Tak dapat kita pungkiri, sekarang adalah era Social Media
atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Media Sosial. Media sosial adalah sebuah media online,
dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media
sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun
di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan
dan pertukaran user-generated content". Dengan contoh seperti blog,
facebook, twitter, instagram, path, whatsapp, BBM, line,dan masih banyak lagi.
Dalam media social tersebut membuat para penggunanya bisa mengekspresikan pendapat, ide, gagasan,
gambar, foto, video, suara, dan yang lebih menarik adalah adanya
interaksi yang bisa dilakukan antar pengguna di platform media sosial tersebut.
Hal inilah yang membuat media sosial menjadi trend dan booming di era sekarang
ini.
Kalau kita cermati, banyak yang memanfaatkan media sosial
tersebut sebagai alat untuk menyampaikan gagasan berupa opini atau artikel agar
bisa dibaca orang banyak. Selain itu dalam media sosial seperti Facebook ada
fitur Note atau catatan yang memungkinkan penggunanya bisa menuliskan opininya
tentang situsasi dan kondisi yang sedang terjadi dengan sudut pandang politik,
ekonomi, maupun budaya. Tidak jarang status-status di media sosial tersebut di
manfaatkan oleh penggunanya untuk menulis
puisi dan cerpen. Meskipun banyak juga yang hanya memanfaatkannya
sebagai sarana hiburan dan bertegur sapa dengan keluarga dan teman.
Selain itu yang juga marak adalah media sosial digunakan
sebagai sarana promosi yang efektif dari
suatu produk, seperti barang-barang elektronik, kuliner, pakaian, buku, dan
lain-lain. Sebenarnya dengan banyaknya pengguna di sosial Media ini bisa kita
manfaatkan untuk mendukung dunia
literasi kita agar semakin tumbuh dan
berkembang. Karena kalau saya amati banyak tulisan-tulisan berupa puisi,
cerpen, esai, opini, atau artikel yang terserak di berbagai Media Sosial. Bahkan
di beberapa status akun media Sosial tersebut, tulisan-tulisannya cukup
panjang.
Hal ini sebenarnya bisa dikumpulkan menjadi satu dan dicetak
menjadi buku. Dalam berbagai forum diskusi, banyak yang mengaku tidak bisa
menulis, tetapi di akun-akun media sosial-nya saat menulis status, catatan,
atau puisi rata-rata mereka semua bisa menulis panjang. Berarti hal ini
menandakan bahwa pada dasarnya mereka semua bisa menulis. Tinggal dilatih
dengan tekun, karena menulis pada dasarnya membutuhkan ketrampilan dan
kecakapan.
Jika materi masih kurang, sebenarnya untuk membukukan
catatan-catatan tersebut bisa disiasati dengan membuat antologi bersama dari
beberapa penulis. Apalagi sekarang sudah marak penerbitan secara indie label,
mempermudah untuk mencetak dan menerbitkan buku. Dan penerbit-penerbit tersebut
juga mempunyai akun media sosial. Tentunya hal ini juga harus memperhatikan
kualitas dan mutu tulisan tersebut. Perlu diadakan seleksi, edit, dan
pengendapan dari berbagai tulisan tersebut agar memenuhi kriteria sebagai
tulisan yang layak diterbitkan dan dipublikasikan.
Apalagi referensi di dunia maya tersedia dan mudah untuk diakses, tinggal mencari di
Google akan banyak hal yang bisa kita temukan. Seperti kita ketahui penulis-penulis jaman
dahulu harus membuat kliping dari Koran dan
majalah untuk dijadikan referensi saat menulis, terutama tentang berita-berita
yang bisa dijadikan acuan untuk menulis prosa, puisi, dan esai. Pramoedya
ananta toer adalah salah satu penulis yang rajin mengkliping Koran dan majalah.
Di era sekarang ini, kita tinggal meng-klik Google maka berira-berita media
massa yang telah lewat, dapat di akses dengan mudah.
Media sosial sekaligus bisa digunakan untuk mempromoskan dan
menjual buku-buku yang telah diterbitkan tersebut.seliain itu, sifatnya yang
interaktif, bisa dimanfaatkan untuk bertukar pikiran di akun-akun media sosial tersebut,
sehingga tradisi literasi kita semakin hidup. Hal ini jika dapat dilakukan
secara konsisten, berarti kita sudah memanfaatkan sisi positif dari
perkembangan tehnologi dan media sosial. Dengan berbagai fasilitas dan kemudahan ini,
maka media sosial sebenarnya dapat dijadikan sarana untuk menumbuh kembangkan
budaya literasi di Indonesia. Karena dengan makin majunya literasi akan membuat peradaban suatu bangsa
juga semakin maju.
Sifat media sosial yang menghibur dan bisa digunakan semua
lapisan masyarakat membuat penggunanya bisa menuangkan pikiran dan gagasan
sesuai dengan yang disukainya, ini tentunya juga bisa menghasilkan kreatifitas
yang beragam, jika tulisan-tulisan tersebut menjadi buku, tentu buku-buku yang
dihasilkan akan beragam, ada buku tentang kuliner, olahraga, kumpulan cerpen,
puisi, kumpulan artikel politik, budaya, dan lain-lain. Dengan demikian ada
banyak pilihan bagi pembaca. Maka mari kita bukukan tulisan-tulisan kita yang
terserak di media sosial, agar memberi kontribusi bagi dunia literasi.
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar