Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Sabtu, 24 Desember 2016

Telolet Dan Kita



Fenomena "Om Telolet Om" ini berawal dari video yang beredar di media sosial mengenai kebiasaan anak-anak di sekitar Jepara, Jawa Tengah yang meminta supir bus yang melintas untuk membunyikan klaksonnya. Bahkan ada juga yang sengaja menulis tulisan besar "Om Telolet Om" agar dibaca oleh supir bus.

Sejak itu, video "Om Telolet Om" menjadi viral di dunia maya. Tidak hanya di tanah air, tapi juga sampai ke telinga selebritas mancanegara seperti Zedd, Martin Garrix, DJ Snake, Alesso, dan The Chainsmokers yang terlibat dalam perbincangan seputar "Om telolet Om" dalam akun resmi media sosial mereka.
Situs tangga lagu Billboard bahkan menanyakan arti "Om telolet Om" yang sedang ramai di Indonesia. Billboard menduga ramainya perbincangan para DJ kenamaan terkait dengan bunyi klakson bus itu identik dengan suara efek instrumen elektronik yang biasa mereka pakai.

" Billboard Dance melihat klip video telolet, dan memang terdengar seperti instrumen elektronik. Kami bisa membayangkannya menjadi lagu tema sebuah festival," tulis Billboard dalam situsnya.
Hal ini kalau kita cermati sebenarnya menarik, karena sebuah bunyi klakson yang sebenarnya nadanya sederhana bisa disukai banyak anak-anak. Sebenarnya anak-anak menyukai hal ini bukanlah hal yang baru, sekitar 2 tahun yang lalu anak saya sudah sering duduk di pinggir jalan raya depan rumah untuk memberi kode pada para sopir Bus Pariwisata, agar membunyikan klakson “telolet”nya. Setelah itu dia meng-upload foto-fotonya di akun Media Sosialnya dengan hastag #telotet.

Mengapa anak-anak menyukainya? Jawabannya bisa beragam.  Barangkali hal ini bisa dikaji dalam berbagai analisis ilmiah. Psikologi anak, kajian tentang bunyi, dan filsafat. Dari apa yang saya lihat, kegembiraan anak-anak itu mengisyaratkan 2 hal yaitu spontanitas untuk keluar dari rutinitas dan kesederhaan yang menghibur. Anak-anak sekarang membutuhkan sebuah hiburan yang sederhana untuk bisa keluar dari rutinitas mereka sekolah dan berbagai kegiatan les tambahan pelajaran yang membelenggu, termasuk hiburan-hiburan yang membosankan seperti menonton televisi dan main game di handphone.

Maka ketika ada sebuah hiburan di luar rumah yang sederhana yaitu bunyi Telolet, maka mereka  dengan serta merta menyukainya. Ada sebuah interaksi sederhana antara mereka dengan sopir bus, yang menyadarkan kita semua bahwa dunia anak-anak adalah dunia interaksi komunikasi dan dunia penuh canda tawa. Dunia yang tidak bisa dibatasi oleh pelajaran-pelajaran yang membelenggu pada masa kecil mereka. Maka tugas kita semua bagaimana membuat hiburan-hiburan yang sederhana di anatara rutinitas sekolah yang mereka jalani.

Sedangkan dari tinjauan Filsafat pernah di tulis oleh Prof. Tommy F Awuy pada akun medsos Twitternya bahwa  .kalo pake teori biopolitik michel foucault, "telolet" itu reproduksi dari relasi power suara marjinal dengan kapitalis bus pariwisata. Menarik sekali jika hal ini kita diskusikan. Ada sebuah  ironi di dalamnya, bahwa hiburan kaum anak-anak marginal ini adalah hasil produiksi dari kapitalisme. Kapitalisme bus pariwisata di satu sisi membuat banyak orang yang tidak punya modal atau capital menjadi penonton di industri Bus pariwisata, atau hanya men jadi pekerja-pekerja (buruh) di industri tersebut. Tetapi di sisi yang lain menghasilkan hiburan bagi anak anak marjinal. Apakah hal ini disengaja oleh industri-industri Bus Pariwisata?

Komunitas Bismania mengatakan asal usul klakson bus telolet dari Arab Saudi dan dibawa pengusaha perusahaan otobus (PO) Indonesia ke sini. Di Indonesia, klakson telolet itu dipasang pada armada bus untuk memberikan ciri khas."Jadi sekitar tahun 2002-2004 yang lalu, owner kita, Teuku Erry Rubihamsyah katakanlah tertarik dengan suara klakson yang ada di negeri Arab (Saudi) sana untuk klakson bus atau truk kendaraan besar, nggak cerita detil sih ya, singkatnya tertarik dengan klakson itu, coba dibeli dan dibawa ke Indonesia dipasang di busnya beliau, seperti itu," tutur Manajer Komersial PO Efisiensi, Syukron Wahyudi kala berbincang dengan detikINET, Kamis (22/12/2016).

Yang pasti, imbuhnya, klakson aslinya terdiri dari 3 corong dengan bunyi te-lo-let yang bila dipencet lama bisa berbunyi telolet-telolet. Saat awal-awal bus dipasang klakson telolet itu, banyak masyarakat merespons negative.Namun, rupanya kegemaran masyarakat berubah sejak 4 tahun terakhir. Klakson telolet tersebut digemari, warga malah meminta membunyikan klakson itu. "Itu hampir di setiap daerah dekat-dekat dengan sekolahan biasanya anak-anak yang minta. Pokoknya tiap ada sekolahan minta dibunyikan, anak-anak melambaikan tangan itu di daerah jalur bus reguler kami Cilacap, Jogja, Purwokerto," jelas dia.

Hal ini adalah kreatifitas dari sebuah industri  transportasi, dan ketika ada efek samping yang positif yaitu memberikan hiburan bagi anak-anak, tentu bisa dijadikan bahan kajian yang menarik. Tugas pemerintah dan kita semua tentunya adalah bagaimana membuat anak-anak nyaman dan aman dalam menikmati hiburan ini. Karena berdiri di pinggir jalan raya dalam kondisi bus yang kadang kencang melaju, tentu bisa membahayakan anak-anak.  Memang fenomena “Telolet” ini membuat kita semua terhenyak, bahagia bagi anak-anak itu ternyata sederhana. Mungkin  bahagia kita sebenarnya  juga sederhana.

TELOLET.


Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun.

Tidak ada komentar: