Banyak orang menyukai cerpen, karena
para pembaca diajak untuk menyaksikan sebuah lanskap, yang merupakan
representasi dari sebuah kehidupan nyata. Dan dengan kemahiran Penulisnya dalam
meghujamkan endingnya yang terbuka, akan memaksa pembaca untuk menggali makna
yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi.
Dan menurut saya wina bojonegoro mencoba melakukannya di dalam menulis
cerita-cerita pendeknya ini. Bercerita dengan lepas, tanpa berpretensi untuk
menggurui.
Wina Bojonegoro, yang punya nama
lengkap Endang Winarti, novelis dan cerpenis yang lahir di bojonegoro dan
sekarang tinggal di surabaya ini, dalam buku kumpulan cerpennya Negeri Atas
Angin. Ada benang merah yang dapat saya tarik sebuah tema dalam 21 cerita
pendeknya ini. Sebuah tema “keterasingan” para tokoh-tokoh (yang diciptakan
wina) dalam menggeluti realitas yang menimpa baik karena ingin memenuhi hasrat
yang terpendam ataupun karena mengikuti persepsi yang seolah olah adalah
realitas.. Dan wina memelilih gaya bahasa tidak puitis tapi bahasa yang
lugas dan terkadang ada nuansa sinisme di dalamnya.
Keterasingan-keterasingan terjadi
dalam cerita ini karena banyak hal, tapi bermuara pada sebab hilangnya sifat
jujur pada diri sendiri. Seperti pada cerpen rumah rahasia (hal. 25) bagaimana
Kilby dan Naomi perlu membangun rumah rahasia untuk menikmati hubungannya
yang rahasia. Meskipun di tempat yang indah dan ideal tetapi ada perasaan
terasing yang mereka rasakan. Atau pada perempuan yang menikahi kura-kura (hal
47). Bagaimana seseorang menciptakan sebuah realitas bahwa ada perempuan yang
hamil oleh kura-kura untuk menutupi perbuataannya memperkosa perempuan
tersebut.
Pada cerpen negeri di atas angin (
hal 77 ) wina terlihat cermat dalam detail ketika menceritakan suasana desa
dengan tokoh penari yang bernama darsini. Mungkin karena wina juga berasal dari
desa sehingga mampu mengeksplorasi makna ekspresif pada kisah ini. Makna yang
muncul hasil pergulatan penulis dengan sosiogeografis tempat penulis tumbuh dan
berkembang.
tema “keterasingan” dalam
menggeluti realitas kehidupam megapolitan tampak pada cerpen Mozaik
( hal 121) . dimana ketika materi begitu berlimpah hingga sebuah pasangan suami
istri tak punya waktu untuk sekedar menyandarkan bahu dan memberikan sebuah
pelukan yang dalam. Dan sang suami cukup berpikir simple membayar seseorang
umtuk mengajari bermain piano atau membuat sketsa agar istrinya tidak kesepian.
Orhan Pamuk, penulis pemenang nobel
dari Turki mengatakan membaca itu ada 3 tingkatan, yang pertama adalah membaca
hingga kita larut dengan kisahnya, yang kedua adalah selain kita larut dengan
kisahnya, kita juga mengerti apa makna yang tersembunyi dalam kisah kisah
tersebut. Dan yang ketiga adalah mencakup dua hal di atas dan ditambah dengan
menjadikan apa yang kita baca menjadi inspirasi inspirasi hingga kita bias
menuliskannya dalam bentuk yang lain
Pada beberapa cerpennya menurut saya
akan bisa merangsang pembaca untuk menjadikan kisah kisahnya sebagai sebuah
inspirasi yang menarik seperti pada cerpen tentang drupadi, mimpi tentang Dong
Mon dan malaikat yang menyembunyikan sayap.
Meskipun tidak ada pembaharuan
pembaharuan dalam bercerita dan beberapa cerpennya endingnya klise seperti pada
cerpen lebaran untuk palupi dan Lang lang dan kelana, tetapi secara keseluruhan
wina berhasil menuliskan gagasan gagasan yang ada di benaknya ke dalam cerita.
Dimuat di jawa Pos minggu