Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Sabtu, 29 Maret 2008

Pendidikan Kita.

Dalam sebuah obrolan ringan di kedai kopi, seorang bapak pengrajin meubel bertanya kepada penulis :"Mas, kok pendidikan kita ganti menteri ganti kurikulum ya, dulu nggak ada UNAS sekarang ada UNAS, jangan-jangan besuk pas ada menteri baru, kelulusan untuk anak SMA ditentukan oleh pintar apa tidaknya berpidato?".
sebuah pernyataan yang ringan dan asal-asalan tetapi memerlukan sebuah jawaban yang panjang. sebenarnya penulis juga bertanya dalam hati, adakah sebuah Sistem dalam Pendidikan kita yang betul-betul terpadu mulai dari PAUD (Pendidikan anak usia dini) sampai Program Doktoral yang terpadu menuju satu misi dan Visi jangka panjang, sebuah langkah-langkah strategis yang terfokus untuk mencapai Visi jangka panjang.
Kalo kita cermati dari PAUD dimana kita kenal ada Playgroup dan TK, sudahkah kita punya konsep persiapan untuk menuju ke Sekolah dasar. Dalam PAUD sudahkah dikenalkan konsep bahwa semua anak cerdas, bahwa tidak ada anak yang bodoh, semua orang sudah diberi kecerdasan oleh Tuhan, semua punya Multiple Intelligence, yaitu setiap anak adalah cerdas, bisa cerdas bahasa, cerdas logika dan angka, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas gerak, cerdas bergaul, cerdas diri, dan cerdas alam.
Sedangkan kecerdasan sendiri lebih berkaitan dengan kebiasaan yang mempunyai kemampuan terhadap pemecahan masalah dan penciptaan sesuatu (Kreasi). Ini menurut pakar Psikologi dari Harvard University Howard Gardner. Jadi tugas Guru Di PAUD adalah menemukan Kecerdasan-kecerdasan tersebut dalam diri seorang anak. Sebagai contoh seorang anak bernama Debbie yang dalam kelas pandai membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat, maka dia bisa dikatakan cerdas gambar, berarti mungkin punya bakat untuk jadi desainer atau arsitek. Adalagi seorang anak bernama setyono pandai dalam menalar dan berfikir logis, berhitung, berarti dia cerdas dalam logika dan angka dan mungkin nantinya bisa menjadi Programmer, begitu juga ada anak yang nggak bisa berhitung dan menggambar tapi pandai musik, bisa jadi dia cerdas musik.
Jadi setiap orang pasti punya satu kecerdasan dari 8 kecerdasan di atas.
Memasuki Sekolah dasarpun tidak seharusnya sudah dipisah-pisahkan ada kelas Unggulan dan Tidak, seharusnya semua anak masuk SD harus dipandang sudah punya kecerdasan masing-masing tinggal di asah agar bakat-bakat yang terpendam bisa muncul ke permukaan. Harus ada sebuah Kurikulum yang mengaturnya. Kurikulum yang terpadu, karena sifat dan kebiasaan yang dilakukan di SD biasanya akan terbawa sampai dewasa bahkan tua. Memang bukan hanya tugas guru tapi tugas orang tuanya juga untuk memberikan pendidikan yang terbaik. Jangan dalam bidang pendidikan kita memaksakan sesuatu yang anak tidak sukai, dan kalau tidak bisa kita memarahinya, itu berarti kita menguasai bukan mendidik. dan saat anak tidak mau menurut terus kita marah, berarti kita merasa akan kehilangan Kekuasaan.
Di SMP dan SMA pun kita melihat murid-murid jarang ada yang diajari penegetahuan menganalisa, kebanyakan diajari Menghafal, harusnya Kurikulum yang ada sudah bisa memberikan garis-garis pengajaran yang bisa membuat murid pandai menganalisa baik matematika, seni, biologi, fisika, sastra, ekonomi, dll, tidak hanya pandai menghafal. sebagai Contoh yang dulu penulis alami waktu SMP dan SMA, penulis cuma di ajar siapa yang menciptakan Puisi dengan judul "Karawang-Bekasi" tanpa pernah diajari resensi dari tubuh puisinya: apa maknanya, terus bagaimana konteks penciptaanya, bagaimana kaitannya dengan perjuangan tahun 1945, dan yang lain, ini hanya sebuah contoh yang penulis alami. Dalam Bidang Biologi juga harus diperbanyak praktikum terutama yang berkaitan dengan lingkungan sosial, biar punya kepekaan terhadap lingkungan.
Belum lagi Heboh tentang UNAS, kalo penulis lebih condong untuk tidak menyetujui UNAS, karena menurut penulis, hasil belajar selama 3 tahun cuman di ukur dalam 3 hari, bisakah hasil UNAS menggambarkan kemampuan murid sebenarnya. tidak adakah cara yang lebih elegan untuk menilai sebuah lulusan seorang Siswa.
Dalam hal Perguruan tinggi, melihat di televisi bahwa 26 Rektor negeri menolak SPMB karena takut diaudit oleh BPK, penulis cukup terhenyak, tidak bisakah Departemen Pendidikan berembug bersama dengan para rektor untuk mensukseskan program pemerintah dan diundang juga semua Auditor baik internal dan eksternal, agar supaya bisa punya koordinasi yang baik antar lembaga dan tidak terkesan saling menyalahkan di media.
Dalam pendidikan tingkat perguruan tinggi yang lebih di utamakan adalah Kepekaan terhadap keadaan masyarakat, jangan hanya pendidikan yang menjadi menara gading, yang acuh terhadap masyarakat. Jadi disamping Belajar untuk mencapai gelar sarjana, juga harus ada semacam keterikatan dengan dunia luar yang bisa menjadi bekal untuk bisa terjun ke masyarakat nantinya. Dengan banyaknya Program Ekstension harusnya bisa menjadi subsidi silang bagi mahasiswa yang tidak mampu, agar sama-sama bisa kuliah menuntut ilmu.
Dalam hal ini tentunya Diperlukan sebuah Kurikulum yang terpadu yang mengatur mulai PAUD sampai Lembaga Universitas untuk menuju Visi Pendidikan jangka panjang.
Sebagai akhir dari tulisan, ada sebuah cerita yang menarik saat JK Rowling penulis Novel Laris Harry Potter ditanya wartawan: Kenapa anda baru menghasilkan sebuah novel di usia di atas 35 tahun? jawabannya sungguh mengejutkan : Kalian tahu sebabnya, karena Guru-guru mulai dari TK sampai Universitas tidak ada yang bisa menemukan bakat menulis saya dan memberitahukannya, sebuah jawaban yang bisa menjadi kontemplasi buat kita semua.

Tidak ada komentar: