Sebuah karya sastra baik prosa maupun puisi, dalam proses
kreatif lahirnya karya tersebut banyak unsur yang mempengaruhi. Terutama dengan
konteks masyarakat tempat lahirnya karya tersebut. Dalam hal ini, karya sastra
bisa dipandang sebagai suatu gejala social, berupa fenomena, norma, perilaku, adat
istiadat, kejadian dan peristiwa yang berlalu di masyarakat.
Gejala social yang di olah oleh Penyair, cerpenis, atau
novelis, direkakan, di imajinasikan, dirangkaikan, di sintesakan menjadi sebuah
teks yang terpadu dan otonom. Begitu juga upaya yang di lakukan oleh latree
manohara, dalam buku cerita-cerita pendeknya “Kembang Api Malam Ini”. Penulis,
pembuat sekaligus pelantun lagu, yang bermukim di semarang. Cerita pendek suatu jenis karya
sastra yang berbentuk prosa fiksi, dan disingkat cerpen.
Meski bentuknya relatif pendek, dengan tema-tema yang
sederhana dan kejadian-kejadian yang sering kita temui, namun kependekan dari
cerpen-cerpen Latree ini tidak mengurangi kedalaman maknanya. Seperti cerpen
Hamil di hal 1, sebuah cinta dalam ikatan perkawinan yang setelah berjalannya
waktu menjadi hampa dan kering, rasa cinta yang pudar justru saat si istri
hamil, ada paradoks dan ironi di ending ceritanya.
Dengan idiom-idiom jawa yang tentu dikuasainya sesuai dengan
latar belakang tempat tinggalnya, cerita Genderuwo (hal 17) mengalir dengan
deskripsi ruang dan waktu yang menyelusupkan peristiwa impresinok. Hingga
pembaca bisa menangkap kesan suasana bahkan merasuk ke dalam cerita seakan kita
berada di dalamnya. Dengan tema hilangnya seorang gadis bernama Rim. Yang
memunculkan bermacam spekulasi ke mana hilangnya, kalau di culik siapa
penculiknya, adakah Genderuwo? Dan di ending cerita kita bakalan menahan nafas,
sebuah cerita yang pedih, sad but true.
Bagi yang ingin bernostalgia dengan cinta pertama ataupun
pernah merasakan patah hati, cerpen Kembang api malam ini (hal 29), cukup untuk
membuat kita membuat kita seeakan berjalan pada jembatan kenangan menuju masa
lalu. Deskripsi detail suasana dengan pengembangan waktu, juga pemanfaatan
kekuatan latar waktu dan tempat membuat cerpen ini menjadi puitis, sebagaimana
di ending ceritanya : menyaksikan ledakan-ledakan kembang api di langit, yang
meledakkan mimpi-mimpiku. Meledakkan cintaku. Meledakkan ku.
Deskripsi tentang perubahan emosi seseorang tidak hanya bisa
diceritakan dengan untaian kata-kata, tapi juga dari dialog-dialog para tokoh.
Sebagaimana yang dilakukan latree pada cerita bayang-bayang (hal 39) dan abu
abu abu (hal 49). Tentang aborsi yang berujung pada hidup yang dihantui
baying-bayang. Dan pada abu abu abu tentang abu gunung merapi , tentang abu
yang berada di mana-mana, tentang “aku” yang tidak pernah suka warna abu-abu. “abu-abu”
di sini menjadi semacam metafora yang bisa menghempaskan pembaca ke berbagai
hal.
Keindahan cerpen juga dapat kita nikmati ketika
narasi-narasi ironis mewarnai isi cerita cerpen tersebut, seperti Susu untuk
Sari (Hal 55). Sungguh sebuah ironi di negeri ini, dan itu sering kita temui,
untuk mendapatkan sekaleng susu, seoranng ibu harus melakukan apa saja,
meskipun itu bertentangan dengan hati nuraninya. Pada cerpen ini latree juga
piawai membuat narasi tentang profil “wong cilik”
Suasana warung rawon begitu natural langsung terasa begitu
kita membaca cerita Pawon Rawon Mas Won (Hal 71). Mulai dari bagaimana suasana
warung, pengunjung warung, intrik persaingan para pemilik warung, di ceritakan
dengan filmis dan gaya
bahasa sehari-hari, dan barangkali sesaat pembaca membaca endingnya akan
menyergap perasaan pembaca dengan berbagai imajinasi dan rasa yang berkecamuk. Sungguh
cerpen yang memikat.
Dari 11 cerpen-cerpen latree manohara ini patut kiranya kita
beri apresiasi yang tinggi. Sebagai sebuah saran, saya berharap ke depan
cerita-cerita Latree akan lebih bisa menggali lebih dalam kekuatan-kekuatan
latar social, kekuatan-kekuatan lokalitas budaya, konflik-konflik batin “wong
cilik”, karena di situlah kekuatannya.
Saya teringat novelis Orhan Pamuk, membaca yang baik tidak
hanya sekedar mendapatkan sebuah hiburan dan memahami isinya, tapi juga
bagaimana kita menghasilkan ide-ide kreatif dari apa yang kit abaca tersebut.
Selamat buat latree atas Kumcer Kembang api malam ini. Salam
Sastra.
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun
1 komentar:
terima kasih mas Arief, semoga saya bisa konsisten dan lebih baik...
Posting Komentar