Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Minggu, 26 Agustus 2012

Saat Rayni bercerita secara tematis dan ekspresif ( Review buku kumpulan cerita terima kasih anakku, karya Rayni N. Massardi)


Banyak peristiwa yang “lalu lalang” di sekitar kita, yang bisa menjadi inspirasi untuk menulis cerita. Dan dengan kecermatan pemilihan tema yang diusung, gaya penceritaan, susunan peristiwa, penciptaan tokoh dan karakternya, juga deskripsi suasana latar akan membuat cerita menjadi sesuatu yang mengaduk emosi dan menyulut perasaan. Mentransformasikan peristiwanya menjadi sebuah paparan yang merangsang daya imajinasi.



Begitu juga cerita-cerita di kumpulan cerita “Terima Kasih Anakku” karya penulis yang sudah lama menulis cerita pendek, melang melintang di dunia kepenulisan, Rayni N. Massardi. Yang lahir di brussel Belgia. Cerpen-cerpennya pernah di terbitkan di pelbagai majalah dan suratkabar. Seperti : Laki-laki yang kawin dengan peri : Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1995 (Penerbit Kompas, 1995) dan riwayat Negeri yang Haru : Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006 (Penerbit Kompas, 2006), kumpulan cerita tunggalnya : Istri Model Baru ( Yayasan sarinah, 1990), Pembunuh (penerbit Kompas, 2005), I don’t care (gramedia pustaka utama, 2008) dan masih ada yang lainnya termasuk buku-buku non fiksi.



Kumpulan cerita di buku ini menjadi menarik karena di dalamnya ada prosa yang pendek semacam puisi, ada cerita pendek, ada cerita yang hanya berisi semacam dialog dalam film, yang ditulis dengan berbagai macam gaya penulisan yang ekspresif. Kadang-kadang menjadi kalimat yang mengalir, kadang puitis, tapi ada juga yang menjadi kalimat semacam “serapah” dengan bahasa sehari-hari. Dan ini barangkali yang menjadi kekuatan kumpulan cerita ini, tentu saja kekuatan utamanya menurut saya adalah pada ide-idenya yang “liar” yang akhirnya menjadi gagasan atau tema yang menarik bagi pembaca.



Seperti pada cerita “uning Binti...”. (hal 8). mengisahkan gadis 27 tahun, bekerja sebagai sekretaris perusahaan. Gadis pendiam, hanya berteman ala kadarnya, tanpa teman dalam sebuah komunitas, tanpa teman akrab. Juga uning tidak punya kenangan apa pun yang bisa dikenangkan, karena masa lalu baginya sama sekali tidak menarik....hingga di endingnya saat meninggal, pada papan nisan kuburan uning yang sementara, hanya tercantum tulisan: “Uning binti .........”. karena teman-2nya tidak tahu siapa nama bapaknya.



Atau pada cerita yang berjudul : Pocong Ketakutan. (pernah dimuat di www.kompas.com) hingga 14 september 2011 telah di baca 23.698 orang). (hal 33).
Nama saya :pocong
Entah kenapa kedua orangtua saya tega memberi nama begitu. Jawaban mereka singkat, dan gambang saja :”kenapa tidak?”
Lho!
Sebuah cerita yang menggedor pikiran dan perasaan sejak awal kisah, meneror persepsi para pembaca. Dan endingnya yang menyayat hati : “apakah ada Tuhan di dekatku? “ tangis pocong.



Dan pada kisah Kremasi Tiga : Terima kasih, anakku. Tema yang substansial filosofis coba di angkat menjadi peristiwa yang membuat pembaca merenung tentang kematian, dan setelahnya.saat seseorang yang tidak punya sanak saudara, hanya mempunyai anak angkat menulis sebuah wasiat : ketika aku mati, semua menjadi kacau-balau. Sukacita dan duka bercampur-baur. Karena wasiatku resmi menyatakan : “jika aku mati, kremasi jawabannya”. Dan karena wasiat tersebut tidak sesuai dengan ajaran agamanya, maka sibuklah para tetangga, pak RT, politisi, pejabat. Hingga diadakan seminar segala untuk membahas hal tersebut.



Secara keseluruhan buku ini merupakan ekspresi seorang rayni, yang melihat dan merasakan apa yang terjadi di sekelilingnya, dituangkan dalam berbagai bentuk penulisan, panjang dan pendek, dengan tema-tema yang “tidak biasa” dengan kalimat-kalimat yang mengalir, menjalin, dan memilin, juga menyergap pikiran-pikiran kita yang pada akhirnya menampar wajah kita, hingga kita yang membaca berucap : oh, inikah wajahku?



Meski secara estetis ataupun gaya penceritaan bukanlah sebuah pembaharuan, tapi kumpulan cerita ini membuatku harus berucap : buku ini, Keren mbak rayni! Bravo!




Madiun, 27 Agustus 2012
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun


Tidak ada komentar: