Setiap perhelatan pemberian penghargaan hadiah sastra yang
dilakukan tiap tahun oleh Komite Nobel
Swedia ( the Swedish Academy )
selalu menimbulkan kontroversi. Selalu ada perdebatan Pro dan kontra.
Hal ini wajar saja, mengingat setiap penilaian terhadap karya sastra tentu akan
menimbulkan beragam tafsir, tergantung parameter yang digunakan dalam menilai
dan menafsirkan karya tersebut.
Demikian juga hadiah nobel sastra tahun 2016 yang diberikan
pada penyanyi dan penulis lirik lagu
dari Amerika Serikat, yaitu Bob Dylan. Bob Dylan menyingkirkan semua
nominasi-nominasi yang dimunculkan media-media, seperti Haruki
Murakami, novelis asal Jepang,
penulis asal Irlandia, John Banville, penulis Kenya Ngugi wa Thiong’o,
penulis AS Joyce Carol Oates, penulis Suriah Adonis dan penulis Spanyol Javier
Marías.
Pro kontra pertama muncul karena media-media eropa
menyatakan bahwa Bob Dylan adalah penulis lirik lagu pertama yang mendapatkan
hadiah nobel, padahal Rabindranath Tagore dari India, pemenang nobel sastra
tahun 1913 juga penulis lirik lagu, setidaknya dia menciptakan 3 lagu
himne. Bob Dylan mendapatkan hadiah
nobel karena lirik-lirik lagunya , sedangkan Rabindranath Tagore mendapatkan
nobel karena sajak-sajaknya yang segar dan indah, menurut saya keduanya
sama-sama mempunyai kecerdasan dan pemikiran puitik. Karena Rabindranat Tagore
juga penulis lirik lagu, maka saya lebih setuju dengan pendapat bahwa Bob Dylan
bukanlah penulis lirik lagu pertama yang mendapatkan nobel, tetapi yang pertama
adalah Rabindranat Tagore.
Bob Dylan sungguh
legendaris dan fenomenal. Ia menjadi
inspirasi bahkan bagi The Beatles, Gun n Roses, dan sejumlah besar penyanyi
hebat dalam waktu yang panjang, termasuk Iwan Fals. Lagu-lagunya banyak
dilantunkan oleh penyanyi berkaliber, termasuk Avril dan Adelle.
Sehingga Komite Nobel
( The Swedish Academy) memberikan Hadiah nobel pada Bob Dylan karena
“Menciptakan ekspresi puitik baru dalam
tradisi lagu-lagu di amerika”. Yang juga
perlu kita ingat adalah anugerah Nobel ini selalu diberikan pada orang-orang
yang concern terhadap perjuangan terhadap kemanusiaan dan perdamaian, baik
dalam bidang ilmu pengetahuan, diplomasi-diplomasi untuk perdamaian, dan karya
sastra. Lirik-lirik lagu Bob Dylan pun sebagian besar berisi gagasan-gagasan
kemanusiaan dan perdamaian. Daripada kita “nyinyirin Bob Dylan ( istilah yang
lagi tenar di Media social ) lebih baik kita elaborasi alas an Komite Nobel tersebut.
Puitik adalah kata sifat bagi puisi atau hal-hal yang
berkaitan dengan puisi. Sebagai kata benda, puitik adalah praktik menulis puisi
atau komposisi puitik, risalah mengenai sifat, bentuk, dan hukum puisi.
Tak bisa kita pungkiri, bahwa saat-saat ini terutama dengan
maraknya media sosial, kebanyakan orang beranggapan bahwa puisi memiliki image
yang buruk, tak lebih dari sekumpulan kata-kata
aneh yang tak dimengerti, ungkapan perasaan mendayu-ndayu, atau kalimat-kalimat
putus asa penuh tanda seru, hingga beranggapan bahwa Puisi tidak ada
hubungannya dengan kehidupan. Hal demikian itu tentu anggapan yang salah karena
adanya kesalahpahaman.
“Puisi” berasal dari kata Yunani “poiesis”—“poiein”, yang
artinya “menemukan”—“menciptakan”. Sebagai penemuan-penciptaan, puisi tentu soal penghayatan, pertanyaan terhadap
realitas dalam diri maupun di luar diri. dan bagaimana mencari jawabannya. Hal ini membuat puisi selalu
relevan bagi kehidupan, bahkan signifikan atau penting.
Jawaban-jawaban atau realitas-realitas baru yang ditemukan
dalam proses penghayatan itu tentu belum terbahasakan, sehingga dibutuhkan
metafor-metafor yang diciptakan melalui penukaran, pengubahan tanda, atau
analogi dari aset bahasa berdasarkan prinsip-prinsip
similaritas-dissimilaritas, yang ketepatan dan kebermaknaan merupakan
taruhannya.
Metafor adalah kreativitas pertama dalam puisi, untuk
mengomunikasikan kebaruan-kabaruan itu,
masih dibutuhkan penemuan-penciptaan strategi-strategi penyampaian dengan mengeksplorasi dan
mengeksploitasi daya tarik logos, ethos, dan pathos, dari bentuk, gaya, sampai
irama dan rima untuk dapat dipahami, diterima, diingat oleh pembaca, dan pada
akhirnya menggerakkan pembaca, mempengaruhi kesadaran dan keputusan tindakan
mereka. Karena relevan dengan kehidupan, maka metaphor-metafor yang diciptakan
haruslah dekat dengan kehidupan dan tidak
menjauhkan dari kehidupan, seperti anggapan salah kaprah yang selama ini
terjadi, semakin rumit metafor maka semakin bagus puisi tersebut.
Parameter pertama yang kita pakai yaitu Puisi adalah selalu
releven dengan kehidupan bahkan signifikan, tentu lirik-lirik lagu Bob Dylan
masuk dalam kategori itu, karena Bob Dylan telah menciptakan lirik-lirik lagu
dengan topik seperti kondisi sosial masyarakat, kemanusiaan, keterasingan
manusia, seruan perdamaian, agama, politik dan cinta, topic-topik yang relevan
dengan kehidupan. Bisa kita baca pada lirik-lirik lagunya seperti : Knockin’ on
Heaven’s Door, Blowin’ in the Wind, The Times They are changin’, Mr Tambourine
Man, Like a Rolling Stone, All along the watchtower, gotta serve somebody, full
moon and empty arm, make you feel my love, Highway 61 revisited, dan masih
banyak lainnya.
Karya-karya tersebut diciptakan mulai tahun 1962, seperti
yang bisa dibaca di biografinya, awal berkarir sebagai penyanyi, Bob Dylan
adalah penyanyi lagu rakyat (Folksinger). Barangkali lirik-lirik lagu inilah
yang menurut komite nobel mempunyai ekspresi puitik baru, dibandingkan
lirik-lirik lagu-lagu amerika sebelum tahun 1960an.
Parameter kedua adalah
metafor-metafor yang diciptakan Bob Dylan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) me·ta·fo·ra /métafora/ didefinisikan sebagai "pemakaian
kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai
lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.[1] , misal tulang
punggung dalam kalimat "pemuda adalah tulang punggung
negara".Metafora adalah majas (gaya bahasa) yg membandingkan sesuatu
dengan yang lain secara langsung. Metafora adalah gaya bahasa perbandingan.
Dengan kalimat yang singkat, metafora
adalah mengungkapkan ungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan
analogis. Mari kita elaborasi apakah metaphor-metafor
yang diciptakan Bob Dylan merupakan perbandingan analogis yang mudah dipahami,
bisa merepresentasikan gagasan yang ingin disampaikan, mendekatkan dengan
kehidupan, dan tentu saja mempunyai unsur estetika (keindahan bahasa).
Kita ambil contoh lirik lagu Knockin’ on Heaven’s Door
Mama, take this badge off of me
I can't use it anymore.
It's gettin' dark, too dark to see
I feel I'm knockin' on heaven's door.
Knock, knock, knockin' on heaven's door
Mama, put my guns in the ground
I can't shoot them anymore.
That long black cloud is comin' down
I feel I'm knockin' on heaven's door.
Lagu Knockin On Heaven's Door" merupakan Semangat anti perang yang
ditunjukkannya dengan mengkritik kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang
memerangi Vietnam. Dylan berkeyakinan perang Vietnam adalah kesia-siaan.
Sebagai keprihatinannya terhadap perang Vietnam, ia lantunkan lagu ini,. Dari
pilihan metafor-metaformya dalam yang dipakai Bob Dylan yaitu : “pistol, awan
hitam, pintu surga, pistol sebagai
perbandingan analogis terhadap perang, awan hitam sebagai penderitaan, sedang
mengetuk pintu surge sebagai ungkapan kematian, menuju hidup abadi bersamaNYA,
terlihat ada keterkaitan yang ironis,
antara perang yang sia-sia, penderitaan
dan sedang mengetuk pintu surga”, barangkali Dylan ingin menyampaikan
setiap prajurit yang perang akan mengalami penderitaan, tetapi karena
melaksanakan perintah Negara dan takdir yang dijalaninya, maka
prajurit-prajurit tersebut sedang mengetuk pintu surga, sebuah pengabdian dan
penyerahan diri yang total kepada Tuhan, untuk menyampaikan gagasan yang ingin
disampaikan jelas terlihat mudah dipahami, relevan dengan kehidupan, dan juga
indah.
Satu lagu lagi : “Blowin’ in the wind”
How many roads must a man walk down,before you call him a
man?
How many seas must a white dove fly,
before she sleeps in the sand?
And how many times must a cannon ball fly,
before they’re forever banned?
The answer my friend is blowing in the wind,
the answer is blowing in the wind.
How many years can a mountain exist,
before it is washed to the sea?
How many years can some people exist,
before they’re allowed to be free?
And how many times can a man turn his head,and pretend that
he just doesn’t see?
The answer my friend is blowing in the wind,
the answer is blowing in the wind.
How many times must a man look up,
before he sees the sky?
And how many ears must one man have,
before he can hear people cry ?And how many deaths will it
take till we know,
that too many people have died?
The answer my friend is blowing in the wind,
the answer is blowing in the wind.
The answer my friend is blowing in the wind
the answer is blowing in the wind.
Berapa jauh ditempuh pengembaraan
Sebelum sebutan lelaki dapat ditetapkan
ya, dan berapa jumlah lautan dicapai
sebelum merpati dapat istirahat di pantai
ya, dan berapa kali diterbangkan peluru meriam
sehingga akhirnya semua bisa dibungkam
jawabnya temanku, ada dalam angin berembusan
jawabnya ada dalam angin berembusan
berapa kali orang harus tengadah
sebelum dia dapat menatap langit
ya, dan berapa telinga harus dipasangkan
agar dia mampu mendengar ratap dan tangisan
ya, dan berapa banyak manusia dibunuhi
hingga dia sadar begitu banyak orang mati?
jawabnya temanku, ada dalam angin berembusan
jawabnya ada dalam angin berembusan
(terjemahan Taufik Ismail)
Metafor-metafor yang digunakan Bob Dylan ini umtuk
menceritakan pertanyaan-pertanyaan semua orang tentang apa makna manusia, apa
maknanya menjadi manusia, dan bagaimana
meraih makna hidupnya? Sebuah pemikiran yang dalam tentang kemanusiaan.
Tentang tugas manusia agar bisa memanusiakan manusia. Dengan mengambil metafor-metafor yang ada di alam
seperti : lautan, merpati, gunung, telinga, langit, dan angin yang berhembus.
Metafor yang dekat dengan kehidupan, mudah dipahami untuk menceritakan
gagasannya, dan tentu indah.
Masih banyak yang bisa kita eksplore dari lirik-lirik lagu
lainnya. Meskipun lirik-lirik tersebut dilepaskan dari musiknya, menurut saya
lirik tersebut tetap menjadi puisi, dan mempunyai pemikiran dan kecerdasan
puitik
Parameter yang ketiga adalah apakah lirik-lirik lagu
tersebut akhirnya mempengaruhi musisi-musisi amerika pada generasi tahun
1970an, 1980an, sampai sekarang? Menurut saya jawabannya adalah iya, karena
banyak grup-grup Rock amerika menggunakan ekspresi puitik di lirik-lirik
lagunya seperti Grand funk railroad, Metallica, Megadeth, Guns n Roses, Poison,
Bon Jovi sampai generasi sekarang seperti avril lavigne. barangkali dari ketiga
parameter inilah yang membuat Akademi Swedia memberi penghargaan
Dari apa yang saya sampaikan di atas, bisa saya tarik benang
merah bahwa apa yang dipakai alas an oleh komite nobel sudah lah tepat, bahwa
Bob Dylan menciptakan ekspresi puitik baru di dalam lirik-lirik lagunya. Tentu
sah-sah saja ada yang tidak setuju dan berbeda dengan pendapat saya ini, hal
ini justru akan menjadi dialektika yang menarik dalam khazanah sastra kita.
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun
Jawa Timur