasaan yang diciptakannya. harapan saya energi kreatif dari nanang suryadi tetap terjaga untuk semakin kreatif menciptakan puisi-puisi , meskipun menjadi penyair itu bagi banyak orang adalah sebuah jalan sunyi. Sebagaimana dungkapnya dalam puisi berikut ini :


Biar!

Tak kau ingat lampu-lampu yang menyihir kita menjadi
Orang yang menertawakan dunia. Tak kau ingat keringat
Meleleh di langkah kaki, di punggung, kening, menantang
Matahari! Menunggingkan pantat ke muka-muka orang-
Orang yang dipuja sebagai dewa!

O, engkau telah membunuh kenangan demikian cepat.
Seperti kulindas kecoak dengan ujung sepatuku. Perutnya
Yang memburai, putih, mata yang keluar dari kepala,masih
Bergerak-gerak, aku menjadi pembunuh, seperti dirimu.
Demikian telengas. Tanpa belas. Kepada kenangan.

Biar. Jika kau tak mau temani. Biar kurasakan nyeri sendiri.
Di puncak sepiku sendiri.








Madiun, 10 mei 2011
Arif Gumantia
Penggemar Puisi dan aktif Di Gerakan Koin Sastra PDS HB Jassin
Berumah di http://kalbukita.blogspot.com
Kumpulan Puisi “Biar”
Diterbitkan oleh:
Indie Book Corner
Gambiran Baru UH5 Gg. Ksatria No. 36 RT 45/08
Yogyakarta
(0274) 9207841
Cetakan pertama, Februari 2011

Kamis, 31 Maret 2011

Halaman Rumah (Buku Kumpulan Puisi "yayan triyansyah")


Apa sebenarnya tugas Penyair? jawabannya. Adalah Sesuai dengan output yang dihasilkannya yaitu Puisi, maka tugasnya adalah bagaimana mengolah sebuah proses kreatif menjadi Puisi. Proses kreatif yang merupakan penjelajahan dari unsur pengalaman (empiris), unsur keindahan (estetis) dan unsur pengamatan (analitis). Di sini penyair bisa mengungkapkan dari sebuah gagasan yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret bagi para pembaca. Dari menafsirkan sebuah kegelisahan diri pribadi sampai merefleksikan kegelisahan masyarakatnya.

Begitu juga dengan Penyair Muda dari Rembang Jawa tengah, Yayan Triyansyah yang barusan menerbitkan Buku Puisinya “ Halaman Rumah”. Kegelisahan-kegelisahan juga luka yang dideranya berhasil diungkapkan dalam 69 puisinya di Buku Puisinya ini. Puisi-puisinya pernah singgah di beberapa media cetak local dan nasional, dibukukan dalam antologi bersama “secangkir kopi dan puisi” (TBJT, 2009), “Musibah Gempa Padang” (Kuala Lumpur, 2009), Empat amanat hujan (bunga rampai sastra DKJ, Jakarta 2010) dan masih banayak lagi di antologi bersama. “halaman rumah” adalah buku kumpulan Puisinya yang pertama.

Ada apa dengan halaman rumah? Seperti yang ditulis oleh penyairnya di halaman pembuka buku, “sebenarnya semacam klise, bahwa halaman rumah adalah tempat kenangan, ingatan masa kanak-kanak paling akrab tertinggal, jarak yang sebenarnya tak pernah berjengkal. Apakah halaman rumah itu halaman sendiri? Bukan, karena banyak pula halaman rumah tetangga yang juga saya hadirkan di sini”. Menarik memang, menurut saya inilah sebuah kegelisahan tentang kenangan yang kadang-kadang menyergap datang, ada juga luka pada masa lalu, pertanyaan tentang kehadiran Tuhan di halaman hati kita, yang diolah dalam sebuah proses kreatif, diendapkan dan lahir berbagai puisi.

Maka lahir lah puisi “halaman rumah” yang ada di halaman 55 buku ini :

……………………………………
…………………………………….

Halaman rumah jadi ingatan tentang sawah yang berubah wajah. Penjelasan yang lebih tegas tergilas waktu. Membisu. Tinggal punguti saja serpih sisa tanah dan memamahnya dengan bungah.


Puisi yang melakukan proses penciptaan dan penyerapannya ke dalam berbagai bentuk dan keadaan kehidupan di luar diri pengarang, semakin mendekatkan dimensi pengalaman-pengalamannya dengan alam, masyarakat dan kemanusiaan dan akhirnya kesatuan semesta. Puisi merupakan pembentukan nilai-nilai empiris melalui gagasan dan pemikiran. Hingga pembaca seolah ditarik ke dalam sebuah nilai-nilai empiris tersebut. Seperti Puisi dengan judul “sejarah” yang ada di hal. 5 ini.

Sejarah

…………………………….

Ada yang menulis jenis dan bau tanah
Saat jadi bagian paling madah
Lalu membacanya dengan sumringah
Dengan alur memagar ramah di kepala
Kita hanya menyebutnya “iya”
Pada setiap halaman yang di baca

O, benarkah kita korban sejarah
Saat menuliskan nama Tuhan dari pusar
Hingga pusara?

Puisi juga bisa menjadi sebuah fungsi dari hasil pengamatan dari sebuah waktu sejarah yang dilalui oleh penyair, ada yang luput tak terjamah sejarah, di sini mungkin puisi dengan getir dan haru mencatatnya, dengan sebuah bahasa yang bisa menjadi indah. Tentunya pembaca puisi dalam membaca pesan moral dalam puisi, juga dituntut untuk punya kreatifitas yang bisa membawanya ke luar menguak makna dari kata-kata yang di sajikan penyair tersebut.

Peristiwa Hilang Ingatan

Kami kehilangan ingatan setelah ribuan tahun disibukkan menghapal alamat singgah, mengukur jarak perpindahan waktu dari muka ke dalam kepala. Sebuah kolam tak lagi berisi ikan, kemarau bukan alas an karena hujan masih bertahan. Hanya sedikit bagian hutan mengubah pohon jadi asap, itu pun kasak kusuk yang sering di bekap.

……………………………………………………………………


Secara keseluruhan saya menyukai puisi-puisi dari yayan ini. Ada eksperimentasi berbagai bentuk yang justru menarik untuk dinikmati pembaca. Seperti kalimat-kalimat panjang yang tanpa tanda baca, seakan membuat kita ingin mencari jeda sementara, diantara kata yang berkejaran dalam riuh makna.

Ada sebuah puisi yang sangat saya suka dari kumpulan buku puisi ini, sebuah kegelisahan pribadi penyairnya yang diungkapkan dalam diksi-diksi dan punya daya evokasi yang kuat, hingga pembaca bisa merasakan kegelisahan atau mungkin luka yang hadir pada Puisi ini.

Kau #1

Beberapa ingatan peristiwa
Yang belum pernah dilalui
Menjadi alas an kita menyatu
Dulu kita lukis kisah waktu
Di selembar batu
Harap kekalnya jadi saksi


Aku tak tahu harus menamainya apa
Saat janji tiba-tiba pupus karena raga kita
Tak sejurus


Kautemu pamungkas
Dan aku sibuk
Mencari-cari kalimat penutup
Cerita dalam puisi ini



Semoga hadirnya buku puisi ini, menjadikan semangat bagi para penyair lainnya untuk berkreasi dan menghadirkan puisi-puisi yang mewarnai Sastra kita. Bravo Sastra Indonesia!


Madiun, 1 april 2011
Arif Gumantia
Penggemar puisi yang berumah di http://kalbukita.blogspot.com


Buku ini diterbitkan oleh:
Indie Book Corner
Pajeksan GT 1/727
Yogyakarta
0274-9207841
http://www.indiebook.co.cc
http://facebook.com/inibuku

pemesanan bisa langsung ke website indie book corner atau ke irwan bajang

Rabu, 16 Maret 2011

Doa Sang Prajurit untuk anaknya (Jendral Douglas Mc Arthur)

Puisi dari Jendral Douglas McArthur ini saya ambil dari tulisan kata pengantar buku “Tapak Jejak Gus Dur” yang ditulis oleh mbak Alissa Wahid, putri pertama beliau, saat Haul 1 tahun meninggalnya Gus Dur di ciganjur, Jakarta. Alhamdulillah atas undangan mbak Alissa saya bisa hadir, bersama teman-2 yang lain dalam haul tersebut.
Dan sekarang saya share buat teman-teman semua, semoga bermanfaat :

Doa Sang Prajurit untuk anaknya ( Jendral Douglas McArthur)

Tuhanku…
Jadikan putraku insan
Yang kuat untuk sadar kapan ia lemah,
Yang berani hadapi dirinya sendiri manakala
Kekuatan menjumpainya.
Yang tegar dan teguh dalam kekalahan,
Yang rendah hati serta berbudi halus dalam kemenangan.

Jadiakan putraku insan
Yang hasrat keinginannya tak mengalahkan kewajibannya,
Putera yang selalu mengingat Engkau Tuhannya,
Yang insyaf bahwa mengenal dirinya sendiri
Adalah landasan pemahamannya

Tuhanku, bimbinglah ia,
Bukan di jalan yang mudah dan nyaman,
Tetapi di dalam tekanan, kesulitan, dan tantangan
Biarkan ia belajar untuk teguh berdiri menentang badai
Biarkan ia belajar untuk berbelas kasih terhadap mereka yang gagal

Jadikan puteraku insan
Dengan nurani yang jernih
Dengan cita-cita yang tinggi

Putera yang sanggup memimpin dirinya sendiri
Sebelum hasrat memimpin orang lain.
Putera yang menjangkau masa depan
Namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan setelah semua itu sudah menjadi bagian dirinya,
Aku mohon juga
Berilah ia rasa humor yang cukup
Agar ia dapat selalu bersikap serius
Tanpa terlampau serius menilai dirinya

Berilah ia kerendahan hati,
Kesahajaan dalam keagungan diri sejati
Keterbukaan pikiran dalam kearifan sejati
Dan kelembutan dalam kekuatan sejati

Sehingga aku ayahnya berani berbisik :
“hidupku tidaklah sia-sia”


Madiun,17/03/2011
Arif gumantia
Penggemar puisi yg berumah di http://kalbukita.blogspot.com

Rabu, 02 Maret 2011

Kumpulan Cerpen "Tawa Kecil sang Bidadari" dari Agustini suciningtias seorang penderita penyakit lupus


Membaca Kumpulan Cerpen “tawa kecil sang bidadari” dari agustini suciningtias ini kita seakan di ajak untuk masuk dalam kehidupan remaja masa sekolah dengan segala problematika di sebuah kota, bandung dan kota kecil majalengka. Ada cinta, ada kelucuan, ada keceriaan, ada juga tangis yang mungkin juga pernah kita alami saat-saat kita beranjak remaja. Dari 6 cerita pendeknya semuanya berkisar pada kisah masa remaja dalam jalinan sebuah ruang keluarga, sekolah dan sebuah kota.

Agustini Suciningtias, lahir 6 agustus 1980, di majalengka. Mulai menulis saat divonis mengidap penyakit lupus pada tahun 2001. Saat itu ia hanya menulis di dunia maya, karena dibatasi oleh penyakit yang menyerangnya hingga membuat harus drop out dari kampus STMIK AMIK Bandung, tulisannya yang lain diterbitkan oleh syamsi dhuha foundation dan mizan pada tahun 2009 dalam buku memorial pasien-pasien lupus bersama 13 pasien lupus lain.

Membuat sebuah cerpen adalah tidak mudah, karena begitu cerita di mulai tugas pengarang adalah bagaimana Pembaca tidak berhenti membaca dan tetap setia menyusuri jalinan cerita sampai selesai. Di sinilah tugas pengarang membuat sebuah cerita tersebut menjadi hidup hingga pembaca seakan dihadapkan pada impuls naratif yang memancing daya imajinasi dan juga hanyut seakan pembaca merasa ada di dalam cerita tersebut.

Diperlukan sebuah kejelian untuk membuat deskripsi tentang detail baik suasana maupun tempat yang diceritakan dengan mengalir indah, dialog antar tokoh-tokohnya yang saling bertautan, juga bangunan konflik yang di bangun, agar memancing daya emosi dan imajinasi pembaca seakan kita sendiri yang sedang mengalami jatuh cinta atau patah hati yang ada pada jalinan cerita tersebut. Selain itu sangat diperlukanbagaimana penulis meramu sebuah ending yang bisa membuat pembaca terhenyak oleh sesuatu yang tidak terduga.

Dibuka dengan cerpen oooh tidak! Yang membuat kita tersenyum atau bahkan terpingkal-pingkal saat membaca endingnya, kemudian breaking news mbak sofi . dalam cerpen breaking news mbak sofi, pengarang membuat deskripsi yang indah tentang suasana pagi saat semua orang berkejaran dalam bising, dengan sudut pandang seorang penumpang angkot.

Dalam cerpen Friday night dan cerpen hantu, kita akan disuguhi sebuah cerita yang dibangun karena adanya perasaan takut akan hantu. Dengan selingan kelucuan di dalam cerita yang membuat cerita mengalir dan seakan “renyah” untuk kita nikmati. Jug a pada cerpen kelima yang berjudul midnight.pada cerpen terakhir dengan judul “gara-gara humairah” adalah cerpen cinta remaja dengan segala romantikanya, dan bagi yang pernah mengalaminya, seperti membuka lembaran-lembaran buku kenangan kita saat remaja. Saat bagaimana mengucapkan sepatah kata pun begitu sulit bagi yang sedang dilanda asmara. Tentang kerinduan yg bahkan memandangnya sekelebatan pun sudah seperti lepas dari dahaga yang menyiksa.

Secara keseluruhan 6 cerpen ini berhasil menjaga gaya bercerita yang mengalir meskipun ada letupan-letupan perasaan para tokohnya, membuat Ceritanya enak untuk dibaca dan dinikmati. Saran dari saya, masih banyak hal-2 yang bisa dieksplorasi menjadi sebuah tema cerita, konflik-konflik yang bisa dibangun dalam sebuah cerita, agar semakin memberikan kejutan-kejutan dan kontemplasi bagi para pembaca.Dan khusus buat penulisnya Agustini sucinintias, segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Ada sebuah kalimat dari imam al ghozali : “tak ada sesuatupun yang lebih indah dari takdir Tuhan, meski tak sepenuhnya bisa kita pahami. Karena yang terindah adalah rahasia.”

Jadi teruslah berkarya, Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi umatnya. penyakit lupus bukan halangan untuk berkarya, hadapi dengan penuh semangat dalam menjalani hidup apapun yang terjadi, dan teruslah belajar membaca dan menulis, banyak teman-teman cerpenis yang ada di dunia maya, belajarlah pada mereka semua.
“tersenyumlah pada semua duka dan lukamu, agar semua bisa menjadi bunga bagi hidupmu”

Madiun, 3 pebruari 2011
Arif Gumantia
Penggemar cerpen yg berumah di http://kalbukita.blogspot.com

Senin, 07 Februari 2011

Dynamic Research (DR) your partner in your life.

Dynamic Research (DR) is an independent private consumer research and marketing. Research agency and currently is developing and dynamic in consumer research and marketing research services besides provides methodology research based on special request from the clients.

Scope of our service : taylor made studies, syndicated studies, multi client studies.

Our services offering : field work force, marketing investigation research, consumer research, data entry force, distribution check, feasibility study, others.

Methodology research :
1) desk riset (secondary data)
2) research data primary :
a)Qualitative research
b)Quantitative research

Qualitative research (mystery shoping) is a techinique to measure service quality. Technique often used for quality control or for researching competitor ‘s product.

Quantitative research (customer satisfaction) repsresent a modern approach for quality in enterprises and organization and service development of a truly customer – focused management and culture.

Consumer research quality control in Qualitative research : project preparation, data collecting, data entry.

Dimention measured in quantitative research : reliability, responsivenes, assurance, empathy, tangibles, reliability.

Nowdays Dynamic Research has a field force more than 500 part timer interviewers and team leaders and also field workers in more than 20 (twenty) main cities and cities in indonesia, namely jakarta, bogor, tangerang, bekasi,,bandung,cirebon,pekalongan, semarang, yogyakarta, surabaya, malang, solo, madiun, jember, medan, palembang, lampung, batam, denpasar, pontianak,samarinda, makassar, ambon, jayapura.

If a study be required in cities other than above cities, a special arrangement will be provided, either by establishing a new team or by transferring a team from nearest city where the field force is available.

We have a team of good interviewers who have experiences enough in quantitative research as well as quantitative research.

Dynamic Research has worked on behalf of larger number of major companies, including both local to multinational companies, such as:
1. Carrefour Indonesia
2. International data corp
3. Business digest (BD)
4. JAVAPR
5. PRPT-DKP
6. FISDATIN
7. PRATESIS
8. Pusat Kajian Bioindustri BPPT
9. Permata Bank
10. Ajinomoto
11. Semen padang
12. Semen Tonasa
13. Semen Gresik
14. Departemen Perindustrian
15. Distry Survey
16. Nielsen
17. LIPI
18. Elnusa
19. Others

Dynamic Research has produced some multi clients study, such as :

1. - Evaluasi ekonomi 2009 dan prospek 2010
2. - Studi tentang minyak dan gas bumi 2009/2010 industri, pasar, dan prospeknya.
3. - Kajian tentang kondisi dan prospek bisnis semen di indonesia hingga tahun 2018.
4. - Kajian tentang prospek bisnis ENERGI di Indonesia 2010-2025
5. - Transparency International Indonesia untuk Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK Indonesia) pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah

if you or your companies want to research about consumer, marketing, corruption index,culture, PILKADA, politics, economic evaluation, and others, please contac :

Dynamic Research
CIK’s Building, 3 rd Floor
Jl. Cikini Raya no. 84-86 Jakarta 10330-Indonesia
HP : 0852 3358 5154

Senin, 24 Januari 2011

“flying in a blue dream” With Joe Satriani


Mendengarkan musik joe satriani kita seakan dibawa ke sebuah dimensi ruang dan waktu yang berbeda dengan dimensi tempat kita berpijak . Sayatan gitarnya yang kadang melodius, penuh emosional, kadang juga meraung mencabik-cabik jiwa, seakan di ajak terbang ke dimensi mimpi seperti pada lagu “flying in a blue dream” atau mungkin kita dibawa mengarungi samudera alam raya dalam “Surfing with alien”.



Joe “scath” satriani lahir 15 juli 1956 di westbury, New York, dari keluarga keturunan italia. Joe berguru gitar pada 2 maestro jazz modern :Billy Bauer dan lennie Tristano. Tahun 1974 Joe mulai mengajar gitar di westbury selama 3 tahun berturut-turut, salah satu muridnya adalah steve vai. Tahun 1978 joe pindah ke berkley california mengejar karir sbg instruktur gitar. Yang menghasilkan murid-2 yg sangat berbakat seperti kirk hammet(metallica), david bryson (counting crows), Kevin Cadogan (Third eye Blind), larry lalonde (Primus, possessed), dan alex skolnick (testament). Joe mengakui bahwa permainan gitarnya sangat dipengaruhi oleh Jimi Hendrix, jeff beck, dan Jimmy page.



Tahun 1984 joe merilis EP yang berjudul rubina, (nama Rubina diambil dari nama istrinya). Setahun kemudian, joe mendapat kontrak dari relativity record dan meluncurkan album Not of this earth, yang merupakan album EP Rubina dan dilengkapi dengan beberapa lagu lainnya. Di album kedua adalah salah satu instrumentalis Rock Tersukses “ Surfing With Alien” (1987). Surfing with alien, ice9, cruching day, midnight adalah lagu hit-hitnya. Juga “hill of the skull” yang dipengaruhi genre musik celtic yang gelap. Selain itu lagu balada yang melodius dan menyayat emosi “always with you always with me” dan “echo”.



Album ini meraih gold, dan di tahun 1989 Mick jagger pun mengajaknya tur keliling dunia dan sempat melakukan konsernya di jakarta. Bahkan sempat bergabung dengan Deep Purple untuk menggantikan posisi Ritchie Blackmore pada tur di jepang. Tapi menolak menjadi gitaris tetap karena dia lebih memilih bersolo karir. Tahun 1989 Joe satriani meluncurkan album ‘Flying in a Blue Dream” yang juga laris manis. Salah satu lagunya “One Big Rush” menjadi soundtrack film say anything yg disutradarai oleh cameron crow. Album ini juga menghasilkan lagu-2 balada seperti “into the light”, the forgotten-parts one and two, i believe.



Tahun 1992 joe melaunching album The Extremist dengan lagu-lagu hit “summer Song” , “cryin’”,”The Extremist”, “friends”. Summer song menjadi jingle iklan Sony walkman. Album ini meraih nominasi grammy award. Disusul tahun 1993 joe merilis album double CD Time Machine. Disusul tahun 1995 dengan album Joe satriani yang berbau blues kental. Dan tahun 1998 meluncurkan album Crystal planet. Dengan Hit “love thing”, a train of angles, crystal planet, rapsberry jam deltra V.



Joe satriani bereksperimen dengan menggunakan programming komputer pada album Engines of creation tahun 2000. Disusul album Beatiful music, Is There love in space (2004) dan super colossal (2006). Bersama Steve vai, joe satriani membentuk G3 yang merupakan konser tur keliling dunia dari 3 orang gitaris instrumentalis. G3 menghadirkan jagoan gitar yang handal dan melegenda seperti eric johnson, yngwie malmsteen, john petrucci, kenny wayne sheperd, robert fripp, uli jon roth, michlael schenker, adrian legg, dan paul gilbert. G3 menghasilkan album-2 : G3:live concert pada tahun 1996 dg formasi joe satriani, steve vai, Eric johnson. G3: Rockin’ in the free world tahun 2003 dg formasi Joe satriani, Steve Vai, Yngwie malmsteem. Dan G3:live in tokyo tahun 2005 dg formasi Joe satriani,

steve vai, john petrucci.



Joe satriani terkenal rendah hati di kalangan para gitaris, meskipun dia sangat menguasai tehnik bermain gitar, tehnik legatonya yang dahsyat, two handed tapping dan sweep-picking yang maut, dan permainan whammy bar yang menakjubkan, tapi kata-kata nya yang paling terkenal adalah :”aku lebih suka seseorang berkata: itulah solo gitar yang tak pernah kulupakan daripada itulah orangnya yang menguasai tehnik bermain gitar.” Dahsyat memang joe.....dan memang benar “always with you always with me”..tak akan pernah kulupakan Joe.....



Diskografi

* Not of This Earth (1986)
* Surfing with the Alien (1987)
* Dreaming #11 (1988)
* Flying in a Blue Dream (1989)
* The Extremist (1992)
* The Beautiful Guitar (European compilation album) (1993)
* Time Machine (1993)
* Joe Satriani (1995)
* G3: Live in Concert (1997)
* Crystal Planet (1998)
* Engines of Creation (2000)
* Additional Creations (Bonus CD with limited "Engines of Creation") (2000)
* Live in San Francisco (Previously recorded material) (2001)
* Strange Beautiful Music (2002)
* The Electric Joe Satriani: An Anthology (2003)
* G3: Rockin' in the Free World (2004)
* Is There Love in Space? (2004)
* G3: Live in Tokyo (2005)
* Super Colossal (2006)
* Gillan's Inn (Tracks 1,4,12) (2006)
* Professor Satchafunkilus And The Musterion Of Rock (2008)







Madiun, 24 januari

Arif Gumantia

Founder of “legenda Rock group in Facebook”

“Only Brave heart playing rock”



note ini berdasarkan Buku Dewa-Dewa Gitar karya D. Rush, Wikipedia, dan Pendapat Pribadi. Foto diambil dari wikipedia

Senin, 10 Januari 2011

Ketika tahun 2010 beranjak pergi

ketika tahun 2010 beranjak pergi

apakah yang tersisa?

kemanakah perginya waktu?

kadang lekas bergegas

bagi hati yang digetarkan oleh cinta

kadang lambat merambat

bagi hati yang didera dan dikoyak sepi



ketika tahun 2010 beranjak pergi

semanis apapun harus kita tinggalkan

sepahit apapun biarkan lewat dan menjadi jejak-jejak kenangan

bersinar bagai ribuan kunangkunang



ketika tahun 2010 beranjak pergi

selalu ada cahaya bintang

menuntun kita mengarungi samudera kehidupan di depan

yang pasang surutnya tak terduga

ada seutas tali cahaya tuhan

menarik kita untuk menyongsong matahari

melangkah meski kadang gontai, tertatih, dan terjatuh

agar tetap tegar menyemai benih-benih harapan



ketika tahun 2010 beranjak pergi

"tak ada sesuatupun yang lebih indah dari takdir tuhan

meski tak sepenuhnya kita pahami

karena yang terindah adalah rahasia" *






31/12/2010

Arif Gumantia

Di atas kereta Fajar Utama "jakarta-semarang"



* kalimat dalam tanda " " adalah kutipan dari imam al ghozaly.