Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Kamis, 31 Maret 2011

Halaman Rumah (Buku Kumpulan Puisi "yayan triyansyah")


Apa sebenarnya tugas Penyair? jawabannya. Adalah Sesuai dengan output yang dihasilkannya yaitu Puisi, maka tugasnya adalah bagaimana mengolah sebuah proses kreatif menjadi Puisi. Proses kreatif yang merupakan penjelajahan dari unsur pengalaman (empiris), unsur keindahan (estetis) dan unsur pengamatan (analitis). Di sini penyair bisa mengungkapkan dari sebuah gagasan yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret bagi para pembaca. Dari menafsirkan sebuah kegelisahan diri pribadi sampai merefleksikan kegelisahan masyarakatnya.

Begitu juga dengan Penyair Muda dari Rembang Jawa tengah, Yayan Triyansyah yang barusan menerbitkan Buku Puisinya “ Halaman Rumah”. Kegelisahan-kegelisahan juga luka yang dideranya berhasil diungkapkan dalam 69 puisinya di Buku Puisinya ini. Puisi-puisinya pernah singgah di beberapa media cetak local dan nasional, dibukukan dalam antologi bersama “secangkir kopi dan puisi” (TBJT, 2009), “Musibah Gempa Padang” (Kuala Lumpur, 2009), Empat amanat hujan (bunga rampai sastra DKJ, Jakarta 2010) dan masih banayak lagi di antologi bersama. “halaman rumah” adalah buku kumpulan Puisinya yang pertama.

Ada apa dengan halaman rumah? Seperti yang ditulis oleh penyairnya di halaman pembuka buku, “sebenarnya semacam klise, bahwa halaman rumah adalah tempat kenangan, ingatan masa kanak-kanak paling akrab tertinggal, jarak yang sebenarnya tak pernah berjengkal. Apakah halaman rumah itu halaman sendiri? Bukan, karena banyak pula halaman rumah tetangga yang juga saya hadirkan di sini”. Menarik memang, menurut saya inilah sebuah kegelisahan tentang kenangan yang kadang-kadang menyergap datang, ada juga luka pada masa lalu, pertanyaan tentang kehadiran Tuhan di halaman hati kita, yang diolah dalam sebuah proses kreatif, diendapkan dan lahir berbagai puisi.

Maka lahir lah puisi “halaman rumah” yang ada di halaman 55 buku ini :

……………………………………
…………………………………….

Halaman rumah jadi ingatan tentang sawah yang berubah wajah. Penjelasan yang lebih tegas tergilas waktu. Membisu. Tinggal punguti saja serpih sisa tanah dan memamahnya dengan bungah.


Puisi yang melakukan proses penciptaan dan penyerapannya ke dalam berbagai bentuk dan keadaan kehidupan di luar diri pengarang, semakin mendekatkan dimensi pengalaman-pengalamannya dengan alam, masyarakat dan kemanusiaan dan akhirnya kesatuan semesta. Puisi merupakan pembentukan nilai-nilai empiris melalui gagasan dan pemikiran. Hingga pembaca seolah ditarik ke dalam sebuah nilai-nilai empiris tersebut. Seperti Puisi dengan judul “sejarah” yang ada di hal. 5 ini.

Sejarah

…………………………….

Ada yang menulis jenis dan bau tanah
Saat jadi bagian paling madah
Lalu membacanya dengan sumringah
Dengan alur memagar ramah di kepala
Kita hanya menyebutnya “iya”
Pada setiap halaman yang di baca

O, benarkah kita korban sejarah
Saat menuliskan nama Tuhan dari pusar
Hingga pusara?

Puisi juga bisa menjadi sebuah fungsi dari hasil pengamatan dari sebuah waktu sejarah yang dilalui oleh penyair, ada yang luput tak terjamah sejarah, di sini mungkin puisi dengan getir dan haru mencatatnya, dengan sebuah bahasa yang bisa menjadi indah. Tentunya pembaca puisi dalam membaca pesan moral dalam puisi, juga dituntut untuk punya kreatifitas yang bisa membawanya ke luar menguak makna dari kata-kata yang di sajikan penyair tersebut.

Peristiwa Hilang Ingatan

Kami kehilangan ingatan setelah ribuan tahun disibukkan menghapal alamat singgah, mengukur jarak perpindahan waktu dari muka ke dalam kepala. Sebuah kolam tak lagi berisi ikan, kemarau bukan alas an karena hujan masih bertahan. Hanya sedikit bagian hutan mengubah pohon jadi asap, itu pun kasak kusuk yang sering di bekap.

……………………………………………………………………


Secara keseluruhan saya menyukai puisi-puisi dari yayan ini. Ada eksperimentasi berbagai bentuk yang justru menarik untuk dinikmati pembaca. Seperti kalimat-kalimat panjang yang tanpa tanda baca, seakan membuat kita ingin mencari jeda sementara, diantara kata yang berkejaran dalam riuh makna.

Ada sebuah puisi yang sangat saya suka dari kumpulan buku puisi ini, sebuah kegelisahan pribadi penyairnya yang diungkapkan dalam diksi-diksi dan punya daya evokasi yang kuat, hingga pembaca bisa merasakan kegelisahan atau mungkin luka yang hadir pada Puisi ini.

Kau #1

Beberapa ingatan peristiwa
Yang belum pernah dilalui
Menjadi alas an kita menyatu
Dulu kita lukis kisah waktu
Di selembar batu
Harap kekalnya jadi saksi


Aku tak tahu harus menamainya apa
Saat janji tiba-tiba pupus karena raga kita
Tak sejurus


Kautemu pamungkas
Dan aku sibuk
Mencari-cari kalimat penutup
Cerita dalam puisi ini



Semoga hadirnya buku puisi ini, menjadikan semangat bagi para penyair lainnya untuk berkreasi dan menghadirkan puisi-puisi yang mewarnai Sastra kita. Bravo Sastra Indonesia!


Madiun, 1 april 2011
Arif Gumantia
Penggemar puisi yang berumah di http://kalbukita.blogspot.com


Buku ini diterbitkan oleh:
Indie Book Corner
Pajeksan GT 1/727
Yogyakarta
0274-9207841
http://www.indiebook.co.cc
http://facebook.com/inibuku

pemesanan bisa langsung ke website indie book corner atau ke irwan bajang

Tidak ada komentar: