Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Minggu, 16 November 2008

Gelembung Hampa Ekonomi Kapitalis.

Dalam sebuah obrolan ringan di sebuah kedai kopi, seorang teman dari TELKOM menceritakan Bahwa Gaji seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan Investasi dana dan Saham di Amerika adalah 19 Trilyun Per Tahun! Sebuah angka yang sangat fantastis bagi gaji seorang CEO, tapi tidak bagi Ekonomi Kapitalis, karena memang dalam sebuah Negara yang menganut system Ekonomi Kapitalis seperti Amerika mereka yang paling dihargai jerih payahnya adalah mereka yang berhasil “Melipatgandakan uang”.

Tetapi apakah dengan Pelipat gandaan uang tersebut sudah mencerminkan sebuah Fundamental ekonomi perusahaan tersebut? Banyak analis yang menyatakan seperti Pakar Pemasaran dan management Peter Drucker bahwa Harga-harga saham yang naik drastis bukanlah hasil kinerja dari perusahaan tersebut, tapi lebih karena sentimen positif yang ada di bursa saham, bahkan karena ulah para spekulan yang menginginkan fluktuasi kurs dan saham. Karena disitulah mereka akan dengan mudah membiakkan uang mereka,

Sehingga dinamakan sebagai ‘Bubble economy” atau ekonomi gelembung sabun, sesuatu yang cepat membesar dengan sebuah tiupan tapi tidak mempunyai Volume, hanya berisi sesuatu yang kosong dan hampa. Dan celakanya gelembung tersebut telah meletus di amerika yang akhirnya terjadi Krisis Globlal. Karena dalam system ekonomi kapitalis selalu memisahkan apa yang mereka namakan sector moneter dan sector Riil. Ketidak terkaitan kedua sector ini dapat dilihat pada Virtual transaction di perdagangan derivative yang ada di lantai bursa saham.

Transaksi maya mencapai lebih dari 95 persen dari seluruh transaksi dunia. Sementara transaksi di sektor riel berupa perdagngan barang dan jasa hanya sekitar lima persen saja.
Menurut analisis lain, perbandingan tersebut semakin tajam, tidak lagi 95 % : 5 %, melainkan 99 % : 1 %. Dalam tulisan Agustianto di sebuah seminar Nasional tahun 2007 di UIN Jakarta, disebutkan bahwa volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation and derivative market) dunia berjumlah US$ 1,5 trillion hanya dalam sehari, sedangkan volume transaksi pada perdagangan dunia di sektor riil hanya US$ 6 trillion setiap tahunnya (Rasio 500 : 6 ), Jadi sekitar 1-an %. Celakanya lagi, hanya 45 persen dari transaksi di pasar, yang spot, selebihnya adalah forward, futures,dan options.
Islam sangat mencela transaksi dirivatif ribawi dan menghalalkan transaksi riel. Hal ini dengan tegas difirmankan Allah dalam Surah Al-Baqarah : 275 : Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Bursa sabun yang terus membesar itu diyakini bersifat semu sehingga suatu saat akan terkoreksi. Cepat atau lambat. Tak mungkin ia terus menggelembung tanpa batas. Ini bukan fenomena the sky is the limit. Dalam batas tertentu, gelembung itu akan meletus, mengempis, selanjutnya perekonomian akan bergerak mendatar, tak lagi mengalami akselerasi. Dari kepincangan yang mempunyai disparitas yang tinggi antara Transaksi maya dan transaksi di sector riel inilah yang akhirnya memecahkan gelembung ekonomi kapitalis.


Dan pagi ini Penulis bertemu Marx dalam artikel Martin Manurung ‘Neoliberalisme Kena Batunya’ di Kompas, menyoal turun tangannya pemerintah AS dengan dana talangan untuk menyelamatkan korporasi yang mengalami kesulitan karena ulah dan ketololannya sendiri. dana publik dari pajak tanpa banyak persyaratan digelontorkan kepada korporasi .

Lupakan jargon-jargon mekanisme pasar, tangan-tangan ajaib yang dimitoskan itu, negara dalam hal ini Bush mohon ijin terang-terangan (banyak yang tersembunyi tentunya) untuk melindungi pemilik modal.

Martin kemudian menutup artikelnya “Tesis negara sebagai pelindung modal, sebagaimana pernah dikatakan Karl Marx, menjadi sungguh-sungguh hadir dan nyata dalam krisis AS”.
Dan krisis di AS ini jelas akan menyebar seperti wabah dan pendemi meminjam Marx karena ia bersarang di semua tempat, bermukim dimana-mana, menjalin hubungan-hubungan di mana-mana…

Pelajaran yang dapat dipetik oleh para ekonom-ekonom di Indonesia adalah bahwa sudah sepatutnya kita belajar dari Negara-negara amerika latin yang mencoba membangun system ekonomi sosialis demi kemakmuran rakyat, lupakan invisible hand yang akan mengatur pasar, tapi belajarlah bagaimana Negara sebagai pelindung modal, Negara sebagai pengatur pasar, dan tentunya Negara sebagai pemilik Bumi, air, gas, minyak, dan segala sesuatu yang menguasai hajat hidup masyarakat (Sebagaimana pasal 33 UUD 1945) dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Kita bisa belajar bagaimana Evo Morales Presiden Bolivia menasionalisasi Perusahaan-perusahaan minyak yang dimiliki swasta dan melakukan renegoisasi terhadap kontrak-kontrak kerja antara pemerintah sebelumnya dengan Perusahaan internasional seperti EXXON, CHEVRON, TOTAL ELF, dan lainnya. Juga tentang Reformasi agraria yang membatasi kepemilikan tanah bagi swasta, dan membagikan tanah bagi buruh, tani, dan rakyat miskin. Dan tentunya semua dilakukan dengan penuh transparan dan dapat dipertanggung jawabkan untuk meminimalkan Korupsi, kolusi, dan Nepotisme.

Karena kalau hanya menyelesaikan dengan obat instant, tanpa mengobati ke akarnya seperti sekarang yang dilakukan hanya dengan Intervensi dolar di pasar memakai cadangan devisa, Tight money policy dengan mengerek tinggi Suku bunga, dan juga menaikkan suku bunga pinjaman itu semua hanya mengobati sesaat bagai pasien dengan gigi berlubang yang disuruh minum ponstan. Bahkan, saat kondisi pasar yang panic, intervensi Dolar dengan menggelontorkan Dolar dari cadangan devisa bagaikan menuangkan air dalam sumur yang tanpa dasar. Hanya sesaat sembuh dan akan kambuh lagi, karena pada dasarnya kapitalisme akan rentan terhadap krisis karena system tersebut sudah mempunyai kelemahan sistemik. Mengandalkan kekuatan system moneter tanpa fundamental sector riil yang kuat. Pertanyaan yang timbul akankah kita ber-nostalgia untuk merasakan krisis tahun 1998 yang lalu? Jawabannya adalah, sebagaimana lirik dalam lagunya The Beathles :”Above us only Sky” kita semua mari berdo’a Semoga kita tidak sedang bernostalgia ke Krisis di tahun 1998. AMIN.

Sabtu, 01 November 2008

Menara yang mengepung kota

Dalam Perkembangan Pasar Selular di Dunia, Indonesia termasuk menjadi bagian dari salah satu Negara yang mempunyai pasar yang potensial. Dari data yang dikeluarkan masing-masing Provider terlihat penetrasi yang masuk ke pasar selular baru mencapai sekitar 40 persen dari jumlah penduduk di tahun 2007 yang berjumlah 230 juta jiwa. Hal ini memberikan sebuah peluang yang lebar untuk menambah jumlah pelanggan dari masing-masing provider.
Dengan demikian akan terjadi kompetisi yang ketat antara masing-masing Provider yang ada di industri komunikasi mobile ini. Di seluruh dunia ada 3 milyar pelanggan yang menikmati komukiasi mobile ini, dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 5 milyar dalam 4 tahun ke depan. Dengan adanya peluang atau opportunity tersebut tentunya akan memberikan sebuah treatment bagi perusahaan yang bergerak di bidang industri komunikasi selular untuk mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya.
Adanya peluang, treatment, dan kompetisi yang ketat dalam meraih pelanggan tentunya akan menimbulkan implikasi ataupun dampak bagi masyarakat. Dampak yang bisa menguntungkan dan merugikan, implikasi positifnya ada pada aspek social dan ekonomi baik pada tataran makro maupun pada tataran mikro. Namun demikian akan selalu muncul dampak negative dengan adanya perkembangan tekhnologi apabila tidak segera ditindak lanjuti dengan peraturan perundangan.
Adanya komunikasi mobile atau bergerak dapat meningkatkan dan mempertinggi kualitas hidup masyarakat dunia dan Indonesia khususnya. Penulis ambil beberapa contoh, seperti terbukanya kesempatan kerja baru di semua bidang yang berhubungan dengan industri komunikasi bergerak ini, dalam skala ekonomi mikro banyak muncul Counter-counter Handphone, pengisian pulsa, dan acessoris lainnya yang berhubungan dengan industri selular. Membangun sebuah komunitas baru yang bisa menelurkan ide-ide kreatif dengan adanya penyedia-penyedia konten bagi pelanggan selular. Komunikasi bergerak juga ikut meningkatkan efisiensi, karena di manapun kita berada akan selalu bisa berhubungan baik dengan keluarga maupun dengan dunia kerja. Selain itu daerah-daerah terpencil pun sudah bisa menikmati komunikasi bergerak ini.
Akan tetapi akan selalu ada side effect, gencarnya penetrasi komunikasi mobile ini untuk membangun jaringan komunikasi agar tidak ada Blank spot area, dengan mendirikan menara-menara BTS. Hal ini tentunya akan memberikan dampak negative yang menyangkut Penataan dan Estetika sebuah kota. Belum lagi tentang kekuatan bangunan yang bermuara pada tingkat keamanan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Suatu misal Kota Jakarta, karena merupakan Ibukota Negara maka Jakarta merupakan Samudera merah bagi kompetisi operator selular untuk meraih pelanggan sebanyak-banyak-nya. Dari data yang dikeluarkan Tabloid Pulsa bulan juli 2008, menyatakan 35 persen pendapatan operator selular berasal dari wilayah DKI Jakarta. Semua operator mulai dari Telkomsel, Indosat, Exelcomindo, 3, Axis, Fren, Smart, Esia, Telkomflexi, dan Ceria semua menyatakan bahwa tingginya mobilitas penduduk Jakarta tentunya membawa konsekuensi perlunya kualitas layanan komunikasi selular yang memuaskan.
Baru-baru ini Pemda DKI memberikan perhatian yang khusus akan pentingnya penempatan menara BTS dalam hubungannya dengan penataan, keamanan, dan tentunya keindahan kota. Bahkan banyak menara-menara tersebut tidak mempunyai ijin yang lengkap untuk mendirikan menara tersebut. Hal ini juga berlaku juga di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, semarang, Bandung, Medan, Makasar, dan kota lainnya. Semua pemeritah daerahnya berencana akan melakukan penataan ulang penempatan menara di wilayah Bisnis-nya.
Dari data Pemda DKI Jakarta ada 2600 menara BTS di Jakarta, dan sebagai bagian dari penataan ulang kota akan dipangkas menjadi 800 menara saja. Rencana ini sudah sesuai dengan Peraturan Gubernur nomor 89/2006 tentang “Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi di DKI Jakarta” dan Peraturan Gubernur nomor 138/2007 tentang “ Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi di DKI Jakarta”
Dengan berdasarkan pada Kontinuitas Pelayanan maka para Operator mengadukan peraturan Pemda DKI ini kepada Ditjen POSTEL, karena telah ada peraturan menteri KOMINFO yang secara spesifik mengatur tentang menara BTS. Yang secara logika berarti sudah ada peraturan yang lebih tinggi yang mengaturnya. Padahal kalau saling memaksakan peraturan yang dikeluarkan masing-masing pihak tentunya akan kontra produktif terhadap perkembangan Industri komunikasi bergerak.
Menurut penulis alangkah arif bijaksana kalo semua pihak dari pihak Menteri KOMINFO, PEMDA, Operator selular, dan semua pihak yang terkait mencari sebuah solusi terbaik tentang penggunaan menara BTS ini. Penggunaan Menara Bersama yang coba di usulkan dari Pihak Akademis bisa merupakan salah satu solusinya. Satu menara dipakai bersama dengan Peraturan yang jelas dan Sanksi yang tegas sangat diperlukan untuk mengurangi menjamurnya menara BTS. Tentunya akan menjadi lebih baik kalo menara tersebut diserahkan kepada pihak ketiga diluar operator selular mulai pembuatan sampai perawatannya, karena biar terjadi sebuah kompetisi yang sehat. Selain itu operator tentunya tidak akan mau kalo pengelolaan menara diserahkan kepada competitor mereka. Dengan adanya solusi yang demikian akan bisa memelihara estetika sebuah kota.

Minggu, 26 Oktober 2008

Lebaran dalam sepotong iklan

Dulu, disetiap Ramadhan dan lebaran selalu identik dengan perilaku religius dan asketisme. Tetapi setelah penulis amati sepuluh tahun terakhir ini terjadi apa yang menjadi anak kandung dari kapitalisme yaitu Konsumerisme. Bulan suci dan Hari raya Idul fitripun seolah menjelma menjadi semacam komodifikasi dari nilai-nilai keagamaan yang memborbadir pikiran, akal sehat, dan nurani kita.
jauh sebelum ramadhan tiba, Layar Televisi kita sudah dipenuhi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan puasa. Mulai dari iklan, gosip, kuis, sinetron, humor, ceramah, berita, musik, dan mencapai puncaknya pada saat sahur dan buka puasa, semua dengan tujuan yang sama, meraup untung dari acara-acara tersebut, dengan balutan kerudung jilbab, baju koko muslim, dan segala pernik icon muslim lainnya.
Selain nuansa dan image islam, acara-acara ini semua selalu di padu padankan dengan berbagai macam iklan yang menyita segenap pikiran kita yang bertujuan untuk membangun sebuah brand equity yang tinggi di benak konsumen, semuanya bermuara pada return atau laba yang tinggi bagi pihak pengiklan. Penulis merasa bahwa sangat terasa sebagai sebuah cara untuk berjualan produk daripada sebuah kontlempasi agama yang bisa meningkatkan derajat ketakwaan dan keimanan kita. kita hanya dianggap sebagai obyek yang dirayu untuk mengumbar nafsu konsumerisme dan hedonisme.
Jadi ritual-ritual puasa yang sangat kental unsur ibadah dan nuansa religinya di televisi telah dimanfaatkan untuk meningkatkan semangat konsumtif yang tinggi. itu hanya di layar kaca, belum dalam realitas sehari-hari, arus deras konsumerisme sangat terasa sekali kehadirannya, bisa kita lihat di Pusat pembelanjaan, Mall, Pasar, semua sangat terlihat antusiasme masyarakat pada konsutivisme, terlebih-lebih satu minggu menjelang lebaran, banyak yang lebih mengutamakan belanja dari pada mengharap datangnya Lailatul Qodhar dengan i'tikaf di masjid.
Jalanan di sekitar Mall sampai macet total, di dukung dengan promosi dan iklan yang setiap saat menghampiri kita, dengan Tagline belanja hemat lebaran 50 %, up to 20 % bulan ramadhan, ada juga beberapa iklan yang sangat menggoda, dengan menempelkan banner dan spanduk di setiap sudut Mall semisal : " Belanja sambil Berbuka" ada juga "Belanja sambil beramal", dan cara-cara marketing modern untuk mendongkrak sales, yaitu memasang semua yang berbau muslim di bagian depan Mall.
Menurut penulis laku religius dan asketisme pada momen Puasa dan lebaran telah tergerus nilainya oleh sebuah kekuatan yang bernama "Pasar". Bulan yang Suci dan penuh ampunan bagi umat islam lebih dilihat sebagai sebuah sudut pandang bahwa Ramadhan dan lebaran adalah sebuah ajang untuk memasarkan produk-produk yang strategis. Kapitalisme yang ada di setiap ruang kehidupan kita telah mambaca peluang dengan memanfaatkan simbol-simbol dan ikon sebuah agama untuk mengeruk keuntungan yang berlipat.
Puasa yang pada hakekatnya mengajarkan sebuah laku hidup yang sederhana dan lebaran yang mengajarkan sebuah kerendahan hati untuk saling bermaaf-maafan telah terdegradasi menjadi gaya hidup yang boros, glamour, borjuis, dan penuh hedonisme. Kesalehan dan sifat religius hanya dipamerkan lewat simbol jilbab, baju koko, surban, kaligrafi arab. Ramadhan dan lebaran yang diharapkan bisa melahirkan manusia baru yang suci lewat menahan nafsu, lapar, dahaga, saling "tepo Sliro", memberi maaf dengan tulus ikhlas telah berubah kedalam kemeriahan yang dangkal.
Ada yang hilang kalo kita teringat pada puasa dan lebaran di waktu lalu, saat penulis melewati puasa sekitar 2 dekade yang lalu, Bulan Puasa memberikan atmosfer dan nuansa hidup yang sederhana dan sangat bersahaja. Kemeriahan lebih kepada pukul bedug saat maghrib, ramai-ramai menuju mushola dan masjid saat tarawih, membaca Al-Qur'an di Malam hari, I'tikaf hingga larut malam, tahajjud, pokoknya kemeriahan yang berhubungan dengan laku bathin, yang akan meningkatkan nilai ketakwaan kita saat Lebaran tiba.
Setelah Reformasi di tahun 1998, seiring dengan semarak pendirian televisi swasta baru, mulailah ritual-ritual keagamaan selalu dipadukan dengan gaya hidup materialistis yang selalu memunculkan iklan sebagai ujung tombaknya. Saat Globalsasi membuat setiap negara di dunia menjadi satu, sifat-sifat keagamaan bersentuhan dengan arus deras konsumsi.
Inilah kenyataan yang kita saksikan dari tahun ke tahun, menjadi tantangan bagi kita semua, terutama para alim ulama yang ada di negeri ini, untuk mengembalikan nilai-nilai yang ada di setiap ritual dan perayaan keagamaan. Agar kita tidak terjebak pada pusaran kesalehan-kesalehan visual.

Minggu, 06 Juli 2008

Cermin yang bernama Sejarah.

Hampir semua kamus yang ada mendefinisikan Kata Sejarah (History) adalah rentetan peristiwa yang “benar-benar” terjadi di masa lalu. Jadi berdasarkan definisi tersebut apa yang terjadi saat ini, pada detik berikutnya sudah menjadi sebuah sejarah. Pertanyaan yang sering timbul adalah peristiwa tersebut apakah benar-benar terjadi ataukah hanya sebuah rekayasa dari penulis sejarah. Karena ada sebuah ungkapan bahwa sejarah adalah peristiwa yang dituliskan kembali oleh mereka yang berkuasa, dengan demikian akan ditulis menurut selera sang penguasa.

Namun demikian apakah itu akan menjadikan sejarah adalah sesuatu hal yang basi dan membosankan. Tidak bisa dikatakan demikian, karena pada dasarnya setiap peristiwa sejarah akan membuat rasa penasaran kita, tentang kebenarannya dan Implikasinya di kehidupan kita saat ini. Sebagaimana ucapan pemimpin kita Bung Karno yang membuat akronim JAS MERAH yaitu jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena dengan belajar dari sejarah kita akan bisa mengambil hikmah dibalik peristiwa tersebut.

Dari sejarah penemuan rekayasa komunikasi lintas atlantik tanpa kabel lewat kode morse yang diciptakan Guglielmo Marconi, maka dapat berkembang tekhnologi informasi Internet lintas batas. Dari penemuan golongan darah oleh Karl Landsteiner maka akhirnya berkembang metode penciptaan bayi tabung, dengan belajar pada sejarah penemuan Teori Relativitas Einstein maka berkembanglah penemuan-penemuan pesawat ruang angkasa yang mengantar Neil Amstrong untuk mendarat di bulan. Tak dapat disangkal sejarah bisa menunjukkan sebuah era yang sarat perubahan dramatis dan mencengangkan.

Sejarawan Eric Hobsbawm penulis buku “The Age of Extremes” menyebut abad XX sebagai abad yang singkat, alasannya karena banyaknya peristiwa yang muncul dan serba cepatnya perubahan yang terjadi nyaris di segala bidang, sehingga jalannya waktu terasa amat cepat dan singkat. Sehingga sejarah bukanlah sekedar kumpulan hari, tanggal, atau fakta-fakta kering di masa lalu, tetapi ada sebuah dimensi yang menujukkan peristiwa-peristiwa yang sarat akan makna.

Dalam sejarah Indonesia di abad XX banyak kejadian-kejadian yang dramatis, dimulai dari berdirinya boedi Oetomo, sumpah pemuda, kemerdekaan, peristiwa G 30 september 1965, lengsernya Soeharto, reformasi, Diturunkannya Abdurrahman Wahid, bencana tsunami, semuanya menuunjukkan sebuah periode dalam sejarah yang penuh dengan perubahan yang dramatis. Semua harus bisa kita jadikan cermin dalam upaya untuk menjadikan bangsa yang tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang sama di masa kini dan yang akan datang.

Pembantaian yang sangat sadis di Gerakan 30 september 1965 hendaknya dijadikan instropeksi agar tidak pernah terulang di kemudian hari. Bukan hanya kematian danluka secara fisik saja yang dialami para korbannya tapi lebih dari itu anak cucu mereka mempunyai trauma secara psikis dan belum lagi stigmatisasi dari masyarakat bahwa mereka adalah pihak yang harus disingkirkan dalam percaturan politik di Negara ini. Belum lagi peristiwa kerusuhan dan penjarahan di mei 1998, yang memunculkan isu adanya pemerkosaan secara massal pada etnis tertentu yang sampai sekarang belum bisa dibuktikan secara hukum.

Semua itu haruslah bisa dijadikan sebuah pelajaran dari pengalaman sejarah yang tak ternilai harganya, janganlah peristiwa-peristiwa yang menyedihkan tersebut terulang di masa mendatang. Sudah terlalu banyak ongkos social yang harus dibayar karena peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam peristiwa sejarah juga harus dapat menambah motivasi-motivasi dalam membangun bangsa ini, seperti lahirnya kebangkitan nasional, sumpah pemuda, kemerdekaan, keberhasilan pembangunan, semua haruslah menjadi cermin untuk memompa semangat juang kita.

Bagi para sejarawan, mempunyai tugas yang berat untuk menuliskan sejarah dengan berdasarkan peristiwa, fakta, dan analisa yang bisa dipertanggung jawabkan kredibilitasnya secara akademis, jangan sampai ada unsur tekanan dan paksaan dari pihak manapun sehingga sejarah yang dituliskannya menjadi bias. Karena banyak keputusan-keputusan yang dibuat saat ini untuk kepentingan jangka panjang dengan menengok pada sejarah yang telah terjadi. Sebagaimana pepatah lama yang menyatakan : “seseorang yang lupa akan sejarahnya akan ditakdirkan untuk mengulanginya.”

Minggu, 22 Juni 2008

Mereka Bugil di Depan Kamera.

Hasil penelitian Sony Ady Setyawan, seorang mahasiswa asal Yogyakarta mengungkapkan, Saat ini lebih dari 500 Video porno buatan Indonesia beredar di masyarakat, baik dalam bentuk VCD, DVD, maupun yang beredar dari Ponsel ke Ponsel. Dan yang lebih celaka lagi foto dan video porno tersebut beredar di kalangan pelajar. Sebagian besar video porno tersebut dibuat secara amatiran, berdasarkan keisengan belaka, kebanyakan dari video porno itu dibuat melalui kamera yang ada di Ponsel. Dalam hal ini memang sangat mudah dilakukan karena teknologi video saat ini sudah melekat hampir di semua ponsel.
Sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan menurut penulis, karena ternyata hampir 90 % diantaranya dibuat oleh mahasiswa dan pelajar, dengan demikian setiap hari minimal ada 2 film porno baru buatan mahasiswa dan pelajar yang beredar di tengah masyarakat melalui internet dan handphone. Suatu fenomena gelombang film porno yang sangat mencengangkan, terutama terhadap para orangtua yang sudah sedemikian susahnya mendidik anak-anak kita di zaman seperti sekarang ini. Diperlukan sebuah langkah-langkah yang sistematis dan komprehensif di semua lapisan masyarakat untuk membendung serbuan film porno, dan tidak hanya menyalahkan perkembangan teknologi.
Ada bermacam motivasi yang mendasari pembuatan film-film porno yang beredar di masyarakat:
- Yang pertama adalah video porno yang dibuat secara amatiran, dalam hal ini motivasi yang mendasarinya adalah sebuah keisengan belaka.
- Yang kedua adalah video porno yang dibuat atas nama cinta. Misalnya dari sepasang kekasih yang salah satu dari pasangan tersebut ingin adegan mesranya didokumentasikan.
- Yang ketiga adalah CANDID CAMERA, yaitu motivasi mendapatkan uang dengan mengambil adegan seks atau ketelanjangan dengan kamera tersembunyi, hal ini pernah dialami oleh artis-artis kita.
- Yang keempat, adalah komersialisasi, yaitu pembuatan video porno yang sengaja dilakukan untuk dikomersialkan atau dijual kepada masyarakat.
Kalau kita amati, pornografi berarti sudah masuk dalam kategori yang sangat memprihatinkan, benar-benar masuk disemua segmen usia, termasuk anak-anak sekolah. Berdasarkan liputan yang dilakukan KICK ANDY (Sebuah acara Talk Show di METRO TV) semua siswa sekolah SMA pernah melihat gambar dan video porno melalui Ponsel mereka, bahkan siswa sekolah SMP sebagian besar juga pernah melihatnya. Kalaupun mereka tidak melihat di Ponsel mereka dapat juga melihat melalui Internet di Warnet-warnet yang tersebar di sekitar kita, bahkan ada Warnet yang menyediakan ruang untuk Making Love, benar-benar fenomena gelombang pornografi yang fantastis.
Menurut penulis ada beberapa langkah yang diperlukan untuk setidaknya membendung gelombang film porno ini agar tidak tersebar secara luas di segmen pelajar yang belum dewasa, :
- Memberikan Pendidikan Agama dan moral yang kuat sebagai Pondasi dalam pergaulan anak kita. Dimulai dari lingkungan keluarga, terutama tugas orang tua untuk selalu menanamkan pendidikan Agama, dilanjutkan di sekolah-sekolah agar tidak terjebak dalam dunia pornografi .
- Memberikan pendidikan seks yang benar dan terarah mulai usia dini, dimulai dari orang tua dan di sekolah-sekolah. Jadi berbicara tentang seks bukanlah suatu hal tabu, kalau itu dilakukan dalam kerangka sesuatu yang Ilmiah, yang bisa kita kategorikan sebagai pendidikan Seks. Karena kalau kita tidak membicarakan dengan terbuka dan disesuaikan dengan kemampuan logika berpikir sesuai Usia mereka, maka mereka cenderung akan sembunyi-sembunyi membicarakan bersama dengan teman sebayanya, dan bahkan akan mencari-cari informasi di dunia Cyber.
- Menkampanyekan internet sehat. Terutama di warnet-warnet selalu diberikan tambahan software yang bisa digunakan untuk memproteksi situs-situs porno, agar para pengguna tidak bisa browsing pada situs-situs tersebut. Tentunya pemerintah harus selalu menyediakan aplikasi Software yang mudah diakses dan tidak terlalu mahal agar para Pengusaha warnet mudah mendapatkannya.
- Mengoptimalkan Hukum dan Undang-undang yang ada, untuk memperkarakan pembuatan Video Porno, dan penyebarannya, sebagaimana diatur dalam pasal 282 dan 283 KUHP tentang Eksibionisme. Bahwa seseorang ataupun insitusi bisa dijerat kasus Pidana apabila membuat dan menyebarkan Foto dan Video dalam kategori Porno.

Dengan langkah-langkah tersebut bisa diharapkan akan membendung gelombang Video porno yang dibuat di Indonesia, kalau tidak dimulai sekarang, penulis khawatir kita akan terseret oleh pusaran Pornografi yang lambat laun akan menenggelamkan bangsa ini.

Sabtu, 07 Juni 2008

Hidup dalam himpitan kekerasan.

Kekerasan pecah di monas, di pusat kota Jakarta. Kita lagi-lagi disuguhi adegan kekerasan atas nama agama yang terus berulang. Tidak bisakah setiap perbedaan pandangan diselesesaikan dengan cara-cara yang elegan, cara-cara yang egaliter. Benarkah sinyalemen selama ini yang menyatakan bahwa individu-individu dan komunitas yang ada di Negara ini mudah tersulut emosinya dan mudah menjadi anarki hanya karena hal-hal yang sepele, karena sudah beratnya himpitan beban kehidupan. Benarkah kekerasan-kekerasan yang berlangsung setiap hari di depan mata kita adalah sebuah fenomena puncak gunung es di lautan, dimana yang tampak di permukaan belumlah seberapa di banding magma yang ada di bawahnya yang setiap saat bisa meletus dengan dashyat.
Ada sebuah pernyataan dari seorang tokoh spiritual dari Bali yaitu bung Gede Prama, bahwa kekerasan-kekerasan yang terjadi di Indonesia karena terlalu sering dalam kehidupannya, manusia mencari kesalahannnya pada orang lain, bukan mencari kekeliruan-kekeliruan yang kita lakukan. Dengan demikian kita dengan mudahnya akan menimpakan semua kesalahan pada orang lain. Bukan instropeksi diri. Seperti kasus di monas yang dilakukan oknum FPI (Front Pembela Islam), sebenarnya bisa untuk dimusyawarahkan, berdebat dengan kesetaraan dan memberikan ruang yang terbuka akan toleransi. Tidak harus dengan cara-cara anarkhi, karena pada dasarnya Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin (Rahmat bagi semesta).
Pengertian dari jihad yang demikian agung direduksi sedemikian rupa menjadi kepentingan kelompok tertentu. Padahal makna kata Jihad menurut almarhum Nurcholis Majid (semoga beliau selalu dimuliakan oleh ALLOH, AMIN). Adalah semua pekerjaan yang mempunyai pertalian yang suci dan mulia dengan dunia dan Tuhan. Ada jihad intelektual, tradisi dan semangat inovasi di bidang pemikiran, eksperimentasi menuju penemuan baru. Ada jihad spiritual: berdoa, berwirid, dan dzikir. Jadi bukan dalam artian menyerang, membunuh, mengebom orang yang bukan se-agama dan sealiran dengan kita.
Menurut penulis harus ada langkah-langkah yang nyata untuk menanggulangi kekerasan-kekerasan yang bagaikan puncak gunung es ini.
Yang pertama: para pemimpin, baik yang presiden, yang mantan presiden, yang calon presiden, yang politisi, yang Begawan, yang militer, yang resi, yang pemuka agama, yang ilmuwan, atau siapa saja, juga yang bukan siapa-siapa. Duduk bersama-sama melingkar saling membuat langkah-langkah untuk menyelesaikan segala bentuk kekerasan yang terjadi. Keadaan kohesi social kita sudah sedemikian parahnya, sehingga gesekan sedikit saja adanya perbedaan pendapat sudah bisa menyulut anarkhisme.
Semua pihak sudah harus bisa menghilangkan pertentangan-pertentangan kepentingan antar kelompok. Sudah terlalu memalukan di saat seperti ini untuk mempersaingkan ambisi-ambisi pribadi kita, sudah terlalu hina untuk terus berkonsentrasi pada hanya keuntungan-keuntungan sepihak. Tindakan-tindakan reaktif dalam hal ini tindakan hukum memang sangat diperlukan, tapi yang lebih penting lagi adalah semua pihak harus berunding, melakukan rekapitulasi nasional, memulai kembali satu perjalanan kebangsaan.
Yang kedua, bersikap mawas terhadap diri sendiri. Dalam hal ini jangan pernah berprasangka yang negative terhadap kelompok lain, lebih baik mawas diri. Prasangka yang berkepanjangan akan bisa menjadi fitnah subyektif. Dalam melihat kekerasan demi kekerasan yang terjadi alangkah baiknya kalau dipandang sebagai satu kesatuan, bukan sebagai satu penggalan kasus-kasus yang berdiri sendiri. Kekerasan selain dilihat sebagai sebab, harus juga dilihat sebagai akibat. Kekerasan-kekerasan yang terjadi bisa terkait dengan soal hegemoni politik, perlindungan lahan dagang, dendam terhadap sejarah dan ketidakadilan, dan macam-macam penyebabnya. Bagaikan orang yang sakit kulit, jangan hanya sibuk cari obat pengoles sakit kulit, tetapi harus berpikir untuk mengubah pola makanan atau cara hidup yang lebih menyeluruh, agar tidak muncul penyakit kulit berikutnya. Jadi semua pihak harus mengupayakan untuk mencari suatu solusi yang komprehensif dalam upaya penyelesaian masalah kekerasan yang melanda bangsa ini.
Yang ketiga, para pemimpin agama, mulai dari tingkat yang paling kecil lingkupnya sampai skala nasional harus mulai menanamkan sebuah wajah agama yang menyejukkan, agama yang menentramkan bagi umat, bukan menanamkan doktrin-doktrin yang panas, yang bisa membuat kesalahan dalam pemahanan kehidupan bernegara yang plural. Memberikan ajaran agama yang menghargai adanya perbedaan akidah, keyakinan, tafsir, pendapat, dan mengajari toleransi aktif yang bermuara pada kerjasama yang positif dalam membangun bangsa.
Kalau langkah-langkah tersebut di jalankan dengan niat yang kuat dan selalu berdoa mohon perlindungan-NYA, melaksanakan dengan penuh komitmen, penulis yakin akan bisa meminimalkan terjadinya kekerasan yang berulang. Seperti ungkapan bijak yang menyatakan:
“Cahaya penerangan tidak diluar. Ia tersembunyi dalam keseharian yang penuh cinta. Siapa saja yang melangkah dengan penuh cinta, perjalanannya akan terang benderang.”

Sabtu, 24 Mei 2008

BBM (Bolak balik mundak).

Dalam sebuah obrolan ringan di pangkalan ojek, seorang tukang ojek berkata :”BBM naik lagi”, terus tukang ojek lainnya barkata:”Ya mesti aja BBM khan singkatan dari Bolak balik mundak (Sering naik)”. Ada sebuah satire yang sublime, saat penulis mendengar obrolan tersebut. Mungkin terkesan guyon sekenanya, tapi itulah gambaran yang mereka ketahui, hanya sebatas itulah kemampuan masyarakat kita menyikapi kenaikan BBM baru-baru ini, dan itulah masyarakat terbanyak yang menghuni struktur kependudukan di Indonesia. Mereka tidak pernah tahu hitung-hitungan yang rumit tentang neraca APBN, subsidi, Harga minyak dunia, penghematan energy, kompensasi, dan lainnya. Dan inilah sebenarnya tugas kita bersama untuk membuat mereka jadi tahu ada apa dibalik kenaikan harga BBM.
Ada 2 kubu yang menurut penulis bersikap pro dan kontra dalam rencana kenaikan harga BBM, masing-masing punya argumentasi dan didukung data-data yang menurut mereka sama-sama sahih dan Valid, dengan tingkat presisi yang tinggi. Kubu pertama yang Pro diwakili oleh pemerintah dan para insan akademis yang mendukungnya. Sedangkan kubu kedua yang bersikap Kontra diwakili oleh mahasiswa dan didukung oleh para menteri yang pernah mencicipi nikmatnya kekeuasaan. Sedangkan sebenarnya ada kubu yang paling besar jumlahnya tapi tidak mempunyai akses untuk sekedar mengetahui apa yang terjadi, yaitu masyarakat awam yang menuruti apapun yang menjadi keputusan pemerintah.
Dari kubu pemerintah dalam beberapa hari menjelang kenaikan sering menampilkan alas an-alasan kenapa harga BBM harus dinaikkan beserta solusi praktis dalam pengurangan efek negative yang dirasakan masyarakat. Disebutkan harga minyak di pasaran dunia yang mencapai 125 US Dolar amerika per barel telah menjadikan subsidi jadi membengkak, karena kita masih jadi pengimpor minyak. Ini sebagai alas an pertama. Alas an yang kedua Subsidi tidak tepat sasaran, karena dari 113 trilyun rupiah nilai subsidi, 75 trilyun-nya diberikan kepada masyarakat kaya yang punya mobil pribadi, berarti hanya 40 % masyarakat kaya menikmati 70 % subsidi BBM.
Dari kubu yang Kontra kenaikan harga BBM memberikan data bahwa biaya Produksi untuk 1 barel minyak adalah 10 US Dolar amerika, apabila kita bisa menjual per barel 70 US Dolar di pasar domestic sudah berapa keuntungan yang di dapat, belum lagi kalau bisa diekspor 125 US Dolar amerika di pasar Internasional, berarti pada dasarnya tidak memerlukan Subsidi. Alas an yang kedua hanya berapa mobil pribadi yang dimiliki orang kaya dan sebenarnya yang memerlukan untuk pembelian BBM adalah benar-benar rakyat miskin yang hanya bisa naik angkutan umum, merekalah konsumen terbesar karena konsumsi terbesar pada BBM adalah terdapat pada angkutan UMUM. Sehingga memang sangat diperlukan harga BBM yang murah. Yang ketiga adalah akan adanya second Effect secara tidak langsung bila ada kenaikan BBM yaitu kenaikan harga-harga barang karena membengkaknya biaya produksi dan transportasi atas barang dan jasa, yang muaranya menjadi beban hidup masyarakat menjadi semakin berat.
Kembali kubu pertama yang pro memberikan argumentasi bahwa nantinya uang hasil penghematan subsidi akan digunakan untuk Bantuan kepada rakyat miskin dengan analogi di media massa :
1.Diberi ikan.
Yaitu memberikan bantuan langsung tunai, beras untuk rakyat miskin, bantuan operasional sekolah, dan jaminan kesehatan Masyarakat.
2. Diajari memancing.
Yaitu memberikan bimbingan kepada masyarakat dengan sarana program pendampingan untuk memberdayakan Usaha kecil dan menengah dalam mengelola usahanya.
3. Dibantu punya pancing dan perahu sendiri.
Dengan memberikan kredit kepada rakyat miskin berupa KUR (kredit untuk rakyat) 5 juta ke bawah tanpa agunan sama sekali, dan menurut versi pemerintah sudah tersalurkan 4 trilyun.

Sama-sama argumentative data dan alas an yang diberikan kedua kubu. Menurut penulis yang awam dan naïf dalam samudera ilmu ekonomi yang dalamnya tak terduga, ada beberapa alas an yang bisa dikompromikan dari kedua kubu.
Yang pertama, kita mulai dari segi produksi minyak, harusnya mulai sekarang kita optimalkan semua produksi kilang-kilang minyak yang ada, kita sesuaikan dengan kemampuan kapasitas produksi yang optimal. Kita buat aturan yang mendukung efisiensi biaya produksi, dipangkas biaya-biaya siluman yang tidak perlu, dibuat iklim usaha yang kondusif bebas dari Pungutan-pungutan liar, korupsi dan nepotisme. Untuk Kontrak kerja yang menguntungkan pihak asing kita negoisasi ulang dengan sharing laba yang saling menguntungkan seperti EXXON, MOBIL Oil, BP, dan lainnya. Sehingga kita bisa menjadi pengekspor minyak dan mendapatkan untung bila harga minyak naik di pasaran dunia. Sehingga kita tidak memerlukan subsidi lagi. Dan juga mulai dipikirkan untuk Konversi dan difersifikasi Energi alternative agar ketergantungan kepada BBM berkurang.
Yang kedua, langkah-langkah mulia yang direncanakan pemerintah sebagai pengentasan kemiskinan kita dukung sepenuhnya dengan cara ada pengawasan implementasi di lapangan sampai ke tingkat yang paling rendah, sehingga apa yang direncanakan akan sampai kepada masyarakat dengan efektif dan efisien. Menurut penulis analogi diberi ikan, diajari memancing, dan dibantu punya pancing dan perahu sendiri, masih ada tambahan lagi, yaitu diajari cara menjual ikan di pasar. Maksudnya adalah bagaimana mengajari rakyat untuk paham jalur distribusi dalam mekanisme pasar, bagaimana cara mengetahui perubahan harga, bagaimana cara mempunyai skill untuk pemasaran, semua itu sangat diperlukan.
Belajar dari masa lalu saat pemberian kredit dengan bunga lunak kepada petani dan nelayan yang kurang berhasil pada saat implementasinya, karena mereka yang sudah mendapat pancing, perahu, dan ikan tidak berhasil secara optimal menjual ikannya, karena tidak mengetahui jalur distribusi dan harga yang tepat, terutama adanya informasi yang asimetris mengenai disparitas harga. Maka setelah sekarang ada Program kredit tanpa Agunan dengan nama KUR (kredit untuk rakyat) ini, juga harus diberikan pasar oleh pemerintah beserta rantai distribusinya dengan harga yang tepat untuk output produksi dari UMKM tersebut, suatu misal memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM masuk ke Supermarket-supermarket besar dalam menjual hasil produknya. Bisa ke Carrefour, Giant, Indomaret, Alfamart, dan sebagainya.
Dan yang perlu diperhatikan lagi adalah dalam program pemberdayaan dan pendampingan dari pengusaha besar kepada pengusaha kecil, haruslah di awali dengan niat yang betul-betul ikhlas untuk memberdayakan usahanya dan bukan dengan tujuan tersembunyi untuk menguasainya dan mengeksploitasi labanya.
Harga BBM sudah dinaikkan, dan kita berharap semoga program-program pengentasan kemiskinan yang direncanakan bisa berjalan optimal pada tahap ekskusi dan implementasinya. Kita doakan para pembuat kebijakan, terutama Ibu Sri Mulyani sebagai Menkeu yang setiap helai rambutnya bagaikan cahaya ilmu, bisa memberikan yang terbaik baik masyarakat Indonesia. AMIN.

Sabtu, 17 Mei 2008

100 tahun kebangkitan (kembali) Indonesia.

Dalam peringatan 100 tahun kebangkitan nasional 20 mei 2008, telah dilakukan dengan semarak di seluruh pelosok negeri, di lakukan di segala bidang kehidupan, mulai skala terkecil sampai skala terbesar yaitu di tingkat Negara. Ada yang melakukan dengan cara melakukan pameran seni rupa, pementasan teater, lomba menulis tentang kebangkitan nasional, dan ratusan seminar mulai tingkat local sampai tingkat nasional, dengan tema yang hampir sama tentang Re-Interpretasi Kebangkitan nasional setelah 100 tahun.
Dalam seminar-seminar yang berlangsung banyak materi-materi yang diseminarkan kebanyakan adalah tentang konsep, perencanaan, implementasi, metode, segala sesuatu yang berhubungan dengan kalkulasi, forecasting (peramalan), atau juga estimasi bagaimana seharusnya rebuilding (membangun kembali) Indonesia setelah diterpa krisis mulai 1998 sampai sekarang . saat peringatan kebangkitan nasional inilah momentum yang tepat untuk kembali bangkit dari segala krisis dan keterpurukan bangsa.
Menurut penulis, apabila sebuah dasar pemikiran untuk membuat bangsa ini bisa kembali bangkit dari krisis dikatakan sebagai sebuah titik nol, maka titik nol-nya adalah Toleransi. Dari titik nol inilah bisa kita buat garis ke segala arah yang nantinya akan berujung pada kesetaraan. Bukan sebagai sebuah toleransi yang pasif, tetapi lebih kepada toleransi aktif, dimana saling dikembangkan sebuah budaya saling percaya, mengakui adanya perbedaan baik agama, ras, etnis, budaya, suku, dan lainnya, sehingga setiap permasalahan yang paling elementer sekalipun bisa diselesaikan dengan mengedepankan sebuah dialog.
Setiap masyarakat harus menyadari bahwa Negara Indonesia dengan Pancasila dasarnya adalah sebuah Negara yang sudah final, Negara yang terbentuk dengan berbagai macam agama, suku, budaya, ras, etnis, dan keragaman lainnya, yang sudah dirumuskan dengan tepat oleh The Founding Father’s kita di masa lalu. Dengan menyadari hal yang demikian, maka sudah tidak perlu lagi untuk membuat sebuah Negara agama. Nilai-nilai yang ada pada agama hendaknya kita masukkan ‘Roh”-nya dalam penerapan hukum yang menjunjung tinggi nilai keadilan apapun agama kita.
Kita bisa ambil sebuah contoh dari peristiwa hijrah-nya nabi Muhammad SAW, dimana kaum Muhajirin yang bersama nabi dari mekah bisa berbaur dengan kaum anshor yang ada di madinah, karena nabi berusaha untuk “Mempersaudarakan” yang luas maknanya; yaitu dalam konteks transaksi cultural, sosiologis, politis, dan perbedaan lainnya. Kalupun ada friksi-friksi selalu diselesaikan dengan cara-cara dialog yang elegan. Di Indonesiapun, kalau kita selalu berpikir tentang keutamaan toleransi maka akan timbul rasa saling percaya dan kebersamaan. Baik antara sesame masyarakat, yang berlainan agama, berlainan suku, budaya , dan etnis, dan juga rasa percaya dan kebersamaan antara rakyat dan pemerintah-nya.
Kita sering lihat bahwa untuk menjadi “Togetherness” tidaklah mudah tetapi dengan selalu mengembangkan toleransi aktif maka penulis yakin, kebersamaan dan rasa saling percaya akan terwujud. Dalam skala yang tinggi di pemerintahan sering juga kita lihat, apa yang sudah menjadi keputusan dalam sebuah rapat cabinet dan disepakati bersama tetapi dalam tingkat eksekusi dan implementasinya saat membutuhkan koordinasi antara level atas dengan terendah sulit untuk diterapkan. Hal ini karena tidak ada rasa saling percaya dan kebersamaan bahwa kita hidup di bumi yang sama yaitu Indonesia.
Dalam criteria pemilihan kepemimpinan pun baik dari tingkat desa sampai kepala Negara hendaknya kita juga tetapkan tidak ada syarat-syarat primordialisme-nya, tidak ada syarat diskriminatifnya dalam agama, ras, suku, budaya dan lainnya.menurut penulis criteria kepemimpinan haruslah memuat criteria-kriteria obyektif yang ada, dimana secara sederhana ada tiga dimensi yang diperlukan, yaitu; Kejernihan Qolbu (hati), kecerdasan pikiran, dan keberanian mental. Tanpa memandang dari agama, suku, ras, budaya dan lainnya. Jika pemimpin hanya memiliki kejernihan qolbu, tanpa punya kecerdasan intelektual, dan keberanian mental maka tidak akan pernah bisa memujuddkan konsep-konsep yang sudah disepakati bersama.
Demikian juga apabila pemimpin hanya punya kecerdasan dan keberanian, tanpa adanya kejernihan qolbu maka akan menjadi sebuah rezim yang dictator dan otoriter. Dengan demikian tiga criteria tersebut lah yang menjadi acuan untuk memilih pemimpin kita. Memang tidak ada manusia sempurnya tetapi setidaknya kita sudah membuat sebuah formula cara pemilihan kepemimpinan yang baik, dan dengan dibuatkan Undang-undang dalam pemerintahan maka akan meminimalkan resiko pemimpin yang tidak peka pada rakyatnya.
Rasa Simpati, empati satu sama lain, persaudaraan, kebersamaan, solidaritas merupakan wujud dari sikap toleransi yang kita miliki, ini merupakan modal social yang harus dikembangkan secara aktif. Dengan demikian segala keputusan yang dibuat dalam rangka membangun bangsa ini haruslah didasari rasa toleransi ini, kita semua baik rakyat kecil, pengusaha, penguasa, kaum kelas menengah semua mempunyai hak yang sama untuk menikmati hasil pembangunan.
Dalam memperingati kebangkitan nasional ini ada sebuah kalimat yang bernada perenungan :
“rasa sakit dari krisis suatu bangsa itu hanya berlansung sementara: bisa dalam 1 jam, satu hari, satu tahun, atau satu dasawarsa, Namun, jika kita menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”
Selamat 100 tahun kebangkitan nasional, semoga bangsa ini bisa memakmurkan warganya. AMIN.

Minggu, 11 Mei 2008

WAKTU

Dalam sebuah novel fisika-nya alan lightman yang berjudul Einstein’s dreams (mimpi-mimpi Einstein), ada sebuah paragraph yang sangat menarik :
“Andaikan waktu adalah suatu lingkaran, yang mengitari dirinya sendiri. Demikian juga dunia, akan selalu mengitari dirinya sendiri, orang tidah tahu, bahwa setiap saat dia menjalani kehidupan mereka kembali. Pedagang tidak merasa bahwa mereka akan saling menawar lagi dan lagi. Politikus tidak tahu bahwa mereka akan berseru dari mimbar berulang-ulang dalam putaran waktu. Orang tua menikmati sepuas-puasnya tawa pertama anak-anak mereka seolah-olah tak akan mendengar lagi. Sepasang suami istri yang pertama kali bermain cinta malu-malu melepas busana, mereka semua tidak tahu bahwa akan terulang lagi tanpa henti, persis sebelumnya.”
Lalu kemana sebenarnya perginya waktu? Kenapa yang tersisa hanya kenangan-kenangan yang bagai kerak di dasar sungai, yang mengendap dalam pikiran kita, menunggu hujan yang akan melarutkannya. Kapan saat ini menjadi masa lalu, dan kemana perginya masa lalu. Kalau Al-Ghozaly menyatakan bahwa hal yang paling jauh dari kita adalah masa lalu, tetapi ada juga pepatah yang menyatakan bahwa seseorang yang lupa akan masa lalunya akan ditakdirkan untuk mengulanginya.
Dalam Teks Ayat suci disebutkan bahwa malaikat jibril menuju langit ke-7 hanya sekelebat yang takarannya adalan 50 tahun waktu bumi, dengan demikian sangatlah benar bahwa waktu adalah relative, tergantung kecepatan kita mengarunginya. Dan waktu adalah penanda sebuah peristiwa, dimana kadang terjadi secara berulang-ulang. Peristiwa yang sedetik telah lewat akan menjadi sebuah kenangan. Peristiwa , sekali terjadi akan kehilangan sebuah realitas. Yang tertinggal adalah bagaimana kita memberi makna dan mengambil hikmah dari sebuah peristiwa yang kita lalui.
Menurut penulis setiap kali kita mengalami sebuah peristiwa apapun pada diri kita, kegembiraan, kesedihan, duka, cinta, bahagia, tangis, tawa, semua fenomena yang ada, paling tidak kita harus bisa mengambil hikmah atau mendapatkan suatu hal-hal yang baru sebagai bekal kehidupan kita selanjutnya dalam mengarungi samudra waktu. Sebuah peristiwa bisa kita jadikan sebagai sebuah jawaban dari rasa penasaran dan kebelumtahu-an kita. Sebagai suatu misal kenapa kita harus merasakan Jatuh cinta, karena sebagai jawaban dari rasa penasaran keingintahuan kita tentang jatuh cinta. Kenapa harus ada air mata yang jatuh saat kesedihan, biar kita bisa berempati atau bahasa jawa-nya tepo sliro (merasakan penderitaan orang lain), dan peristiwa-peristiwa lainnya yang bisa menjawab kebelumtahuan kita.
Sebuah peristiwa bisa dijadikan sebagai pencerahan bagi kita, bisa menimbulkan sebuah inspirasi baru untuk mencipta sesuatu. Peristiwa jatuhnya sebuah apel dari pohon, menjadikan seorang Newton, cukup untuk menemukan sebuah teori gravitasi. Sebuah bencana akan memberikan pencerahan bagi kita untuk kembali menyerahkan semuanya pada Tuhan setelah berbagai macam ikhtiar yang kita lakukan. Semua berpulang pada kita untuk memaknai sebuah peristiwa yang terjadi.
Sebuah peristiwa bisa juga digunakan sebagai pembuktian atau penguatan Pendapat yang telah kita miliki dan kita yakini. Kejadian-kejadian yang bermakna spiritual biasanya sudah kita yakini sebelumnya apapun agama dan keyakinan kita. Suatu misal peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW yang kalo dilihat hanya dengan “Ilmiah semata” akan terasa controversial. Tetapi kalo sudah ada keyakinan sebelumnya, peristiwa tersebut akan menguatkan pendapat yang telah kita yakini tentang keAgungan Tuhan. Memang ada kalanya, suatu peristiwa dengan mudah dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tetapi masih banyak juga ilmu pengetahuan dan tekhnologi belum mampu menguak hakikat dari suatu peristiwa. Bidang inilah sebenarnya yang harus menjadi tantangan bagi kita semua untuk selalu iqro’ (membaca), berpikir, dan bekerja keras dalam rangka ikhtiar untuk memahami peristiwa-peristiwa yang oleh Tuhan sengaja diciptakan untuk meningkatkan derajat keilmuan kita. Pada akhirnya hasil dari Ikhtiar kita harus bermuara pada semakin kuatnya keyakinan kita akan KeAgungan Tuhan.
Waktu dan peristiwa tergantung bagaimana kita memaknainya, bisa berjalan terasa lambat atau cepat yang semuanya akan melahirkan kenangan. Saat kita menantikan sesuatu yang kita harapkan, waktu bisa sedemikian lambat-nya, ada kalanya waktu seakan bergerak sangat cepat yang kita serasa ingin menahannya sedetik saja, saat-saat terindah yang kita miliki.
Demikianlah waktu, maka menurut penulis apa yang ditulis seniman besar kita, yang pernah meninggal di usia masih muda Chairil Anwar dalam sebait Puisinya:
“Hidup hanya menunda kekalahan”.
Bukan sebagai sebuah pesimisme dalam menghadapi hidup, tetapi lebih kepada kepasrahan kepada sang Pencipta bahwa pada akhirnya kita akan dikalahkan oleh usia dan Waktu.
Ya pada akhirnya…………………………………………………………………………………………………………………………………

Minggu, 04 Mei 2008

Di Bawah Matahari Yang Sama

Judul diatas penulis ambil dari judul lagu grup music asal Jerman SCORPION dengan Judul “Under the same sun”. Sebagai Pengingat kepada kita semua khususnya pemimpin-pemimpin kita bahwa Kita hidup dalam Negara Indonesia, menghuni tanah air yang sama, dan Di bawah Matahari yang sama,sehingga harus berusaha sekuat tenaga untuk bersikap adil kepada seluruh warga Negara Indonesia.Saat-saat seperti sekarang memang dibutuhkan sebuah kebijaksanaan yang tinggi bagi para pemimpin kita yang sebentar lagi akan ada Pemili di 2009. Saat Dimana harga BBM di tingkat dunia semakin tinggi harganya yang mau tidak mau pemerintah juga harus menaikkan harga BBM di dalam Negeri.
Berbicara tentang kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan apalgi tentang kepuasan bagi manusia memang tidak akan pernah ada habisnya. Karena pada dasarnya menurut Psikolog Abraham maslow tentang Teori pemuasan kebutuhan, dimana Hirarki kebutuhan manusia dimulai dari yang paling rendah, yaitu Pangan, Sandang, papan, terus ke tingkat rasa aman, dilanjutkan dengan kebutuhan akan interaksi social, lalu self esteem, dan terakhir adalah aktualisasi diri. Bagi seorang Pemimpin yang bijaksana harus bisa menyediakan kebutuhan dasar rakyatnya, pangan, sandang, dan papan dengan menjalankan sebuah program pembangunan yang bisa mencapai Tujuan tersebut.
Dalam hal ini ada sebuah kata bijak bagi seorang Pemimpin bahwa jadilah sekeras batu dalam mendidik diri sendiri, dan jadilah selembut air dalam melayani orang lain. Dalam hal ini penulis sempat tercengang saat membaca berita “ada 3 menteri dan ratusan pengusaha kelas kakap hadir di singapura untuk menghadiri acara pernikahan seorang konglomerat Indonesia, dengan Disuguhkan berlian-berlian superlangka”. Demikiankah cara seorang pejabat dan pemimpin dalam pemenuhan kebutuhan akan Self esteem dan aktualisasi diri mereka. Kenapa hanya mengacu pada satu ukuran yang bernama financial semata untuk mendapatkan kepuasan akan aktualisasi diri.
Di satu sisi kita lihat kehidupan di Pedesaan atau di pinggiran kota hanya menonton gemerlap sebuah mall, dimana ada sebuah gerai kopi dari amerika yang harga secangkir kopi sama dengan Hasil kerja mereka satu hari penuh baik di sawah maupun di jalanan. Bagaimana kita menjawab semua Paradoks ini. Sudah saatnya para pemimpin dan pengatur negeri kita tercinta ini, mengubah paradigm mereka semua, bahwa untuk membuat mereka terpenuhi kebutuhan level tertingginya pada self esteem dan Aktualisasi diri, bukan dari segi financial atau kekayaan materi semata, tetapi kepada seberapa besar kontribusi yang diberikan kepada bangsa dan Negara ini.
Abraham Lincoln, presiden Amerika penghapus perbudakan di Amerikan, terkenal dengan Ucapanya:”Apa yang sudah anda sumbangkan kepada Negara Ini?” itulah pertanyaan yang selalu ada dalam kalbu masing-masing pemimpin, pejabat, pegawai, dosen, guru, dan semua warga Negara Indonesia, Apa kontribusi yang sudah saya berikan pada negeri ini? Kalo kita sudah punya niat yang kuat maka apapun kontribusinya, seberapa pun besarnya, kepada lembaga terkecilpun mulai dari keluarga, Rukun Tetangga, Perusahaan Kita, bahkan Negara, dan kita sudah melakukannya dengan baik, maka kita akan merasa sangat “Kaya” dan sudah bisa duduk dalam level aktualisasi diri dalam diagram Maslow.
Dalam sebuah berita di Televisi, ada seorang guru di daerah terpencil yang rela menjadi guru honorer dengan gaji di bawah Rp. 300 ribu sebulan, Dia mengajar, mendidik murid-murid-nya dengan tekun dan tanggung jawab, meskipun harus dengan mencari kerja sampingan sebagai tukang Ojek, agar besuk masih bisa makan, sebuah perjuangan yang berat memang, Tapi dalam hal Kontribusi-nya dalam bidang Pendidikan adalah sangat tinggi, dan dia tidak perlu kaya setingkat menteri untuk mendapatkan self esteem dan aktualisasi diri. Ada sebuah pelajaran ataupun hikmah yang bisa kita ambil, bahwa aktualisasi diri tidaklah memerlukan sebuah kekayaan materi saja, dia bisa datang dari siapa saja, tanpa melihat pangkat, kekayaan, pangkat, dan jabatan.
Dalam sebuah Milis di antara teman-teman penulis, di mana Milis tersebut berisi dari satu alumni Matematika Universitas Brawijaya Malang, dengan latar pekerjaannya yang beragam, dalam setiap hari email yang masuk selalu berisi hal-hal sederhana, mungkin tentang tempat makan yang enak, kadang laporan sebuah perjalanan, membeli sebuah rumah baru, bagaimana menjadi ibu baru, kadang juga penulis ajak untuk menceritakan bagaimana bisa bertemu dengan Suami atau istri mereka sekarang.
Dalam milis tersebut, ada yang penulis tangkap bahwa dengan hanya menceritakan hal-hal yang sederhana, kadang bahkan ada seorang yang dulu naksir seseorang, tapi tidak mendapatkannya, karena yang ditaksir justru senang sama perantaranya, diceritakan dengan lepas dalam milis tersebut, menggambarkan bahwa dengan hal yang sangat sederhana akan terjadi apresiasi yang mendalam terhadap sebuah persahabatan. Persahabatan yang tidak akan pernah bisa digantikan uang.
Dari mils sederhana tersebut ada sebuah pelajaran yang tidak kita dapatkan saat kuliah bahwa tidak selamanya harta yang berlimpah membuat orang merasa “Kaya”. Kekayaan akan Pengetahuan, kekayaan akan Pesaraan empati terhadap penderitaan, Kekayaan akan kreatifitas, kekayaan akan kasih sayang ke sesame, ternyata bisa menjadikan kita semua berada pada level Aktualisasi Diri.
Sudah selayaknya para pemimpin yang ada di negeri ini baik dari tingkat terendah sampai tertinggi, mempelajari hal-hal yang sederhana ini, daripada membuat slogan-slogan yang bombastis yang sulit untuk mewujudkannya.ada sebuah Ilustrasi yang memikat dari seorang Sufi besar milik dunia EL Jalalludin Rumi tentang kehidupan:
“Hidup ini bagaikan bawang merah, di luarnya tampak kusam dan berdebu, begitu kita mulai iris perlahan, akan muncul warna putih, semakin dalam kita iris akan semakin putih…dan semakin putih,…dan pada akhirnya hanya tersisa air mata.”

Minggu, 27 April 2008

Film sebagai media Dakwah.

Melihat sebuah Film adalah melihat sebuah kenyataan dalam sebuah layar , yang kadang-kadang ceritanya bisa juga hadir dalam realitas kehidupan kita sehari-hari. Sehingga sebagai sebuah media, maka sebagaimana buku, Koran, ataupun majalah akan sangat efektif untuk digunakan sebagai alat menyampaikan sebuah pesan. Oleh karena itu Penulis memberikan sebuah apresiasi yang tinggi bagi film-film yang mencoba menjadi media Dahwah.
Karena menurut penulis banyak Dakwah yang dilakukan dengan cara konvensional di Media Audio visual cenderung untuk menampilkan Ajaran-ajaran yang kaku, dengan perumpamaan memegang sebuah cambuk yang berduri yang siap selalu untuk menghukum Umat yang tidak taat pada ajaran agamanya.
Kita membutuhkan sebuah dahwah yang damai dan menyejukkan, sebuah dakwah yang mencoba mengajak berbuat baik dengan cara-cara yang baik juga, Dakwah dengan cara-cara yang bisa menggali sebuah budaya dalam masyarakat tanpa harus meninggalkan kebudayaan tersebut. Sebagaimana dulu jaman awal masuknya Islam, sudah diterapkan oleh para Wali songo.
Dalam Dakwahnya Sunan kalijogo sering menggunakan media Wayang kulit, untuk menyampaikan pesan-pesan dalam agama islam, Padahal kita tahu wayang adalah hasil dari kebudayaan Hindu. Dengan cara penyampaian pesan Agama lewat wayang inilah, nilai-nilai yang ada dalam agama islam dimasukkan dalam berbagai macam adegannya, bisa Saat Dialog antar Pemainnya, ataupun dalam jalinan ceritanya.
Maka menonton film Ayat-ayat Cinta, penulis merasa sang sutradara Hanung Bramantyo sedang Berdakwah dengan Film-nya. Ada yang beranggapan bahwa inilah Film Islami, tapi menurut penulis lebih cocok dengan menyebutnya sebagai Film Religius, karena walaupun diperankan oleh berbagai macam pemeran dengan latar belakang agama yang berbeda, tapi nilai-nilai religiusnya tetap bisa disampaikan. Terlepas dari kontroversi Novel-nya lebih bagus dari filmnya, tapi keberanian sang Sutradara tetap harus kita akui untuk mengangkat sebuah tema yang jadi polemic yaitu POLIGAMI.
Disini penulis tidak menyoroti kontroversi Poligami, karena ada banyak tafsir yang membenarkan dan menyalahkannya, tergantung dari sudut pandang Penafsirannya. Tetapi penulis tertarik untuk mengapresiasi tentang Tema Besar dalam Film A2C ini, yaitu CINTA. Dimana menurut sudut pandang dari Sutradara-nya adalah Cinta yang Universal, yaitu Substansi dari cinta IKHLAS, SABAR, DAN TOLERAN.
Tiga buah kata yang mudah diucapkan, tapi sangat sulit dalam implementasinya, apabila kita tidak punya niat yang kuat untuk mewujudkannya. Dalam Intrepretasinya hanung bramantyo memberikan “Ceramah”-nya saat Fahri di penjara, dimana dalam Novel digambarkan seorang Profesor, tapi di film-nya sang sutradara mencoba menampilkan dengan Urakan, dan bersuara keras, sang sutradara mencoba memberikan pemahaman bahwa jangan dilihat siapa yang berbicara, tapi dengarlah apa yang dibicarakannya. Dalam Dialog-dialog-nya ada banyak “nasehat” tentang bagaimana kita harus Ikhlas menerima sebuah Cobaan, dan Sabar menjalaninya. Karena Tuhan pasti memberikan Hal yang terbaik buat kita. Bukan dalam artian “NRIMO” tanpa usaha, tapi lebih kepada Willing to Understanding(Ikhlas untuk mengerti setelah kita mencoba untuk berusaha, dan belum mencapai hasil yang optimal).
Toleransi coba dimasukkan oleh Sutradara, karena tanpa sikap yang Toleran tidak mungkin akan nada Cinta yang Murni. Dengan penggambaran bagaimana “Bersahabat” dengan maria, dan saling menghargai perbedaaan-perbedaan dalam keyakinan, telah menjadikan film A2C berbicara tentang CINTA yang agung, cinta yang membebaskan, tanpa terbebani oleh perbedaan budaya, social , dan Agama. Maka Menurut Penulis, Film A2C ini dapat dikategorikan sebagai sebuah Film Religius, yaitu film yang mengangkat nilai ajaran-ajaran agama tanpa berpretensi untuk menggurui.
Kita nantikan para Sutradara-sutradara lainnya untuk berkarya, semoga dari Agama selain Islam aka nada juga yang membuat sebuah film Religius. Agar menjadikan film-film di Indonesia lebih beragam temanya, dan dapat menumbuh kembangkan Rasa Toleransi.
Di Akhir tulisan ini, penulis sangat terkesan dengan apa yang dikatakan oleh Maria:
“Cinta dan rasa memiliki adalah dua hal yang berbeda…………………………………..”
Sebuah ungkapan yang sederhana tapi sulit untuk mewujudkannya.

Minggu, 20 April 2008

Kartini, Emansipasi dan Kodrat Wanita.

Melihat Peringatan Hari Kartini yang marak di sekitar kita, tentunya kita sebagai warga negara sangat bangga, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai pegawai Semua yang wanita memakai pakaian Adat yang Anggun. Kita Patut Bangga, karena dalam Era Globalisai yang memandang Dunia Barat lebih Maju dari kita, masih ada perayaan tentang Pendekar Wanita Kita Raden Ajeng Kartini.
Dalam Novel "Panggil Aku Kartini Saja" karya Pramoedya Ananta Toer, Dimana judul tersebut di ambil dari salah satu judul Surat yang ditulis Kartini, menurut Pramoedya kalimat tersebut menunjukkan jiwa kartini yang Demokatris, yang menghendaki persamaan antara sesama Manusia, walaupun kartini sendiri keturunan Bangsawan yang Terkrmuka.
lalu Apa makna Kartini Bagi Kita Di masa kini? Emansipasi merupakan kata kuncinya. dengan Surat-surat Yang ditulisnya, maka bisa diperjuangkannya tentang persamaan dari Pria dan Wanita dalam Struktur sebuah negara. Wanita bukanlah warga kelas dua, atau dalam istilah jawa "Swargo nunut neraka katut" yang artinya Syurga dan Neraka hanya mendompleng Suami.
Wanita berhak untuk berkarya di Segala bidang kehidupan, dalam Profesi dan pekerjaan yang dulu hanya dimiliki oleh kaum Pria. Terbukti Kita pernah punya Presiden wanita Ibu Megawati. Kita punya Ibu Sri Mulyani, Miranda Goeltom, wanita-wanita Dosen yang berkarya di bidang pemerintahan, Ada Yenny Wahid, Nursyahbani, di bidang Politik, Ada Polwan, Ada Astronot Wanita, dan lain-lain.
Lalu Apa makna Emansipasi Wanita? Apakah diartikan dapat melakukan hal apapun yang dilakukan Pria, tanpa ada larangan di jaman Dulu. Membuang segala kelemah gemulaian, menyingkirkan sifat Feminin? menurut Penulis That's not the Point.
Memang sebagian Wanita Banyak beranggapan bahwa sukses Beremansipasi berarti menjadi wanita yang tangguh, keras, disiplin, dan mungkin bisa menguasai Pria dalam karier dan kehidupan Sehari-hari.
Tapi dalam Kehidupan kita juga mengenal adanya Kodrat Seorang Wanita, dimana Wanita dilahirkan untuk bisa saling melengkapi dengan Pria, Kodrat sebagai Ibu Rumah Tangga, Kodrat seorang Istri yang Mengabdi Ke Suami. Jadi Menurut penulis bagaimana menyeimbangkan antara sebuah Emansipasi dan Kodrat seorang Wanita. That's a Point.
Sangat diperlukan wanita menjadi Pemimpin Negara, pemimpin Departemen, Rektor, Dekan , DIRUT sebuah Perusahaan, tapi Begitu kembali Ke rumah harus tetap menjalankan Kodratnya Sebagai Ibu dan sebagai Istri. Karena itu sudah menjadi Kodratnya, banyak kita lihat wanita Karier yang tidak bisa mempertahankan Rumah Tangga-nya karena sibuk dengan Emansipasi yang diperjuangkannya sampai lupa terhadap kodrat sebagai Ibu. Suatu Misal, Meskipun setinggi Apapun Jabatannya seorang wanita tetap punya kewajiban-kewajiban seperti menyiapkan makan buat suami, atau kadang juga mungkin memasakkannya sekali waktu, mendidik anak-anaknya, dan tugas-tugas sebagai seorang Ibu Rumah tangga. Di sinilah titik perjuangan Kartini menjadi Setara dalam pemikiran, inisiatif, profesi dan perkerjaan atau dengan nama Emansipasi tetapi tetap Mengakar pada Kodrat seorang Wanita yang Mengabdi pada Rumah Tangga-nya.
Penulis jadi teringat sebuah Cerita singkat dari Seorang Guru Saat Hari kartini: Seorang dalam Cerita Superman, akan menjadi kuat, tangguh, dan bisa menjadi super karena ada Louis lane, seorang wanita yang dicintainya. Jadi Pria akan menjadi Tidak berarti apa-apa tanpa ada seorang wanita di sisinya.
Selamat Hari Kartini, semoga bisa menjadikan kita semua untuk bisa Menggali Sejarah Pahlawan Perempuan yang sering dikalahkan oleh kebesaran Pahlawan Laki-laki.

Minggu, 13 April 2008

Kemiskinan Itu.

Melihat di Media Televisi ada seorang ibu yang tewas saat antri Minyak Tanah di Surabaya, ada sebuah keprihatinan yang sangat mendalam di kalbu penulis. Bagaimana Tidak disebuah negeri yang menurut "Koes Plus", ada Kolam susunya dan tongkat dan batu saja bisa menjadi tanaman, bisa terjadi seperti ini. Tidak Bisakah dibuat sebuah sistem Distribusi dalam penyaluran BBM, sehingga semua bisa merasakan, tanpa ada ketimpangan, bahwa yang kaya bisa menikmati berliter-liter BBM, sedangkan masyarakat kurang mampu kesulitan untuk mendapatkannya, bahkan harus rela antri yang berujung pada kematian.
Sebenarnya kalo Pemerintah mau, bisa mengurai akar permasalan dari sebuah Kemiskinan. Kemiskinan sebetulnya adalah tidak merata-nya hasil kue pembangunan yang sampai ke masyarakat, sebagian besar irisan dari kue tersebut hanya dinikmati segelintir orang, sedangkan irisan yang kecil diperebutkan oleh sebagian besar masyarakat. Demikian kalo dibuat sebuah ilustrasi. Kata Kuncinya sebenarnya adalah niat dari para pengelola untuk melakukan Pemberdayaan pada masyarakat Miskin. Karena sudah terlanjur terbentuk masyarakat dengan strata sosial yang disparitas-nya sangat tinggi.
Menurut Penulis Langkah pertama adalah dengan Mengoptimalkan apa yang ada di ajaran agama yaitu mekanisme Zakat, setiap Masyarakat yang mampu dengan kriteria penghasilan tertentu, apabila setiap bulannya menyisihkan 2,5 % dari penghasilan bersihnya saja, sudah tak terhitung banyaknya hasil yang didapat. Terus pertanyaan yang muncul, Apakah mau para orang yang mampu dalam segi Finansial melakukannya? bukankah banyak Pendapat yang mengatakan bahwa mereka miskin dan kurang beruntung karena mereka semua Malas untuk bekerja, Bahkan ada yang mengatakan Kemiskinan adalah sebuah Takdir. Menurut Penulis bukan demikian sebenarnya, banyak yang jatuh miskin karena tidak adanya kesempatan yang sama dalam menuju ke kesempatan kerja, mereka oleh pakar sosiologi dikatakan sebagai Kemiskinan Struktural, jadi mulai dari orang tuanya sudah miskin, tidak mampu menyekolahkan anaknya, bagaimana mereka mampu bersaing dalam memperoleh pekerjaan yang layak, sedangkan mereka semua tidak mempunyai keahlian yang dipersyaratkan dalam memperoleh kerja. Yang Kedua masalah Takdir, bukankah di Teks Kitab suci disebutkan Bahwa "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu Kaum, Kalau kaum tersebut tidak punya niat dan motivasi untuk merubahnya".
Jadi kata kuncinya adalah pemerintah melakukan Pemberdayaan, dimulai dari bidang Pendidikan, karena kunci utamanya ada disini.Dari APBN dan dari Ide Zakat yang terkumpul bisa dipakai Membangun Sekolah, bisa untuk sekolah gratis, beasiswa sampai jenjang mahasiswa, atau mendirikan sekolah di daerah Terpencil, karena masih banyak yang harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk mencapai sekolahnya. Bagaimana mereka akan bersaing dengan teman-teman mereka yang di kota, yang segala Fasilitas bertumpuk di sana. Sebagaimana digambarkan sangat Menarik di Tetralogi-nya Andrea Hirata novel "Laskar Pelangi".
Yang Kedua dengan mendirikan Pelatihan-pelatihan setingkat D1 yang siap kerja dengan biaya yang sangat Murah atau bahkan gratis bagi yang berprestasi. Karena yang penulis lihat, untuk sekelas D1 baru lembaga-lembaga yang berbiaya mahal yang ada, Semacam Wearness salah satu contohnya. Lembaga yang kita dirikan bisa dengan jurusan siap pakai, mungkin bisa menjadi desain Grafis, Editing, Perbankan, Sekertaris, Jasa Servis Komputer, software, hardware, dan lain-lain. yang nantinya akan melatih mereka untuk memasuki dunia kerja.
Dan yang Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah Adanya Kesempatan yang sama dalam hal informasi maupun dalam memasuki Dunia kerja, harus betul-betul dihilangkan adanya mekanisne Kolusi dan Nepotisme. Semua diberi Informasi dan kesempatan yang sama, jangan sampai ada Informasi Yang Asimetris (Yang diberi informasi hanya mereka yang "dekat" dengan kekeuasaan Saja).
Memang bukan seperti membalikkan telapak tangan untuk melakukan pemberdayaan, tapi kalo tidak mulai sekarang, kapan lagi memulainya. Diperlukan kepekaan semua pihak, baik dari Kalangan DPR maupun Pemerintah. Jangan hanya Mendatangi masyarakat miskin apabila mendekati kampanye Saja, dan untuk mendongkrak Popularitas saja. Jangan Jadikan Kemiskinan sebagai sebuah Komoditas. Mari kita cintai masyarakat miskin dengan Tulus, sebagaimana sebuah Puisi dari Sapardi Djoko Damono, seorang Dosen UI berjudul "Aku Ingin":
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan Isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Sebuah puisi yang sangat sederhana, tapi terasa dalam, liris, dan menyentuh.

Sabtu, 05 April 2008

SEBELUM KITA SUKSES.

Membaca iklan di Media Massa baik cetak maupun melihat media Televisi, banyak iklan-iklan yang muncul, dengan tema yang hampir seragam, Judul yang sangat Bombastis "Cara cepat menjadi sukses", "10 langkah menuju tangga sukses", "Jurus kilat menjadi pengusaha Sukses", dan masih banyak lagi, judul-judul yang meneror pikiran kita untuk melakukan sebuah budaya Instan.
Setiap orang pasti punya harapan, gambaran, angan, dan Makna sebuah Kesuksesan. Setiap orang pasti mempunyai definisi dan kategori "SUKSES". Mungkin ada yang beranggapan sebuah kesuksesan bagaikan dalam iklan Apartemen mewah, punya hak Previlege, Mobil mewah, dan jadi anggota klub-klub Eksekutif. Seorang Petani mungkin punya persepsi tentang sukses yang berbeda, punya sawah sendiri yang luas, punya tanah yang luas, panen yang selalu melimpah, dan bisa menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Atau mungkin seorang artis memimpikan sebuah sukses adalah bisa menjual Album di atas 1 juta copy dan bisa masuk nominasi-nominasi di ajang music award. Lalu apa sebenarnya makna sukses, kalo saja kekayaaan tersebut tidak pernah bisa membahagiakan pemiliknya, atau apa artinya Sukses kalo setelah di puncak popularitasnya justru mengakrabi Narkoba? apa artinya sukses jika dalam sebuah keluarga sudah tidak ada komunikasi yang menyejukkan? dan pertanyaan lain yang menghujam pikiran kita.
Sudah seharusnya sejak dini, sejak masih anak-anak kita harus tanamkan sebuah makna Sukses yang sebenarnya, bukan hanya Sukses yang bersifat materi dan duniawi saja, semisal Sukses harus menjadi Dokter, Insinyur, Pegawai Bank, Artis, dan banyak profesi-profesi lainnya, tapi harus juga kita tanamkan bahwa Sukses adalah saat kita bisa berbagi bersama masyarakat, bisa menjadi bagian dari sebuah keluarga yang baik, bisa beribadah dan semakin dekat dengan Tuhan, dan makna-makna yang lain yang hanya dapat dirasakan oleh kalbu kita.
Menurut Penulis Kesuksesan bukanlah Sebuah Tujuan, Kesuksesan adalah sebuah Proses. Karena dengan demikian kita akan sangat menghargai Proses tersebut, tanpa ingin menuju Sukses dengan Cara-cara yang Instan.
Seperti dikatakan oleh Dhani DEWA saat menjadi Komentator Kontes Penyanyi di sebuah media televisi, Bahwa Seorang penyanyi yang tidak mempunyai Animo untuk menjadi penyanyi, dan hanya karena ingin mencari uang dengan cara Instan, maka dia tidak akan menjadi penyanyi yang sebenarnya, karena tidak akan bisa menyanyi dengan sepenuh hati.
Demikian Pula di bidang-bidang yang lain, kalo hanya cara-cara Instan yang digunakan untuk menuju tangga kesuksesan, mungkin secara materi akan didapat tetapi sukses sebenarnya yang hanya dirasakan oleh hati kita, tidak akan didapatkan. Dalam hal ini harus kita tengok Jepang pada saat permulaan berdirinya negara jepang, yang digambarkan di FILM "THE LAST SAMURAI", yang diperankan sangat memukau oleh TOM Cruise, di situ digambarkan bagaimana etos kerja keras, kedisiplinan, menjunjung tinggi harga diri dijalankan oleh para samurai dengan baiknya, sedangkan kata samurai sendiri bermakna MELAYANI. Jadi Proses itu sendirilah sebenarnya juga sebuah Sukses. Belum lagi Sukses kadang juga dijadikan alasan untuk kita beramal, misalnya sering kita jumpai, ah nanti aja kalo sukses aku akan membangun masjid, nanti aja kalo sukses aku baru aktif jadi pengurus Gereja, nanti aja kalo sukses aku......, dan masih banyak alasan-alasan lainnya.
Dari uraian ini benang merah yang dapat diambil penulis adalah, Makna Sukses yang sebenarnya adalah Dalam kekayaan atau dalam keterbatasan yang kita miliki kita masih bisa berbagi dan menolong orang lain. baik itu keluarga, masyarakat, dan Negara.
sehingga kita bisa merasa berguna bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, dan Negara, Disamping itu Sukses jika kita merasa bahagia karena Tuhan selalu bersama kita. Jangan sampai terjadi apa yang digambarkan oleh RENDRA dalam Sajaknya yang berjudul SAJAK Seonggok Jagung:
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja
bila sukses
dan pada akhirnya,
ketika pulang ke rumah, lalu berkata:
"Di sini aku merasa asing dan sepi!".

Sabtu, 29 Maret 2008

Pendidikan Kita.

Dalam sebuah obrolan ringan di kedai kopi, seorang bapak pengrajin meubel bertanya kepada penulis :"Mas, kok pendidikan kita ganti menteri ganti kurikulum ya, dulu nggak ada UNAS sekarang ada UNAS, jangan-jangan besuk pas ada menteri baru, kelulusan untuk anak SMA ditentukan oleh pintar apa tidaknya berpidato?".
sebuah pernyataan yang ringan dan asal-asalan tetapi memerlukan sebuah jawaban yang panjang. sebenarnya penulis juga bertanya dalam hati, adakah sebuah Sistem dalam Pendidikan kita yang betul-betul terpadu mulai dari PAUD (Pendidikan anak usia dini) sampai Program Doktoral yang terpadu menuju satu misi dan Visi jangka panjang, sebuah langkah-langkah strategis yang terfokus untuk mencapai Visi jangka panjang.
Kalo kita cermati dari PAUD dimana kita kenal ada Playgroup dan TK, sudahkah kita punya konsep persiapan untuk menuju ke Sekolah dasar. Dalam PAUD sudahkah dikenalkan konsep bahwa semua anak cerdas, bahwa tidak ada anak yang bodoh, semua orang sudah diberi kecerdasan oleh Tuhan, semua punya Multiple Intelligence, yaitu setiap anak adalah cerdas, bisa cerdas bahasa, cerdas logika dan angka, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas gerak, cerdas bergaul, cerdas diri, dan cerdas alam.
Sedangkan kecerdasan sendiri lebih berkaitan dengan kebiasaan yang mempunyai kemampuan terhadap pemecahan masalah dan penciptaan sesuatu (Kreasi). Ini menurut pakar Psikologi dari Harvard University Howard Gardner. Jadi tugas Guru Di PAUD adalah menemukan Kecerdasan-kecerdasan tersebut dalam diri seorang anak. Sebagai contoh seorang anak bernama Debbie yang dalam kelas pandai membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat, maka dia bisa dikatakan cerdas gambar, berarti mungkin punya bakat untuk jadi desainer atau arsitek. Adalagi seorang anak bernama setyono pandai dalam menalar dan berfikir logis, berhitung, berarti dia cerdas dalam logika dan angka dan mungkin nantinya bisa menjadi Programmer, begitu juga ada anak yang nggak bisa berhitung dan menggambar tapi pandai musik, bisa jadi dia cerdas musik.
Jadi setiap orang pasti punya satu kecerdasan dari 8 kecerdasan di atas.
Memasuki Sekolah dasarpun tidak seharusnya sudah dipisah-pisahkan ada kelas Unggulan dan Tidak, seharusnya semua anak masuk SD harus dipandang sudah punya kecerdasan masing-masing tinggal di asah agar bakat-bakat yang terpendam bisa muncul ke permukaan. Harus ada sebuah Kurikulum yang mengaturnya. Kurikulum yang terpadu, karena sifat dan kebiasaan yang dilakukan di SD biasanya akan terbawa sampai dewasa bahkan tua. Memang bukan hanya tugas guru tapi tugas orang tuanya juga untuk memberikan pendidikan yang terbaik. Jangan dalam bidang pendidikan kita memaksakan sesuatu yang anak tidak sukai, dan kalau tidak bisa kita memarahinya, itu berarti kita menguasai bukan mendidik. dan saat anak tidak mau menurut terus kita marah, berarti kita merasa akan kehilangan Kekuasaan.
Di SMP dan SMA pun kita melihat murid-murid jarang ada yang diajari penegetahuan menganalisa, kebanyakan diajari Menghafal, harusnya Kurikulum yang ada sudah bisa memberikan garis-garis pengajaran yang bisa membuat murid pandai menganalisa baik matematika, seni, biologi, fisika, sastra, ekonomi, dll, tidak hanya pandai menghafal. sebagai Contoh yang dulu penulis alami waktu SMP dan SMA, penulis cuma di ajar siapa yang menciptakan Puisi dengan judul "Karawang-Bekasi" tanpa pernah diajari resensi dari tubuh puisinya: apa maknanya, terus bagaimana konteks penciptaanya, bagaimana kaitannya dengan perjuangan tahun 1945, dan yang lain, ini hanya sebuah contoh yang penulis alami. Dalam Bidang Biologi juga harus diperbanyak praktikum terutama yang berkaitan dengan lingkungan sosial, biar punya kepekaan terhadap lingkungan.
Belum lagi Heboh tentang UNAS, kalo penulis lebih condong untuk tidak menyetujui UNAS, karena menurut penulis, hasil belajar selama 3 tahun cuman di ukur dalam 3 hari, bisakah hasil UNAS menggambarkan kemampuan murid sebenarnya. tidak adakah cara yang lebih elegan untuk menilai sebuah lulusan seorang Siswa.
Dalam hal Perguruan tinggi, melihat di televisi bahwa 26 Rektor negeri menolak SPMB karena takut diaudit oleh BPK, penulis cukup terhenyak, tidak bisakah Departemen Pendidikan berembug bersama dengan para rektor untuk mensukseskan program pemerintah dan diundang juga semua Auditor baik internal dan eksternal, agar supaya bisa punya koordinasi yang baik antar lembaga dan tidak terkesan saling menyalahkan di media.
Dalam pendidikan tingkat perguruan tinggi yang lebih di utamakan adalah Kepekaan terhadap keadaan masyarakat, jangan hanya pendidikan yang menjadi menara gading, yang acuh terhadap masyarakat. Jadi disamping Belajar untuk mencapai gelar sarjana, juga harus ada semacam keterikatan dengan dunia luar yang bisa menjadi bekal untuk bisa terjun ke masyarakat nantinya. Dengan banyaknya Program Ekstension harusnya bisa menjadi subsidi silang bagi mahasiswa yang tidak mampu, agar sama-sama bisa kuliah menuntut ilmu.
Dalam hal ini tentunya Diperlukan sebuah Kurikulum yang terpadu yang mengatur mulai PAUD sampai Lembaga Universitas untuk menuju Visi Pendidikan jangka panjang.
Sebagai akhir dari tulisan, ada sebuah cerita yang menarik saat JK Rowling penulis Novel Laris Harry Potter ditanya wartawan: Kenapa anda baru menghasilkan sebuah novel di usia di atas 35 tahun? jawabannya sungguh mengejutkan : Kalian tahu sebabnya, karena Guru-guru mulai dari TK sampai Universitas tidak ada yang bisa menemukan bakat menulis saya dan memberitahukannya, sebuah jawaban yang bisa menjadi kontemplasi buat kita semua.

Sabtu, 08 Maret 2008

UU Antipornografi

Mengamati silang sengketa yang terjadi dalam pembahasan RUU antipornografi cukup membuat penulis yang merasa dari generasi muda cukup mengelus dada. Bagaimana tidak kalo di ibaratkan Pemerintah yang mengajukan RUU tersebut, dan DPR yang membahasnya, itu merupakan seorang Tentara, bisa diibaratkan mengajari cara berbaris tapi tidak tahu cara baris yang benar. Karena menurut penulis, kita harus temukan kriteria Porno itu yang bagaimana dulu, sehingga kita baru bisa membuatkan sebuah Undang-undang yang mengaturnya. Menurut penulis Porno adalah kontruksi sebuah pemikiran yang ada dalam otak kita, dalam hubungannya dengan nafsu syahwat. Dan Obyek yang kita jadikan sebagai Landasan berpijak untuk UU antipornografi seharusnya bisa pria maupun wanita. Jadi pertama-tama apabila dalam pikiran seorang pria atau wanita sudah "ngeres"(meminjam istilah jawa) maka seseorang berpakaian rapat dan tertutup semua, bisa juga memancing syahwatnya. Sebagai Contoh seseorang wanita dengan pakaian tertutup semua, kecuali Matanya ( Dalam hal ini bercadar seperti Anissa dalam Film "Ayat-ayat Cinta") kalo seorang Pria memandangnya tapi dalam otaknya sudah mengarah ke Syahwat, tanpa pakaian yang terbukapun sudah bisa terjadi istilah Poronografi. Yang kedua, kenapa Obyek yang dibuatkan UU Antipornografi selalu wanita, bukankah Seorang Pria juga bisa menjadi Fantasi porno bagi seorang wanita. Suatu misal, seorang wanita yang sudah berpikiran "ngeres" akan menuju ke Nafsu syahwat bila melihat foto-foto Seorang Ade Rai. Jadi Obyek yang dijadikan UU harusnya Pria dan Wanita. Jadi UU antipornografi haruslah bisa betul-betul menjadi filter bagi Bangsa ini untuk menjaga moral Penduduknya. Alangkah baiknya apabila UU yang ada di bidang lain, dioptimalkan. sebagai contoh UU penyiaran khan bisa juga membatasi masuknya pornografi di bidang media. sebagai contoh Tayangan-tayangan TV di sore dan malam sebelum jam 10 malam, sebetulnya bisa diatur untuk tidak ada tayangan Sex dan kekerasan. Soalnya jam-jam sekian khan anak-anak dibawah umur semua yang menontonnya. Terus ada salah satu pasal di KUHP khan juga sudah ada pasal "perbuatan Tidak Menyenangkan", pasal "Tindakan Asusila" itu bisa kita Optimalkan pelaksanaannya, sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembuatan UU antipornografi. Soalnya kalo UU antipornografi dibuat secara generalisasi, bisa berbenturan dengan budaya-budaya daerah di negeri kita. Suatu misal apabila dalam UU tersebut menyatakan bahwa perempuan harus berpakaian tertutup mulai dari tangan, seluruh badan sampai betis, maka bagaimana dengan Tarian dan adat jawa, adat bali, dan lain-lain yang selalu memperlihatkan Bahunya. belum lagi dalam olahraga bagaimana pakaian seorang Perenang? inilah yang harus dipikirkan bersama-sama antara Petinggi pemerintah dan Beliau-beliau yang duduk di kursi DPR. Jangan-jangan nanti malah akan terjadi sebuah parodi yang digambarkan sangat baik oleh Teater Gandrik dalam Lakon "Sidang Susila", seorang pria penjual balon ditangkap oleh Polisi karena berjualan dengan bertelanjang dada di suatu siang yang panas terik. sebuah sinisme yang menghentak.