Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Selasa, 09 April 2013

Deskripsi peristiwa Impresionistik dan narasi Profil "wong cilik" pada Kumcer Kembang Api Malam Ini karya Latree Manohara.


Sebuah karya sastra baik prosa maupun puisi, dalam proses kreatif lahirnya karya tersebut banyak unsur yang mempengaruhi. Terutama dengan konteks masyarakat tempat lahirnya karya tersebut. Dalam hal ini, karya sastra bisa dipandang sebagai suatu gejala social, berupa fenomena, norma, perilaku, adat istiadat, kejadian dan peristiwa yang berlalu di masyarakat.

Gejala social yang di olah oleh Penyair, cerpenis, atau novelis, direkakan, di imajinasikan, dirangkaikan, di sintesakan menjadi sebuah teks yang terpadu dan otonom. Begitu juga upaya yang di lakukan oleh latree manohara, dalam buku cerita-cerita pendeknya “Kembang Api Malam Ini”. Penulis, pembuat sekaligus pelantun lagu, yang bermukim di semarang. Cerita pendek suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi, dan disingkat cerpen.

Meski bentuknya relatif pendek, dengan tema-tema yang sederhana dan kejadian-kejadian yang sering kita temui, namun kependekan dari cerpen-cerpen Latree ini tidak mengurangi kedalaman maknanya. Seperti cerpen Hamil di hal 1, sebuah cinta dalam ikatan perkawinan yang setelah berjalannya waktu menjadi hampa dan kering, rasa cinta yang pudar justru saat si istri hamil, ada paradoks dan ironi di ending ceritanya.

Dengan idiom-idiom jawa yang tentu dikuasainya sesuai dengan latar belakang tempat tinggalnya, cerita Genderuwo (hal 17) mengalir dengan deskripsi ruang dan waktu yang menyelusupkan peristiwa impresinok. Hingga pembaca bisa menangkap kesan suasana bahkan merasuk ke dalam cerita seakan kita berada di dalamnya. Dengan tema hilangnya seorang gadis bernama Rim. Yang memunculkan bermacam spekulasi ke mana hilangnya, kalau di culik siapa penculiknya, adakah Genderuwo? Dan di ending cerita kita bakalan menahan nafas, sebuah cerita yang pedih, sad but true.

Bagi yang ingin bernostalgia dengan cinta pertama ataupun pernah merasakan patah hati, cerpen Kembang api malam ini (hal 29), cukup untuk membuat kita membuat kita seeakan berjalan pada jembatan kenangan menuju masa lalu. Deskripsi detail suasana dengan pengembangan waktu, juga pemanfaatan kekuatan latar waktu dan tempat membuat cerpen ini menjadi puitis, sebagaimana di ending ceritanya : menyaksikan ledakan-ledakan kembang api di langit, yang meledakkan mimpi-mimpiku. Meledakkan cintaku. Meledakkan ku.

Deskripsi tentang perubahan emosi seseorang tidak hanya bisa diceritakan dengan untaian kata-kata, tapi juga dari dialog-dialog para tokoh. Sebagaimana yang dilakukan latree pada cerita bayang-bayang (hal 39) dan abu abu abu (hal 49). Tentang aborsi yang berujung pada hidup yang dihantui baying-bayang. Dan pada abu abu abu tentang abu gunung merapi , tentang abu yang berada di mana-mana, tentang “aku” yang tidak pernah suka warna abu-abu. “abu-abu” di sini menjadi semacam metafora yang bisa menghempaskan pembaca ke berbagai hal.

Keindahan cerpen juga dapat kita nikmati ketika narasi-narasi ironis mewarnai isi cerita cerpen tersebut, seperti Susu untuk Sari (Hal 55). Sungguh sebuah ironi di negeri ini, dan itu sering kita temui, untuk mendapatkan sekaleng susu, seoranng ibu harus melakukan apa saja, meskipun itu bertentangan dengan hati nuraninya. Pada cerpen ini latree juga piawai membuat narasi tentang profil “wong cilik”

Suasana warung rawon begitu natural langsung terasa begitu kita membaca cerita Pawon Rawon Mas Won (Hal 71). Mulai dari bagaimana suasana warung, pengunjung warung, intrik persaingan para pemilik warung, di ceritakan dengan filmis dan gaya bahasa sehari-hari, dan barangkali sesaat pembaca membaca endingnya akan menyergap perasaan pembaca dengan berbagai imajinasi dan rasa yang berkecamuk. Sungguh cerpen yang memikat.

Dari 11 cerpen-cerpen latree manohara ini patut kiranya kita beri apresiasi yang tinggi. Sebagai sebuah saran, saya berharap ke depan cerita-cerita Latree akan lebih bisa menggali lebih dalam kekuatan-kekuatan latar social, kekuatan-kekuatan lokalitas budaya, konflik-konflik batin “wong cilik”, karena di situlah kekuatannya.


Saya teringat novelis Orhan Pamuk, membaca yang baik tidak hanya sekedar mendapatkan sebuah hiburan dan memahami isinya, tapi juga bagaimana kita menghasilkan ide-ide kreatif dari apa yang kit abaca tersebut.

Selamat buat latree atas Kumcer Kembang api malam ini. Salam Sastra.






Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun



1 komentar:

Latree mengatakan...

terima kasih mas Arief, semoga saya bisa konsisten dan lebih baik...