(1)
Saat kau bergegas di waktu pagi, ingatlah
Saat binar kilau tubuhmu, membawa rekah fajar dan matahari,
Begitu banyak kata-kata yang menancap
Menyemburkan luka pada tubuh kota
Menancap pada papan iklan reklame, spanduk, dan baliho
Sementara hidup kaum miskin menjadi sehalus jaring laba-laba
Seluruh hari-hari nya menuju selembar tipis ketiadaan
(2)
Saat kau bergegas di waktu siang, tersenyumlah
Saat lebah-lebah bertengger dalam kelelahan yang bisu
Dan kemarau memetakan pematang pada tubuh petani
Bersama jemari, keringat, dan air mata kenangan
Menjelma Dalam sepiring nasi yang kita santap
Sementara kebohongan semakin meruncing dan manyakitkan
Serupa tusukan sebuah peniti baru
(3)
Saat kau bergegas di waktu sore, singgahlah
Saat pohon-pohon berubah menjadi siluet kelabu yang senyap
Dan seulas kabut debu menggantung di atas jangkauan kita
Sekedar minum kopi bersama,
Bercakap atau tak bercakap,
dalam kesunyian yang dalam dan menuduh,
tapi ada sebuah rasa aman, kurasakan dalam
keheningan yang utuh
(4)
dan sebelum kau bergegas dan beranjak pulang,
tengoklah,
serupa senja yang menelan sempurna matahari,
hadirmu,
meski hanya ada dalam ingatan di pikiranku
selalu menelan habis semua kenanganku
Madiun, 17 Juli 2012
Arif Gumantia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar