Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Senin, 21 September 2015

Review Novel Biografi Gus Dur, "Peci Miring"



Menulis novel tentang Gus Dur tentu ada beberapa kesulitan yang harus dihadapi. Karena ketokohan seorang Gus Dur, adalah tokoh tanpa batas, tokoh pelintas batas. Gus Dur tidak bisa diletakkan dalam “frame” satu kategori saja, bukan hanya Kiai atau tokoh pesantren, tetapi Gus Dur adalah budayawan, cendekiawan,  tokoh perdamaian, negarawan yang demokratis, pejuang toleransi , pemimpin Negara atau presiden, dan masih banyak lagi kategori lainnya.



Gus Dur ibarat  sebuah buku yang terbuka. Yang senantiasa siap kita baca, kita tafsirkan, kita diskusikan, dan barangkali juga siap untuk dicaci maki oleh lawannya, meskipun Gus Dur tidak pernah memposisikan bahwa, mereka yang berbeda ide dan pemikiran adalah sebagai seorang “lawan” tapi lebih sebagai sahabat berdiskusi dan beradu argumentasi. Dan jika diibaratkan sebuah Buku, Gus Dur sangat  menantang untuk dibaca Karena  Gus Dur tidak mengikuti arus, juga tidak melawan arus, tapi Gus Dur menciptakan arus pemikiran-pemikiran, yang tidak hanya berhenti pada sebuah ucapan yang bombastis, tapi secara konsisten juga diwujudkan dalam perilaku, tindakan, dan amaliyah.



Dalam kondisi yang demikian, Aguk Irawan MN mencoba menulis novel biografi Gus Dur dengan judul  Peci Miring. Novelis asal Lamongan, yang masa remajanya pernah menjadi santri di Pondok pesantren Darul ulum, Langitan, Tuban dan kuliah di universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Upaya elaborasi yang dilakukan patut kita apresiasi, karena menulis novel biografi tentu diperlukan riset yang mendalam, baik riset pustaka maupun riset secara empiris,  dan juga wawancara dengan berbagai pihak.  Selain itu diperlukan teknik bercerita yang cermat untuk menggabungkan imajinasi, fiksi dan kisah nyata.



Dengan alur yang linier, mulai dari kelahiran Abdurrahman Ad-Dakhil di denanyar, 4 Syaban (bulan ke-8 ) 1359 H, atau 7 september 1940, tetapi waktu masuk SD ditulis 4 Agustus 1940, sampai Gus Dur berkeliling eropa, di ceritakan dengan narasi yang runtut dan jelas, sehingga memudahkan pembaca untuk menyulam benang merah dari tiap bab di dalam novel ini. Sebagai novel biografi, novel ini juga bisa menjadi novel sejarah perjalanan hidup  sang tokoh.  Banyak kenyataan historis yang di hadirkan oleh penulis, dimana selama ini jarang kita ketahui, saat Gus Dur menjadi santri di pesantren Krapyak Yogyakarta, Tegalrejo Magelang, dan Tambak beras jombang, dengan diselingi berbagai joke dari Gus Dur hingga pembaca merasa tidak bosan untuk membaca sampai akhir halaman.



Kenyataan historis tentang bapaknya Gus Dur yang suka membaca buku (kutu buku) hingga menjadi kebiasaan baik yang diturunkan pada Gus Dur, juga sering berdiskusi dengan banyak tokoh, termasuk dengan Tan Malaka. ( halaman 65 ). Hingga kebiasaan ini juga dilakukan oleh Gus Dur saat di Krapyak Jogja, di mana saat Gus Dur menghabiskan waktunya untuk menonton Bioskop, sehabis itu Gus Dur berdiskusi dengan anak  aktivis-aktivis Partai Komunis Indonesia ( PKI). (halaman 140 ), dan juga yang menarik adalah kebiasaan memakai Peci warna hitam yang dipakai sedikit miring adalah juga khas dari bapaknya Gus Dur, Wahid Hasyim.



Sebagai penulis dengan latar belakang pesantren, tentu Aguk Irawan lebih banyak mengeksplorasi kisah-kisah yang terjadi di lingkungan Pesantren, di mana Gus Dur belajar kitab-kitab islam tetapi juga membaca begitu banyak buku novel-novel sastra klasik, ernest hemingway, john Steinbeck, Faulkner, leo Tolstoy, dll, juga buku-buku “kiri” karya Karl Marx, antara mengaji pada Kiai Ali Maksum sehabis subuh, dan sekolah di SMEP.



Masa-masa di kairo dan kemudian di Baghdad juga menjadi kisah yang menarik den bisa membuat pembaca bisa mengikuti perubahan karakter sang tokoh novel Gus Dur dari masa remaja ke masa dewasa, sehingga selain plot, karakter tokoh juga menjadi perhatian penulis novel. Di novel ini dapat kita temukan sebuah artefak sejarah pada novel ini, sebuah Puisi yang ditulis oleh Gus Dur di tahun 1966, yang di dapat penulis dari K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), teman Gus Dur saat di kairo ( halaman 333).



Menurut saya, novel ini cukup menarik untuk dijadikan salah satu referensi untuk “membaca” seorang Gus Dur. Hal yang bisa saya berikan catatan sebagai kritik adalah kurangnya esai-esai ironis di dalam narasi novelistisnya, tentunya akan banyak hal ironis dalam Negara yang baru Merdeka. Dan yang kedua adalah kesatuan dari aliran fantasi, penggalan otobiografis, dan kenyataan historis masih bisa dieksplorasi lebih mendalam lagi dengan sosial buadaya masyarakat sehingga menjadi novel yang punya nilai nilai humanisme universal, sebagaimana nilai nilai yang diperjuangkan sang tokoh di novel ini Gus Dur.







Judul buku :  Peci Miring

Penulis    : Aguk Irawan MN

Jumlah halaman : 389 halaman

cetakan I : September 2015

Penerbit   : Javanica ( PT. Kaurama Buana Antara)

Jln. Permai Raya 11, Pamulang Permai I, Blok BX 2/9 RT. 02/012 Pamulang Barat

Pamulang. Telp : 021-7400789



Arif Gumantia



Ketua Majelis Sastra Madiun



Twitter : @arifgumantia



Kamis, 17 September 2015

8 Keajaiban Vagina yang Istimewa

Vagina itu luar biasa. Bukan hanya karena lewat vagina seorang bayi muncul ke dunia. Juga bukan cuma tentang kepuasan seksual yang didapat pria (dan wanita) karena vagina. Ada banyak hal lain yang membuat organ intim wanita ini patut disyukuri dan dirawat. Tak percaya? Baca dulu apa saja keajaiban vagina di sini.

1. Mampu "membersihkan dirinya sendiri"
Vagina sangat menakjubkan dalam hal kemampuan "membersihkan dirinya sendiri". Jika kadang Anda dapat mencium bau khas (bukan bau seperti busuk menyengat karena infeksi) dan melihat ada cairan keruh keluar dari vagina, itulah hasil pembersihan dari dalam vagina.
Menurut US Department of Health and Human Services, pemakaian douche untuk membersihkan bagian dalam vagina tidak diperlukan, bahkan tidak dianjurkan karena douche ditemukan dapat menyebabkan infeksi, iritasi, dan mengubah pH seimbang vagina Anda.

2. Klitoris bisa ereksi
Tidak ereksi seperti penis, tetapi semacam itu. Ketika wanita terangsang, darah yang mengalir ke area genital menjadi lebih banyak. Inilah yang menyebabkan klitoris membesar dan lebih tegak, sama seperti proses ereksi pada pria.

3.  Dua kali lipat lebih sensitif daripada penis
Klitoris, meski ukurannya kecil, memiliki 8.000 saraf. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah saraf yang dimiliki penis. Hasilnya, selain lebih sensitif, orgasme klitoris juga lebih kaya rasa dan lebih sensasional.

4. Berubah warna
Jangan bayangkan seperti bunglon. Vagina berubah warna bukan karena menyesuaikan diri dengan lingkungan atau berkamuflase dari musuh. Vagina berubah warna menjadi lebih gelap seiring dengan pertambahan umur.

5. Membesar berpuluh kali lipat
Saat terangsang, ukuran vagina menebal bisa hampir dua kali ukuran normal. Selain itu, otot-otot tubuh juga mengencang, menarik rahim ke atas, menciptakan ruang lebih untuk penetrasi. Demikian kata Dr Debby Herbenick, profesor kesehatan dan seksualitas sekaligus Co-Director di Center for Sexual Health Promotion, School of Public Health-Bloomington Indiana University.

6. Seperti bunga
Vagina dapat mekar dan menguncup seperti bunga. Bedanya, pada bunga, proses mekar dan menguncup butuh waktu berhari-hari, sedangkan pada vagina proses ini berlangsung cepat. Ingat senam kegel? Seperti itulah. Hal ini dapat membuat hubungan seksual jadi lebih dahsyat bagi pria.

7. Dapat "bicara"
Tanpa suara, tentu saja. Cairan vagina "berbicara" banyak tentang masa subur Anda. Coba Anda perhatikan, cairan vagina kadang berwarna bening dan kadang putih susu. Ketika berwarna putih susu, inilah saat subur Anda. Cairan vagina yang keluar pada masa subur dapat memberi kehidupan pada sperma selama tiga hari berturut-turut.

8. Berpotensi menyelamatkan kehidupan
Telah ada penelitian ilmiah yang menguji penggunaan darah menstruasi untuk mengobati orang-orang dengan gagal jantung. Para ilmuwan mengekstrak sel induk vagina untuk membuat sel-sel otot jantung. Penelitian ini pernah dimuat di Journal Translational of Medicine tahun 2013. Saat ini, penelitian sedang di fase percobaan. Kita boleh berharap hasil positif dari penelitian ini sambil merenungkan betapa hebatnya vagina itu.


( sumber : kompas.com )

Minggu, 13 September 2015

Merpati Airlines ..mau di bawa ke mana?

Menyelesaikan Masalah Tambah Masalah (Merpati mau dibawa kemana?) PT. Merpati Nusantara Airlines (Merpati), berdiri pada tanggal 6 September 1962, didalam perjalanannya sejak tumbuh, berkembang , membesar, mulai terjadi permasalahan, bertahan dengan kekuatan sendiri, sampai Pemerintah turun tangan untuk membantu berupa PMN, Softloan Pertamina hingga pinjaman dengan PT. PPA, saat ini berstatus “Stop Operasi” sejak Februari 2014 dan tidak membayar gaji pegawainya sejak bulan Desember 2013 sampai saat ini berjalan 21 bulan. Atas permasalahan ini, Komisi VI DPR RI membentuk Panitia Kerja Merpati Nusantara (PANJA MERPATI) dan

 mengeluarkan rekomendasinya pada tanggal 2 Juli 2014, dimana PANJA MERPATI meminta Kementerian BUMN untuk menyelesaikan permasalahan Merpati secara tuntas dengan catatan Merpati tetap bisa beroperasi kembali dengan memberikan usulan langkah-langkah konkrit didalam rekomendasinya. Menindaklanjuti hasil PANJA MERPATI tersebut diatas, sesuai hasil kajian PT. Perusahaan Pengelola Aset (PT.PPA), Kementerian BUMN mengusulkan Program Strategis Penyelamatan PT. MNA kepada Menteri Keuangan melalui surat Kementerian BUMN No. S-473/MBU/08/2014, tanggal 18 Agustus 2014, perihal Restrukturisasi/Revitalisasi PT. Merpati Nusantara Airlines, dimana program tersebut bila disetujui oleh Menteri Keuangan sebagai

Pemegang Saham, maka pelaksanaannya akan dilakukan oleh PT.PPA dengan mencari mitra strategis dengan pola Kerja Sama Operasi (KSO). Tetapi sayangnya program tersebut hilang begitu saja, apakah karena PT. PPA tidak berhasil menjaring mitra strategis KSO, atau apakah dengan alasan penugasan PT. PPA dicabut per Oktober 2014 sehingga program tersebut terhenti? Kembali masalah Merpati menjadi tak tentu arah penyelesaian, pegawai semakin sengsara akibat ketidak pastian ini, pegawai mengatasnamakan pribadi ataupun berkelompok mulai mangadukan masalahnya kemana-mana, dan berbuah hasil dengan usaha Komisi VI DPR RI, melalui APBN-P 2015 telah dititipkan dana PMN sebesar Rp. 800 Miliyar melalui PT. PPA sebagai dana penyelesaian masalah pegawai Merpati, bukan penyelesaian perusahaan Merpati. Melalui berita di ,

 Rabu, 11 Februari 2015 12:56, diberitakan : Komisi VI DPR RI akhirnya menyetujui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 800 miliar yang akan digunakan untuk membayar hutang gaji karyawan PT Merpati Nusantara Airlines. Kesepakatan ini diambil pada forum rapat kerja dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno, yang dilaksanakan di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (10/2). Anggaran Rp 800 miliar tersebut rencananya akan diberikan melalui PT Perusahaan Pengelola Aset, yaitu BUMN yang bertugas untuk melakukan restrukturisasi dan revitalisasi terhadap BUMN yang bermasalah. Kenapa Pemberian PMN untuk Merpati harus melalui PT.PPA? Pertanyaan diatas mulai terjawab, melalui surat Menteri BUMN No. S-133/MBU/03/2015,

tanggal 18 Maret 2015 perihal Penugasan Pelaksanaan Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi BUMN, PT. PPA diminta untuk melanjutkan proses Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi Merpati, kali ini bukan penjaringan mita KSO seperti penugasan sebelumnya melainkan dengan melakukan proses penjaringan investor potensial sebagai majority share holder. Dengan kebijakan baru menteri BUMN “swastanisasi Merpati” sesuai maksud surat diatas, maka menteri BUMN menugaskan PT.PPA untuk melakukan proses lelang menjaring investor dengan target harus ada investor yang berani membeli saham Merpati diatas 50 % (majority share holder). Sekarang Merpati memasuki babak baru penyelesaian masalahnya atau malah menambah masalahnya, tanpa bermaksud mendiskreditkan PT. PPA yang personil perusahaannya terdiri dari para profesional yang ahli dalam bidangnya, tetapi banyak pertanyaan yang muncul akibat kebijakan baru Menteri BUMN tersebut diatas dan menjadi beban khusus PT. PPA untuk melaksanakan penugasan yang diberikan, ada beberapa pertanyaan yang harus clear, antara lain:

 1. Apakah sebagai pihak yang diberi tugas, sudah menanyakan kepada pemberi tugas terkait kebijakan baru swastanisasi BUMN, apakah kebijakan tersebut sudah di kordinasikan kepada DPR RI dan Bapak Presiden didalam Rapat Kabinet atau minimal kepada Menteri Keuangan RI sebagai Pemegang Saham Merpati?
 2. Apakah PT. PPA sudah memintakan kebijakan khusus kepada Menteri BUMN untuk menyalurkan dana PMN sebesar Rp. 800 Milyar yang dititipkan melalui PT. PPA yang akan digunakan untuk membayar hutang gaji karyawan Merpati sesuai amanah Komisi VI DPR RI, mengingat PT. PPA dalam melaksanakan tugasnya tidak bisa melampaui wewenang yang diberikan sesuai Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2009 tentang Pedoman Restrukturisasi dan Revitalisasi BUMN oleh PPA, dan peraturan perubahannya No. PER-05/MBU/2012. Pegawai Merpati yang sudah memasuki bulan ke 21 tidak menerima gajinya, sangatlah membutuhkan agar dana PMN yang ditipkan ke PT. PPA dapat cepat diproses pencairannya dan dapat segera didistribusikan sesuai hak pegawai masing-masing. PT. PPA dengan profesionalismenya tentu membutuhkan banyak waktu untuk melakukan proses penjaringan investor potensial sebagai majority share holder,

 mulai dari menunjuk konsultan apraisal yang akan menentukan nilai saham dan aset Perusahaan Merpati, menunjuk konsultan keuangan untuk mempersiapkan profil perusahaan dan dokumen perusahaan yang akan digunakan dalam tahap due diligent, melakukan persiapan proses lelang investor sampai dipilihnya pemenang, kemudian bersama pemenang (investor) mengajukan Business Plan baru ke PKPU untuk melakukan restrukturisasi hutang dst. sampai penyelesaian hak pegawai yang boleh memilih apakah tetap tinggal diperusahaan atau keluar dari perusahaan dengan membayarkan haknya sesuai PKB dst...dst...sampai perusahaan running sebagai entiti baru Merpati Swasta. Akan menjadi masalah baru lagi, bila sampai proses pelelangan selesai dan ternyata tidak satupun investor berminat setelah melihat profil perusahaan Merpati, tentunya akan keluar kebijakan baru lagi buat Merpati dan PT. PPA akan diberikan penugasan baru lagi.

 Apapun yang nantinya akan terjadi, minimal pegawai tidak berlarut-larut menunggu dalam ketidakpastian hidupnya, karena adanya dana PMN sebesar Rp. 800 Milyar yang digunakan untuk membayar hutang gaji karyawan PT Merpati Nusantara Airlines sesuai kesepakatan yang diambil pada forum rapat kerja dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno, yang dilaksanakan di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (10/2). Seharusnya “selesaikan masalah tanpa masalah”, bukannya “selesaikan masalah tambah masalah”.



Jakarta, 1 September 2015 Masyarakat Peduli Merpati

Senin, 07 September 2015

Ragam cinta dalam diksi puisi ( sebuah pengantar antologi puisi "Merajut Cinta di Negeri Dongeng"



sebuah sajak yang menjadi adalah sebuah dunia. dunia yang dijadikan, diciptakan kembali oleh si penyair. Diciptakannya kembali, dibentuknya dari benda (materi) dan rohani, keadaan alam dan penghidupan sekelilingnya, dia juga mendapat bahan dari hasil-2 kesenian lain yang berarti bagi dia, berhubungan djiwa dengan dia, dari pikiran-2 dan pendapat-2 orang lain.

segala yang masuk dalam bayangannya, anasir-2 atau unsur-2 yang sudah ada dijadikannya, dihubungkannya satu sama lain, dikawinkannya menjadi suatu kesatuan yang penuh (indah serta mengharukan) dan baru, suatu dunia baru, dunia kepunyaan penyair itu sendiri.

(Chairil Anwar, Pidato di radio tahun 1946)

Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi keadaan. Meski dengan suara liris dan lirih.

Begitu juga buku antologi Bersama 29 Penyair  “Merajut cinta di negeri dongeng ” ini. Para Penyair  yang berhimpun dalam komunitas Bait Puisi ini mencoba menjadikan puisi-puisinya sebagai sebuah Dunia. Disuarakan dengan liris oleh 29 penyair yang mencoba menciptakan puisi untuk menjadi  , yaitu menjadi Dunia penyair.. Dengan berbagai latar belakang, usia, dan kondisi sosio geografis dan demografis yang berbeda, mulai dari yang masih duduk di bangku kuliah, dan sudah bekerja, dan tersebar di seluruh penjuru indonesia tentunya menghasilkan Puisi-puisi dengan beragam diksi, alegori, dan metafora.



Tetapi ragam unsur unsur penyusun puisi tersebut mempunyai benang merah yang hampir sama yaitu cinta, dengan segala misterinya. Cinta terhadap tanah air, cinta terhadap ibunda, cinta terhadap sesama manusia, cinta sepasang kekasih, juga cinta terhadap semesta, semua berkelindan dalam misteri tafsir di dalamnya. itulah keindahan misteri Puisi. Selalu menghujamkan pertanyaan  bahkan saat sejak membaca judulnya,  memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.

Pertanyaan kedua adalah Apa sebenarnya tugas Penyair? Jawabannya menurut saya Sesuai dengan output yang dihasilkannya yaitu Puisi, maka tugasnya adalah bagaimana mengolah sebuah proses kreatif menjadi Puisi. Proses kreatif yang merupakan penjelajahan dari unsur pengalaman (empiris), unsur keindahan (estetis) dan unsur pengamatan (analitis). Di sini penyair bisa mengungkapkan dari sebuah gagasan yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret bagi para pembaca. Dari menafsirkan sebuah kegelisahan diri pribadi sampai merefleksikan kegelisahan masyarakatnya.

Dalam ilmu sastra (Poetika) disebutkan bahwa untuk membuat sebuah karya itu agar memenuhi unsur kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan Bentuk Visual : tipografi, susunan bait, dengan Bunyi : persajakan,asonansi,aliterasi,kiasan bunyi, lambang rasa, dan juga Orkestrasi dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika,unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa, dan sebagainya. hingga puisi-puisinya terasa meminjam istilah Carlyle “ merupakan pemikiran yang bersifat Musikal”. Pembaca bisa merasakan nada dan irama, yang kadang menghentak membuat kita meloncat, atau ritmis hingga seperti kita menggoyang-goyangkan kepala, bisa juga begitu lirih seperti sebuah sayatan gitar, biola atau harpa.

Dan Para Penyair ini mencoba menangkap pengalaman batin dari berbagai peristiwa dan kejadian yang menghasilkan sebuah kegelisahan. Kegelisahan tentang kenangan yang kadang-kadang menyergap datang, ada juga luka pada masa lalu, pertanyaan tentang kehadiran Tuhan di halaman hati kita, kegelisahan tentang kondisi kemiskinan dan ketidakadilan, kondisi lingkungan dan sosial kemasyarakatan  yang diolah dalam sebuah proses kreatif, diendapkan dan lahir berbagai puisi. Sesuai dengan hasil proses kreatif berdasarkan pengalaman dan kemampuan bathin para penyair dengan rentang usia yang berbeda.



Puisi –puisi ini juga bisa menjadi sebuah fungsi dari hasil pengamatan dari sebuah waktu sejarah yang dilalui oleh penyair, ada yang luput tak terjamah sejarah, di sini mungkin puisi dengan getir dan haru mencatatnya, dengan sebuah bahasa yang bisa menjadi indah. Tentunya pembaca puisi dalam membaca pesan moral dalam puisi, juga dituntut untuk punya kreatifitas yang bisa membawanya ke luar menguak makna dari kata-kata yang di sajikan penyair tersebut.



Antologi Puisi ini juga menjadikan sebuah pembelajaran bagi para penyairnya, agar terus berlatih mengasah kemampuan dalam menulis puisi. Bagaimana memilih kosakata agar Puisi memenuhi unsur estetikanya, bagaimana mempunyai kekhasan gaya bahasa, dan bagaimana memilih tema yang menarik. Kemampuan ini akan di dapat jika para penyairnya rajin membaca, rajin berlatih, dan rajin menulis.



Membaca sangat membatu untuk mendapatkan kosakata-kosakata baru. Baik membaca buku, membaca semesta, maupun membaca diri sendiri. Selain menghasilkan kekayaan kosakata, dengan membaca kita akan bisa menemukan kosakata-kosakata baru yang indah, imajinatif dan kontemplatif, sebagaimana dikatakan chairil anwar : kosakata yang membuat pembacanya “Melambung dan terhenyak”. Tentunya hal ini harus diramu dengan bagaimana mengungkapkan kegelisahan dan pengalaman batin dengan kalimat-kalimat yang menggunakan bahasa kiasan seperti metafora, allegori, personifikasi, metonimia, maupun sinekdoki.

Tidak kalah pentingnya adalah gaya bahasa,karena  gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, begitu kata Slametmuljana. Tiap pengarang itu mempunyai gaya bahasa sendiri. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya itu merupakan idiosyncracy atau keistimewaan kekhususan seorang penulis, menurut Milddleton Mury

Puisi sebagai sebuah bagian dari seni tentunya juga tunduk pada sebuah hakikat karya seni, yaitu selalu terjadi keregangan antara Konvensi dan pembaharuan (inovasi). Itulah kenapa Rifaterre mengatakan Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya.



Oleh karena itu apresiasi, penilaian, tafsir, dan penggalian makna, kami para penyair buku antologi puisi bersama ini saya serahkan sepenuhnya pada para pembaca.



Demikian kata pengantar singkat dari saya dan semoga hadirnya buku puisi ini, menjadikan semangat bagi para penyairnya juga penyair  lainnya untuk berkreasi dan menghadirkan puisi-puisi yang mewarnai Sastra kita. Bravo Sastra Indonesia!







Arif Gumantia

Ketua  pada Majelis Sastra Madiun

Jumat, 04 September 2015

Tubuh, Gender, dan Hak Perempuan atas Tubuhnya

Kalau kita cermati, ada sebuah fenomena menarik pada tubuh manusia di abad 21 ini, yaitu terjadinya fenomena paradoks pada tubuh manusia. Pada sisi ekstrim di satu sisi tubuh begitu dipuja dengan berbagai citraan yang di konstruksikan oleh mesin bernama iklan. Pada sisi ekstrim yang lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas tubuhnya, karena harus menuruti citraan-citraan secara sosial, komersial, dan religius dan telah kehilangan tubuh secara real.


Kita seakan di kepung oleh citraan-citraan, dan disergap berbagai iklan tentang tubuh yang ideal. Dimanapun kita berada, selalu ada visualisasi tentang tubuh. Pada baliho, billboard, spanduk, koran, majalah, media Televisi, internet, dan disegala tempat, dan tubuh pun menjelma menjadi bahasa komunikasi yang masif dan intensif, hingga iklan pemberantasan korupsi menggunakan tubuh untuk menyampaikannya, dengan parameter estetika iklan aktornya harus “ganteng” dan “cantik”, dan terbukti para aktor iklannya justru menjadi pelaku korupsi. Sungguh sebuah ironi.


Karena konstruksi yang dijejalkan oleh iklan telah menyergap begitu gegap gempita, tak heran jika tujuan olahraga pun sekarang bergeser, tidak untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh, tapi untuk menaklukan dan mengatur tubuh agar sesuai dengan citraan iklan.baik latihan fisik sampai tentang neurotik seperti fitness, aerobik, diet, bahkan menjadi anoreksia. Sehingga kadang justru tidak menjadikannya bugar dan sehat, tetapi menjadi terobsesi akan tubuh hingga menderita sakit secara fisik dan psikis. Dan dari titik tolak fenomena tubuh inilah menjadi menarik membicarakan Gender dan kesetaraan.


Istilah Gender bagi banyak orang digeneralisasikan sebagai jenis kelamin. Kesalahan secara substansi ini dapat kita maklumi karena jarang sekali ada penjelasan dan pemahaman yang diberikan oleh instansi-instansi resmi pemerintah, lembaga swasta, maupun media. Kalau kita baca di wikipedia, definisi gender adalah : gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Ini disebabkan yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks sosial budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.


Jadi secara simplikasi bisa dikatakan gender adalah jenis kelamin sosial, budaya, politik, serta keagamaan yang didasarkan pada fisik perempuan dan laki-laki. Seperti dogma yang mengatakan pemimpin itu harus laki-laki, karena fisiknya kuat. Ini adalah salah satu contoh konstruksi sosial budaya yg berdasarkan perbedaan jenis kelamin untuk menjadi pemimpin dan bukan karena kapasitas leadershipnya. Atau bisa juga di katakan dalam kamus bahasa inggris “sex” adalah kelamin biologis, sedangkan “gender” adalah kelamin sosial.


Karena ada sex dan gender, tentunya ada juga orientasi sex. Dan kalau kita elaborasi secara mendalam ketiga hal tersebut mempunyai keterkaitan. Karena jika definisi dari orientasi sex adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan pilihan seksualnya, maka untuk melakukannya tentunya dipengaruhi sex dan gender.artinya apabila seseorang yang memiliki kecenderungan seksual sebagai seorang gay, lesbi, atau heteroseks, itu didorong oleh sex dan gender. Karena itu hal yang mendasar dan penting adalah apa yang menjadi pendorong utama orientasi sex seseorang, hingga kita bisa beropini dengan argumentasi yang obyektif.


Apabila orientasi seks ini disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat biologis atau dikalangan feminis dengan istilah determinisme biologis seperti susunan hormonal dan sifat-sifat biologisnya, maka apakah seseorang itu menjadi homoseks, lesbian, atau lainnya itu bersifat kodrati sebagai perspektif kekuasaan Tuhan, dan itu diluar kekuasaan manusia. Namun apabila orientasi seks ini dimunculkan oleh faktor non biologis, misal karena faktor sosial, budaya, politik, ataupun yang lainnya maka hal itu sama dengan gender.


Dari paparan di atas, yang bisa memberikan benang merah dalam upaya perjuangan keadilan dan demokrasi adalah adanya kesetaraan. Seperti yang di katakan K.H. Abdurrahman wahid (Gus Dur), Kesetaraan, bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yg sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan perlakuan yang adil, ketiadaan perilaku diskriminatif dan juga ketiadaan subordinasi. Dengan demikian kesetaraan ini juga mencakup perlakuan yang adil terhadap semua manusia apapun jenis kelamin dan orientasi seksnya.


Tanpa membedakan laki-laki atau perempuan, harus ada kesetaraan perlakuan di hadapan Konstitusi, laki-laki dan perempuan punya hak yang sama atas tubuhnya sendiri. Jadi dalam sebuah ikatan pernikahan sekalipun, perempuan tetap punya hak atas tubuhnya, dan tubuhnya bukanlah milik suaminya, seperti dogma ataupun doktrin agama atas penafsiran teks kitab suci yang sempit, hingga mengakibatkan adanya eksploitasi yang bersifat patriarkhis. Juga maraknya perda-perda syariah yang secara politis punya tujuan terselubung untuk mendapatkan simpati konstituen islam garis kanan. Aturan-aturan yang dimunculkan adalah perspektif yang sangat patriarkhis, seperti misalnya pemerkosaan terjadi karena perempuan memakai rok mini dan keluar malam. Bukan karena laki-laki yang tidak kuat menahan syahwatnya. Sehingga ada semacam joke yang mengatakan : begitu susah menjadi perempuan di indonesia, sementara laki-lakinya bertindak begajulan.


Karena sering kita jumpai banyak orang berkeyakinan bahwa perbedaan biologis dipahami sebagai sumber dari perbedaan perilaku dan peran pada tingkat kehidupan budaya, sosial dan politik antara laki-laki dan perempuan. Ide ketidaksetaraan ini tidak hanya muncul di kalangan agamawan (ulama), tetapi juga berhembus dari kalangan pemimpin adat, atau politisi dengan berbagai motif dan interest pribadi yang terselubung. Bahkan yang lebih mengherankan banyak juga dari kalangan perempuan namun memiliki pemikiran yang patriarkhis.


Dukungan terhadap kesetaraan laki-laki dan perempuan sebenarnya sudah ada di konstitusi kita, yaitu Undang-Undang Dasar. Karena UUD kita memberikan hak dasar berupa kesetaraan ke seluruh warga negara tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, dan latar belakang lainnya. Di bawah UUD kita juga memiliki serangkaian peraturan yang mendukung kesetaraan. Seperti UU ratifikasi CEDAW ( convention on ellimination of all forms of discrimination against women) menjadi UU sejak tahun 1986, instruksi presiden no. 9 tahun 2000 mengenai pengarusutamaan gender. Kita juga memiliki UU PKDRT sejak tahun 2003.


Namun seperti yang selalu terjadi peraturan yang bagus tidak cukup untuk mengubah keadaan. Selalu terjadi kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dan realitas yang terjadi. Mengutip apa yang di katakan GUS DUR: “ karena keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan maka harus diperjuangkan, begitu juga kesetaraan harus juga diperjuangkan. martabat manusia hanya bisa dipenuhi dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam masyarakat karena membela kelompok masyarakat yg diperlakukan tidak adil, karena ini merupakan tanggung jawab moral kemanusiaan.


Maka dalam kondisi adanya kesenjangan antara kesetaraan yang sudah seharusnya ada di negara ini, dan kenyataan yang terjadi, maka yang paling bisa mengambil peranan untuk memperjuangkan kesetaraan adalah kita semua, dengan melakukan pengawasan atau advokasi pada masyarakat, dimulai dari lingkup terkecil, lingkungan kita sendiri. Agar negara kita ini tetap bisa menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan “Bhinneka Tunggal Ika” tidak hanya menjadi slogan atau sekedar dipajang di ruang tamu kita.



Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun