Ada dua hal menurut Ernest Hemingway yang membuat cerpen (cerita pendek) menjadi menarik untuk dibaca, pertama yaitu kisah yang diceritakannya ibarat gunung es di laut. Keindahan panoramanya hanya seperdelapan bagiannya yang muncul di atas air, dan dari seperdelapan tersebut menyimpan sebuah magma yang dahsyat. Begitu juga cerpen, pembaca bisa menangkap dan menafsirkan gagasan atau tema yang hendak disampaikan oleh penulis dari ceritanya yang pendek. Yamg kedua adalah penulis menceritakan bukan menggurui apalagi menghakimi lewat tokoh-tokoh yang diciptakannya. Cerpen-cerpen yang didalamnya bukan sebuah khotbah, cerpen yang tanpa banyak menggurui. Pengarang lewat cerita yang ditulisnya menghujamkan rentetan pertanyaan-pertanyaan yang memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.
Di buku kumpulan cerpen Arus Deras (Tukang Bunga dan Burung Gagak II)
ini, saya menemukan cerita-cerita yang pendek yang memenuhi dua hal di
atas. Kumpulan cerpen bersama yang ditulis oleh empat penulis yaitu,
Agnes A. Majestika, Ana Mustamin, Kurnia Effendi, dan Kurniawan
Junaedhi. Buku kumpulan cerpen ini merupakan buku kumpulan cerpen kedua
dari para penulis tersebut dengan judul Tukang Bunga dan Burung Gagak.
Dengan latar belakang kehidupan penulis yang berbeda menghasilkan
cerpen-cerpen dengan tema, deskripsi tempat dan peristiwa yang beragam.
Agnes A. Majestika lebih banyak berkisah tentang cinta dengan dengan
deskripsi tempat di Jepang, Ana Mustamin berkisah dengan latar belakang
bisnis sesuai dunia kesehariaanya, Kurnia Effendi dan Kurniawan
Junaedhie dengan latar belakang kisah tentang sastrawan dan
kehidupannya. Tetapi keempatnya tampak piawai meramu Kepadatan,
kelugasan, kecermatan, dan deskripsi latar yang tepat. Hal ini membuat
peristiwa yang tampak biasa menjadi cerpen yang menawan.cerpen yang
bisa mengaduk emosi ataupun menyergap pikiran, cerpen-cerpen yang
seperti sebuah puisi yang kaya makna.
Setelah membaca enam belas cerita pendek ini ( masing-masing penulis empat cerpen), saya mencoba untuk memberikan catatan-catatan tentang tiga hal yang menarik. yang pertama adalah tentang gagasan atau tema yang diambil oleh penulisnya. Pada cerpen Di tepi Harukoma ( halaman 3 ) Agnes menceritakan tema cinta. Tentang cinta yang di satu sisi membuat seseorang bahagia, sedang di ruang hati seseorang yang lain merintih dan harus berdamai dengan rasa kehilangan. Sedang pada cerpen Tanah ( Halaman 21 ) tema sifat serakah manusia dikisahkan dengan menarik. Ana Mustamin, sebagai penulis yang sehari-hari bekerja di BUMN menyodorkan tema kharakter dan sifat-sifat manusia dalam dunia bisnis. Warung Kopi Uya ( halaman 55 ) menjadi kisah yang menarik tentang sepasang suami istri yang punya impian menjadi enterpreuneur CafĂ© sukses tetapi masih “lugu” berhadapan dengan dunia bisnis yang penuh topeng tipu daya dan siasat licik. Juga pada Akusisi (Halaman 69) yang berkisah tentang perubahan-perubahan secara cepat dalam perkembangan sebuah perusahaan hingga harus mengorbankan sumber daya manusianya yang sebenarnya loyal. Sebuah cerpen yang berisi ironi-ironi kehidupan.
Tema cinta juga ada pada cerpen Sepasang Pengarang (halaman 111) Karya Kurnia Effendi ( KEF), dengan gaya bahasa yang puitis, dan gaya bercerita secara sinisme cerpen ini menjadi menarik dan tidak menjadi klise. Begitu Juga pada Arus Deras (halaman 129) yang merupakan penggalan atau fragmen sempalan calon novel tentang Raden Saleh yang sedang ditulis bersama Iksaka Banu, dalam Arus Deras ini, tema cinta menjadi tema yang tidak membosankan, karena pembaca dipaksa mencerna kisahnya berdasarkan dialog dua tokohnya yang saling bersahutan. Dipisah Dua Benua ( halaman 139) Kurniawan Junaedhie memberikan tema tentang jenis-jenis sastrawan lewat tokoh HH seorang sastrawan yang menjadi politisi. Dengan pernyataan-pernyataan lewat tokoh HH yang terkesan sarkasme ini, penulis berhasil menyergap perasaan pembaca. Sedang pada cerpen Perempuan Beraroma Melati (halaman 147) kurniawan mengangkat tema kematian dengan latar orang-orang yang menunggu keluarganya di Rumah Sakit. Cerpen yang membuat pembaca bisa merasakan begitu dekatnya kematian.
Yang kedua adalah gaya bercerita keempat penulis yang telah lama malang melintang di dunia kepenulisan ini tampak piawai menuliskan cerita dengan gaya mengalir linier dan flash back. Mereka berhasil membuat cerpen yang “Menjadi” (meminjam istilah Chairil Anwar ), sebuah cerita yang benar-benar pendek, ringkas tidak bertele-tele tapi berhasil mengganggu pembacanya untuk berimajinasi lewat tokoh dan cerita yang diciptakannya, kemudian merenungkan apa isi yang tersirat dalam kisah-kisah pendek tersebut. Cerita- ceritanya menarik untuk dibaca karena ditulis secara cermat, selain kharakter para tokohnya juga latar belakang tempat para tokoh yang diciptakannya berada. Masing-masing penulis juga jeli dalam menyelipkan kalimat-kalimat puitis, sinisme, ironi dan bahkan sarkasme pada nuansa kalimat-klaimat yang disusunnya. Dalam gaya penceritaan ini yang juga menarik adalah bagaimana mengakhiri ceritanya atau pada ending cerita. Cerpen-cerpen di kumpulan Arus Deras ini memberikan ending yang terbuka, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berdentangan dalam kepala pembaca, Ending yang bisa ditafsirkan sesukanya oleh para pembaca.
Yang ketiga adalah makna apa yang bisa direnungkan oleh para pembaca setelah membaca cerpen-cerpen ini. nilai-nilai kehidupan apa yang sebenarnya hendak disampaikan di dalam tiap cerita. Bukan sebagai bagian dari pencarian benar dan salah, tetapi lebih kepada menguak apa yang sebenarnya hendak di sampaikan penulis. Dalam hal inilah pembaca karya sastra juga dituntut untuk cerdas dalam membaca. Menurut saya, dalam cerpen-cerpen di buku ini, penulis-penulisnya lebih memilih menyampaikan realitas yang ada di kehidupan ini sesuai dengan realitas yang sering ditemuinya dan berjalin kelindan dengan sifat-sifat yang ada pada manusia , sifat yang menjadi dasar dalam tingkah lakunya, dan memberikan konsekuensi-konsekuensi logis yang harus diterima oleh para tokoh yang ada diceritanya dan bagaimana harus menghadapinya.
Orhan Pamuk, penulis pemenang nobel dari Turki mengatakan membaca itu ada 3 tingkatan, yang pertama adalah membaca hingga kita larut dengan kisahnya, yang kedua adalah selain kita larut dengan kisahnya, kita juga mengerti apa makna yang tersembunyi dalam kisah kisah tersebut. Dan yang ketiga adalah mencakup dua hal di atas dan ditambah dengan menjadikan apa yang kita baca menjadi inspirasi inspirasi hingga kita bisa menuliskannya dalam bentuk yang lain. Semoga buku kumpulan cerpen Arus Deras ini bisa menginpirasi para pembacanya hingga bisa menjadi ide-ide baru yang bisa dituliskan dalam genre-genre sastra yang lain.
Salam Sastra,
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun.
Judul buku : Arus Deras
Penulis : Agnes A. Majestika
Ana Mustamin
Kurnia Effendi
Kurniawan Djunaedhie
Penerbit : Kosa Kata Kita, Jakarta
Cetakan : Pertama 2017
Setelah membaca enam belas cerita pendek ini ( masing-masing penulis empat cerpen), saya mencoba untuk memberikan catatan-catatan tentang tiga hal yang menarik. yang pertama adalah tentang gagasan atau tema yang diambil oleh penulisnya. Pada cerpen Di tepi Harukoma ( halaman 3 ) Agnes menceritakan tema cinta. Tentang cinta yang di satu sisi membuat seseorang bahagia, sedang di ruang hati seseorang yang lain merintih dan harus berdamai dengan rasa kehilangan. Sedang pada cerpen Tanah ( Halaman 21 ) tema sifat serakah manusia dikisahkan dengan menarik. Ana Mustamin, sebagai penulis yang sehari-hari bekerja di BUMN menyodorkan tema kharakter dan sifat-sifat manusia dalam dunia bisnis. Warung Kopi Uya ( halaman 55 ) menjadi kisah yang menarik tentang sepasang suami istri yang punya impian menjadi enterpreuneur CafĂ© sukses tetapi masih “lugu” berhadapan dengan dunia bisnis yang penuh topeng tipu daya dan siasat licik. Juga pada Akusisi (Halaman 69) yang berkisah tentang perubahan-perubahan secara cepat dalam perkembangan sebuah perusahaan hingga harus mengorbankan sumber daya manusianya yang sebenarnya loyal. Sebuah cerpen yang berisi ironi-ironi kehidupan.
Tema cinta juga ada pada cerpen Sepasang Pengarang (halaman 111) Karya Kurnia Effendi ( KEF), dengan gaya bahasa yang puitis, dan gaya bercerita secara sinisme cerpen ini menjadi menarik dan tidak menjadi klise. Begitu Juga pada Arus Deras (halaman 129) yang merupakan penggalan atau fragmen sempalan calon novel tentang Raden Saleh yang sedang ditulis bersama Iksaka Banu, dalam Arus Deras ini, tema cinta menjadi tema yang tidak membosankan, karena pembaca dipaksa mencerna kisahnya berdasarkan dialog dua tokohnya yang saling bersahutan. Dipisah Dua Benua ( halaman 139) Kurniawan Junaedhie memberikan tema tentang jenis-jenis sastrawan lewat tokoh HH seorang sastrawan yang menjadi politisi. Dengan pernyataan-pernyataan lewat tokoh HH yang terkesan sarkasme ini, penulis berhasil menyergap perasaan pembaca. Sedang pada cerpen Perempuan Beraroma Melati (halaman 147) kurniawan mengangkat tema kematian dengan latar orang-orang yang menunggu keluarganya di Rumah Sakit. Cerpen yang membuat pembaca bisa merasakan begitu dekatnya kematian.
Yang kedua adalah gaya bercerita keempat penulis yang telah lama malang melintang di dunia kepenulisan ini tampak piawai menuliskan cerita dengan gaya mengalir linier dan flash back. Mereka berhasil membuat cerpen yang “Menjadi” (meminjam istilah Chairil Anwar ), sebuah cerita yang benar-benar pendek, ringkas tidak bertele-tele tapi berhasil mengganggu pembacanya untuk berimajinasi lewat tokoh dan cerita yang diciptakannya, kemudian merenungkan apa isi yang tersirat dalam kisah-kisah pendek tersebut. Cerita- ceritanya menarik untuk dibaca karena ditulis secara cermat, selain kharakter para tokohnya juga latar belakang tempat para tokoh yang diciptakannya berada. Masing-masing penulis juga jeli dalam menyelipkan kalimat-kalimat puitis, sinisme, ironi dan bahkan sarkasme pada nuansa kalimat-klaimat yang disusunnya. Dalam gaya penceritaan ini yang juga menarik adalah bagaimana mengakhiri ceritanya atau pada ending cerita. Cerpen-cerpen di kumpulan Arus Deras ini memberikan ending yang terbuka, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berdentangan dalam kepala pembaca, Ending yang bisa ditafsirkan sesukanya oleh para pembaca.
Yang ketiga adalah makna apa yang bisa direnungkan oleh para pembaca setelah membaca cerpen-cerpen ini. nilai-nilai kehidupan apa yang sebenarnya hendak disampaikan di dalam tiap cerita. Bukan sebagai bagian dari pencarian benar dan salah, tetapi lebih kepada menguak apa yang sebenarnya hendak di sampaikan penulis. Dalam hal inilah pembaca karya sastra juga dituntut untuk cerdas dalam membaca. Menurut saya, dalam cerpen-cerpen di buku ini, penulis-penulisnya lebih memilih menyampaikan realitas yang ada di kehidupan ini sesuai dengan realitas yang sering ditemuinya dan berjalin kelindan dengan sifat-sifat yang ada pada manusia , sifat yang menjadi dasar dalam tingkah lakunya, dan memberikan konsekuensi-konsekuensi logis yang harus diterima oleh para tokoh yang ada diceritanya dan bagaimana harus menghadapinya.
Orhan Pamuk, penulis pemenang nobel dari Turki mengatakan membaca itu ada 3 tingkatan, yang pertama adalah membaca hingga kita larut dengan kisahnya, yang kedua adalah selain kita larut dengan kisahnya, kita juga mengerti apa makna yang tersembunyi dalam kisah kisah tersebut. Dan yang ketiga adalah mencakup dua hal di atas dan ditambah dengan menjadikan apa yang kita baca menjadi inspirasi inspirasi hingga kita bisa menuliskannya dalam bentuk yang lain. Semoga buku kumpulan cerpen Arus Deras ini bisa menginpirasi para pembacanya hingga bisa menjadi ide-ide baru yang bisa dituliskan dalam genre-genre sastra yang lain.
Salam Sastra,
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun.
Judul buku : Arus Deras
Penulis : Agnes A. Majestika
Ana Mustamin
Kurnia Effendi
Kurniawan Djunaedhie
Penerbit : Kosa Kata Kita, Jakarta
Cetakan : Pertama 2017