malam baru saja melahirkan pagi
tapi telah menuliskan berbagai kisah di tempat ini
ketika aku duduk di warung kopi
bersama petani yang memulai hari
sebelum matahari dan hujan
melukiskan pematang pada tubuhnya
juga para pedagang kecil
sebelum tinggal pada lapak lapak
yang sempit untuk meruangkan takdirnya.
suara sumbang pengamen
peluit yang menyergap dari tukang parkir
membumbung ke angkasa seolah menyentuh langit
tak ada kisah asmara di sini
tertindas oleh suara tawar menawar yang penat
aku bangkit
dan menyeret langkahku
mall dan supermarket
telah memberiku kegelisahan
hingga aku sulit mengenali peta masa lalu
meski aku lahir dan hidup
dari mata airmu.
Pasar saradan,
12 april 2014
Arif Gumantia
Jumat, 18 April 2014
Senin, 14 April 2014
Potret sosial dalam puisi W. Haryanto
Sebuah karya sastra baik prosa maupun puisi, dalam proses kreatif
lahirnya karya tersebut banyak unsur yang mempengaruhi. Terutama dengan
konteks masyarakat tempat lahirnya karya tersebut. Dalam hal ini, karya
sastra bisa dipandang sebagai suatu gejala social, berupa fenomena,
norma, perilaku, adat istiadat, kejadian dan peristiwa yang berlalu di
masyarakat.
Gejala social yang di olah oleh Penyair, cerpenis, atau novelis, direkakan, di imajinasikan, dirangkaikan, di sintesakan menjadi sebuah teks yang terpadu dan otonom. Begitu juga upaya yang di lakukan oleh W Haryanto,penyair,esais,penulis naskah drama,dansutradara Teater Mata Angin Unair Surabaya dalam Buku “Manisfesto Ilusionisme”..Pernyataan terbuka para penyihir”.
Hanya sedikit saya temukan buku puisi dari penyair indonesia, setelah era (alm) WS. Rendra yang mengekspresikan karya-karyanya dengan menulis apa yang dilihat, didengar, dan dihayati dari kondisi masyarakat sekitarnya. Penyair yang bisa mengidentifikasikan dirinya dengan mereka yang terluka, mereka yang dimiskinkan oleh kekuasaan, mereka yang disergap kesepian dan membuatnya terasing dalam derap laju pembangunan yang gegap gempita.
Dari yang sedikit itu, saya temukan nama W Haryanto ini yang telah malang melintang didunia kepenyairan,dan menghasilkan berbagai karya antologi Puisi. Dalam kata pengantarnya W haryanto mempunyai “kredo” bahwa Puisi yang unsur esensinya adalah Bahasa,adalah sebagai bahasa Penyadaran dan bukan hanya sebagai bahasa komunikasi. Sebagai sebuah alat perjuangan menyadarkan masyarakat bahwa ada tatanan yang timpang,kejadian-kejadian penuh ironi di negeri ini juga dunia.
Seperti pada Puisi “Kemerdekaan “ :
.............
Jakarta! Hatta yang lama! Ada gemuruh
Burungburung membukabuka peti
Mencari kompas dan cerita
“kemerdekaan siapakah”? kita lekas
Menutup halaman buku
Puisi yang menyergap kesadaran akan pertanyaan kemerdekaan negri ini untuk siapa? Ketika rakyat kehilangan arah untuk memperbaiki nasibnya. Dan yang diuntungkan oleh kemerdekaan hanya beberapa orang saja.
Seperti apa yang pernah di katakan oleh (alm) WS Rendra “hanya dalam solidaritas dengan lingkungan alam, budaya dan kosmos, manusia dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan hingga bisa manjing ing kahanan dan manunggaling kawula Gusti”. Demikian juga upaya yang dilakukan Penyair W Haryanto dengan Puisi-puisinya ini adalah sebuah laku untuk Manunggaling kawula Gusti, dengan cara mengekspresikan perasaan dan kedalaman penghayatannya atas apa yang dilihat dan didengar di lingkungan masyarakatnya , seperti apa yang ditulisnya dalam Puisi-puisinya “sirkus pengadilan Indonesia, balada orang mati di tugu tani, pemilu, Lapindo, kereta yang datang sore hari”
Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi ketidak adilan. Yang sebelum mengendap menjadi kenangan, selalu disuarakan. Sebuah suara yang meski liris dan lirih tetapi cukup untuk selalu mengasah Belati nurani kita agar tajam dan bisa menikam semua bentuk kemunafikan. Seperti Puisi:
Balada Perlawanan orang Mesuji
.............................
Jangan tinggalkan mereka dimesuji
Saat desember melepas kavaleri,seperti bunyi kincir,
Mereka tubuh yang menguap dan dihancurkan..jalan
Siapakah di tapal batas ini? Firman tuhankah ?
Di mesuji setiap turun dari awan hitam,
Gerimis yang mengetuk pintu
Dengan tangisan,seolah ada yang takbisa kembali
Perjuangan terberat kita adalah “perjuangan melawan lupa” demikian ungkapan yang terkenal dari Novelis Dunia Milan Kundera. Dan memang demikianlah kenyataannya.dan W Haryantomenulisnya dalampuisi-puisinya karena Dalam kehidupan kenegaraan kita begitu gampang melupakan sebuah kepedihan dan penderitaan. Kita begitu cepat lupa dengan apa yang dilakukan Rejim ORBA, peristiwa Mei 1998, semburan Lumpur Lapindo, dan sebentar lagi kita juga akan melupakan kasus Gayus,dll.
Tentunya sah-sah saja seperti yang ditulis dikata pengantar Bahwa W Haryanto menulisbahwa dia ingin melawan “politik Salihara/utan kayu” dalampengertian Melawan dengan karya, maka Puisi-puisinya berusahauntuk menjadi bahasa penyadaran,bukan sebagai puisinya para Penyair yang meminjamistilah WS.Rendra Para penyair salon,yang bersyair tentang anggur dan rembulan,sementara ketidakadilan merajalela disekitarnya. Tentunya halini tidakmudah, karena puisi juga memerlukan bahasa yang indah, metafora-metafora,ironi,perlambang,dsb. Tetapi kalau tidak hati-hati maka keindahan kata-kata hanya akanmenjadi akrobat kata-kata dan permainan struktur teks tanpa makna...dan ini akan menjadi kontradiksi dengan apa yang diperjuangkannya.
Saya memberi apresiasi yang tinggiatas buku Manifesto Ilusionisme Ini, semoga bisamemberi kontribusi yang positif buat Sastra Indonesia. BRAVO!
Arif Gumantia
Gejala social yang di olah oleh Penyair, cerpenis, atau novelis, direkakan, di imajinasikan, dirangkaikan, di sintesakan menjadi sebuah teks yang terpadu dan otonom. Begitu juga upaya yang di lakukan oleh W Haryanto,penyair,esais,penulis naskah drama,dansutradara Teater Mata Angin Unair Surabaya dalam Buku “Manisfesto Ilusionisme”..Pernyataan terbuka para penyihir”.
Hanya sedikit saya temukan buku puisi dari penyair indonesia, setelah era (alm) WS. Rendra yang mengekspresikan karya-karyanya dengan menulis apa yang dilihat, didengar, dan dihayati dari kondisi masyarakat sekitarnya. Penyair yang bisa mengidentifikasikan dirinya dengan mereka yang terluka, mereka yang dimiskinkan oleh kekuasaan, mereka yang disergap kesepian dan membuatnya terasing dalam derap laju pembangunan yang gegap gempita.
Dari yang sedikit itu, saya temukan nama W Haryanto ini yang telah malang melintang didunia kepenyairan,dan menghasilkan berbagai karya antologi Puisi. Dalam kata pengantarnya W haryanto mempunyai “kredo” bahwa Puisi yang unsur esensinya adalah Bahasa,adalah sebagai bahasa Penyadaran dan bukan hanya sebagai bahasa komunikasi. Sebagai sebuah alat perjuangan menyadarkan masyarakat bahwa ada tatanan yang timpang,kejadian-kejadian penuh ironi di negeri ini juga dunia.
Seperti pada Puisi “Kemerdekaan “ :
.............
Jakarta! Hatta yang lama! Ada gemuruh
Burungburung membukabuka peti
Mencari kompas dan cerita
“kemerdekaan siapakah”? kita lekas
Menutup halaman buku
Puisi yang menyergap kesadaran akan pertanyaan kemerdekaan negri ini untuk siapa? Ketika rakyat kehilangan arah untuk memperbaiki nasibnya. Dan yang diuntungkan oleh kemerdekaan hanya beberapa orang saja.
Seperti apa yang pernah di katakan oleh (alm) WS Rendra “hanya dalam solidaritas dengan lingkungan alam, budaya dan kosmos, manusia dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan hingga bisa manjing ing kahanan dan manunggaling kawula Gusti”. Demikian juga upaya yang dilakukan Penyair W Haryanto dengan Puisi-puisinya ini adalah sebuah laku untuk Manunggaling kawula Gusti, dengan cara mengekspresikan perasaan dan kedalaman penghayatannya atas apa yang dilihat dan didengar di lingkungan masyarakatnya , seperti apa yang ditulisnya dalam Puisi-puisinya “sirkus pengadilan Indonesia, balada orang mati di tugu tani, pemilu, Lapindo, kereta yang datang sore hari”
Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi ketidak adilan. Yang sebelum mengendap menjadi kenangan, selalu disuarakan. Sebuah suara yang meski liris dan lirih tetapi cukup untuk selalu mengasah Belati nurani kita agar tajam dan bisa menikam semua bentuk kemunafikan. Seperti Puisi:
Balada Perlawanan orang Mesuji
.............................
Jangan tinggalkan mereka dimesuji
Saat desember melepas kavaleri,seperti bunyi kincir,
Mereka tubuh yang menguap dan dihancurkan..jalan
Siapakah di tapal batas ini? Firman tuhankah ?
Di mesuji setiap turun dari awan hitam,
Gerimis yang mengetuk pintu
Dengan tangisan,seolah ada yang takbisa kembali
Perjuangan terberat kita adalah “perjuangan melawan lupa” demikian ungkapan yang terkenal dari Novelis Dunia Milan Kundera. Dan memang demikianlah kenyataannya.dan W Haryantomenulisnya dalampuisi-puisinya karena Dalam kehidupan kenegaraan kita begitu gampang melupakan sebuah kepedihan dan penderitaan. Kita begitu cepat lupa dengan apa yang dilakukan Rejim ORBA, peristiwa Mei 1998, semburan Lumpur Lapindo, dan sebentar lagi kita juga akan melupakan kasus Gayus,dll.
Tentunya sah-sah saja seperti yang ditulis dikata pengantar Bahwa W Haryanto menulisbahwa dia ingin melawan “politik Salihara/utan kayu” dalampengertian Melawan dengan karya, maka Puisi-puisinya berusahauntuk menjadi bahasa penyadaran,bukan sebagai puisinya para Penyair yang meminjamistilah WS.Rendra Para penyair salon,yang bersyair tentang anggur dan rembulan,sementara ketidakadilan merajalela disekitarnya. Tentunya halini tidakmudah, karena puisi juga memerlukan bahasa yang indah, metafora-metafora,ironi,perlambang,dsb. Tetapi kalau tidak hati-hati maka keindahan kata-kata hanya akanmenjadi akrobat kata-kata dan permainan struktur teks tanpa makna...dan ini akan menjadi kontradiksi dengan apa yang diperjuangkannya.
Saya memberi apresiasi yang tinggiatas buku Manifesto Ilusionisme Ini, semoga bisamemberi kontribusi yang positif buat Sastra Indonesia. BRAVO!
Arif Gumantia
Selasa, 08 April 2014
Politisasi Gus Dur
Gus Dur adalah sebuah buku yang terbuka. Yang senantiasa siap kita baca, kita
tafsirkan, kita diskusikan, dan barangkali juga siap untuk dicaci maki oleh
lawannya, meskipun Gus Dur tidak pernah memposisikan bahwa, mereka yang berbeda
ide dan pemikiran adalah sebagai seorang “lawan” tapi lebih sebagai sahabat
berdiskusi dan beradu argumentasi. Sebagai sebuah Buku sangat lah menantang
untuk dibaca Karena Gus Dur tidak mengikuti arus, juga tidak melawan arus, tapi
Gus Dur menciptakan arus pemikiran-pemikiran, yang tidak hanya berhenti pada
sebuah ucapan yang bombastis, tapi secara konsisten juga diwujudkan dalam
perilaku, tindakan, dan amaliyah beliau.
Ketika begitu banyak orang meributkan masalah Pornografi, Gus Dur melontarkan kalimat : kalau mau mengajari orang baris berbaris ya harus tahu baris berbaris yang benar dulu. Juga sebuah kalimat yang kontemplatif : “Porno atau tidak, itu ada dalam kontruksi pemikiran Kita”. Kalau pikiran sudah “ngeres” melihat seseorang yg tertutup rapat auratnya pun akan bangkit nafsu syahwatnya.
Saat menjadi Presiden, Orang-orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, padahal kalau kita cermati negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia-Afrika. Brasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahunnya, sedangkan kita mengimpor lebih separuh jumlah itu, dari Amerika pula. Maka Gus Dur ke Brasil agar kita dapat membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika. Venezuela mengimpor seratus persen belanja rempah-rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus –persen rempah-rempah kita kesana. Maka Gus Dur mencoba menawari Hugo Chavez membeli rempah-rempah langsung dari kita. Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hasanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunaei Darussalam, lalu melobi negara-negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank-bank di Singapura kesana.
Tapi media dan orang-orang menyebut Gus Dur suka pelesir, bukan memberi sebuah apresiasi sebagai sebuah langkah taktis untuk melawan ketidak adilan dalam tata perdagangan internasional. Padahal itu adalah sebuah langkah kuda dalam catur atau langkah cerdik agar tidak menyerang kekuatan-2 dunia secara frontal. Dan agar negeri ini tidak menjadi “pekathik”-nya negara lain dan hanya bisa “sendiko dawuh”.
Langkah-2 tersebut dilakukan bukan dalam rangka tebar pesona dan pencitraan . Untuk hal-hal yang Prinsip, seperti perjuangan kedaulatan hukum, Pancasila, UUD 45, membela yang diperlakukan tidak adil, Gus Dur tidak pernah berhitung secara politis. Apakah ucapan dan tindakan-tindakannya populer, semua dikesampingkan. Suatu misal ada penyerangan warga ahmadiyah, kita pasti langsung mendapati Gus Dur berbicara di Media, menuntut tanggung jawab pemerintah. Tak peduli hal demikian akan menurunkan popularitasnya.
Gus Dur seperti sebuah buku yang spektrumnya begitu luas, karena begitu luas wawasan intelektualitasnya juga bidang yang diperjuangkannya, dari artikel-artikel dan kolom-kolomnya dulu yang tersebar di media masa dapat kita baca. Ada artikel tentang sepakbola, artikel tentang Budaya, politik. Juga kegemarannya dalam mendengarkan musik, mulai musik timur tengah, musik tradisional, sampai lady rocker Janis Joplin. Dan juga ketertarikannya pada dunia sastra. Gus Dur pernah mengatakan 2 novel indonesia yang paling beliau sukai adalah Bumi Manusia-nya Pramoedya ananta toer dan jalan tiada ujung-nya mochtar loebis.
Begitu banyaknya peran dan ketokohan seorang Gus Dur, tentunya membawa konsekuensi politis juga, terlebih ini adalah tahun politik, dimana ada Pemilu legislatif dan pemilu presiden. Banyak para politisi yang memasang foto Gus Dur atau menulis pada stiker, poster, spanduk, dan baliho sebagai penerus perjuangan Gus Dur, tentunya ini akan menjadi sah-sah saja jika yang memasang foto dan menulis Penerus perjuangan Gus Dur tersebut memang selalu berjuang untuk mewujudkan pemikiran pemikiran Gus Dur seperti memperjuangkan toleransi, kesetaraan dan keadilan. Memperjuangkan kelompok minoritas seperti Syiah, ahmadiyah, etnis tionghoa, dan juga para TKI di luar negeri.
2. Kemanusiaan.memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya.dan Gus Dur selalu membela kemanusiaan tanpa syarat
3. Keadilan, karena keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan maka harus diperjuangkan.martabat manusia hny bs dipenuhi dg adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam masyarakat maka GusDur selalu melindungi dan membela pd kelompok masyarakat yg diperlakukan tidak adil, karena ini merupakan tanggung jawab moral kemanusiaan.
4. kesetaraan, bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yg sama di hadapan Tuhan.Kesetaraan meniscayakan perlakuan yg adil GUSDUR sepanjang hidupnya membela yg tertindas dan dilemahkan, termasuk kaum minoritas dan marjinal
5. Pembebasan. semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yg merdeka, bebas dari rasa takut. maka sepanjang kehidupannya GUSDUR selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka.
6. kesederhanaan, sebuah sikap dan perilaku yang wajar dan patut. Menjadi konsep kehidupan yg menjadi jati diri. Dalam hal ini kesederhanaan akan menjadi budaya perlawanan thd budaya elit saat ini yg berlebihan, materialistis, dan koruptif.
7. Persaudaraan yg bersumber pd penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan utk menggerakkan kebaikan Gus Dur dalam hidupnya memberi teladan dan menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yg berbeda keyakinan dan pemikiran.
8. Keksatriaan, bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini. Keksatriaan Gus Dur menunjukkan integritas pribadinya yaitu penuh rasa tanggung jawab, siap dengan konsekuensi yang dihadapi, serta istiqomah. Juga mengedepankan kesabaran dan ikhlas dlm menjalani proses yg seberat apapun dan menyikapi hasil yang dicapai.
9. kearifan lokal, bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yg berpijak pd tradisi dan praktik terbaik masyarkat. Menurut Gus Dur kearifan lokal indonesia di antaranya berwujud pada Pancasila, UUD 45, prinsip Bhinneka Tunggal ika, juga yang berisi seluruh tata nilai kebudayaan nusantara yg beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal mjd sumber pijakan, gagasan dan pijakan sosbudpol dlm membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif thdp perkembangan peradaban.
tentunya menjadi tidak etis jika memasang foto, gambar, atau mengklaim sebagai penerus perjuangan Gus Dur jika hanya untuk mendapatkan suara dalam pemilu. Karena Gus Dur bisa di klaim milik siapa saja, tetapi klaim klaim tersebut akan selalu diuji dan dinilai oleh masyarakat. Apakah hanya sekedar klaim saja ataukah diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Mari kita tanya pada kedalaman hati nurani masing-masing.
Ketika begitu banyak orang meributkan masalah Pornografi, Gus Dur melontarkan kalimat : kalau mau mengajari orang baris berbaris ya harus tahu baris berbaris yang benar dulu. Juga sebuah kalimat yang kontemplatif : “Porno atau tidak, itu ada dalam kontruksi pemikiran Kita”. Kalau pikiran sudah “ngeres” melihat seseorang yg tertutup rapat auratnya pun akan bangkit nafsu syahwatnya.
Saat menjadi Presiden, Orang-orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, padahal kalau kita cermati negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia-Afrika. Brasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahunnya, sedangkan kita mengimpor lebih separuh jumlah itu, dari Amerika pula. Maka Gus Dur ke Brasil agar kita dapat membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika. Venezuela mengimpor seratus persen belanja rempah-rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus –persen rempah-rempah kita kesana. Maka Gus Dur mencoba menawari Hugo Chavez membeli rempah-rempah langsung dari kita. Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hasanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunaei Darussalam, lalu melobi negara-negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank-bank di Singapura kesana.
Tapi media dan orang-orang menyebut Gus Dur suka pelesir, bukan memberi sebuah apresiasi sebagai sebuah langkah taktis untuk melawan ketidak adilan dalam tata perdagangan internasional. Padahal itu adalah sebuah langkah kuda dalam catur atau langkah cerdik agar tidak menyerang kekuatan-2 dunia secara frontal. Dan agar negeri ini tidak menjadi “pekathik”-nya negara lain dan hanya bisa “sendiko dawuh”.
Langkah-2 tersebut dilakukan bukan dalam rangka tebar pesona dan pencitraan . Untuk hal-hal yang Prinsip, seperti perjuangan kedaulatan hukum, Pancasila, UUD 45, membela yang diperlakukan tidak adil, Gus Dur tidak pernah berhitung secara politis. Apakah ucapan dan tindakan-tindakannya populer, semua dikesampingkan. Suatu misal ada penyerangan warga ahmadiyah, kita pasti langsung mendapati Gus Dur berbicara di Media, menuntut tanggung jawab pemerintah. Tak peduli hal demikian akan menurunkan popularitasnya.
Gus Dur seperti sebuah buku yang spektrumnya begitu luas, karena begitu luas wawasan intelektualitasnya juga bidang yang diperjuangkannya, dari artikel-artikel dan kolom-kolomnya dulu yang tersebar di media masa dapat kita baca. Ada artikel tentang sepakbola, artikel tentang Budaya, politik. Juga kegemarannya dalam mendengarkan musik, mulai musik timur tengah, musik tradisional, sampai lady rocker Janis Joplin. Dan juga ketertarikannya pada dunia sastra. Gus Dur pernah mengatakan 2 novel indonesia yang paling beliau sukai adalah Bumi Manusia-nya Pramoedya ananta toer dan jalan tiada ujung-nya mochtar loebis.
Begitu banyaknya peran dan ketokohan seorang Gus Dur, tentunya membawa konsekuensi politis juga, terlebih ini adalah tahun politik, dimana ada Pemilu legislatif dan pemilu presiden. Banyak para politisi yang memasang foto Gus Dur atau menulis pada stiker, poster, spanduk, dan baliho sebagai penerus perjuangan Gus Dur, tentunya ini akan menjadi sah-sah saja jika yang memasang foto dan menulis Penerus perjuangan Gus Dur tersebut memang selalu berjuang untuk mewujudkan pemikiran pemikiran Gus Dur seperti memperjuangkan toleransi, kesetaraan dan keadilan. Memperjuangkan kelompok minoritas seperti Syiah, ahmadiyah, etnis tionghoa, dan juga para TKI di luar negeri.
Sebagaimana spektrum yang demikian luas di atas maka kalau kita tarik benang merah menjadi 9 nilai dasar
GUS DUR.
1. KETAUHIDAN, Ketauhidan bersumber pada Allah, satu-2nya Dzat yg hakiki yg maha cinta kasih, yg disebut dg berbagai nama. Ketauhidan yg bersifat ilahi, diwujudkan dlm perilaku dan perjuangan sospol, ekonomi, budaya dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
1. KETAUHIDAN, Ketauhidan bersumber pada Allah, satu-2nya Dzat yg hakiki yg maha cinta kasih, yg disebut dg berbagai nama. Ketauhidan yg bersifat ilahi, diwujudkan dlm perilaku dan perjuangan sospol, ekonomi, budaya dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Kemanusiaan.memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya.dan Gus Dur selalu membela kemanusiaan tanpa syarat
3. Keadilan, karena keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan maka harus diperjuangkan.martabat manusia hny bs dipenuhi dg adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam masyarakat maka GusDur selalu melindungi dan membela pd kelompok masyarakat yg diperlakukan tidak adil, karena ini merupakan tanggung jawab moral kemanusiaan.
4. kesetaraan, bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yg sama di hadapan Tuhan.Kesetaraan meniscayakan perlakuan yg adil GUSDUR sepanjang hidupnya membela yg tertindas dan dilemahkan, termasuk kaum minoritas dan marjinal
5. Pembebasan. semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yg merdeka, bebas dari rasa takut. maka sepanjang kehidupannya GUSDUR selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka.
6. kesederhanaan, sebuah sikap dan perilaku yang wajar dan patut. Menjadi konsep kehidupan yg menjadi jati diri. Dalam hal ini kesederhanaan akan menjadi budaya perlawanan thd budaya elit saat ini yg berlebihan, materialistis, dan koruptif.
7. Persaudaraan yg bersumber pd penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan utk menggerakkan kebaikan Gus Dur dalam hidupnya memberi teladan dan menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yg berbeda keyakinan dan pemikiran.
8. Keksatriaan, bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini. Keksatriaan Gus Dur menunjukkan integritas pribadinya yaitu penuh rasa tanggung jawab, siap dengan konsekuensi yang dihadapi, serta istiqomah. Juga mengedepankan kesabaran dan ikhlas dlm menjalani proses yg seberat apapun dan menyikapi hasil yang dicapai.
9. kearifan lokal, bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yg berpijak pd tradisi dan praktik terbaik masyarkat. Menurut Gus Dur kearifan lokal indonesia di antaranya berwujud pada Pancasila, UUD 45, prinsip Bhinneka Tunggal ika, juga yang berisi seluruh tata nilai kebudayaan nusantara yg beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal mjd sumber pijakan, gagasan dan pijakan sosbudpol dlm membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan.tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif thdp perkembangan peradaban.
tentunya menjadi tidak etis jika memasang foto, gambar, atau mengklaim sebagai penerus perjuangan Gus Dur jika hanya untuk mendapatkan suara dalam pemilu. Karena Gus Dur bisa di klaim milik siapa saja, tetapi klaim klaim tersebut akan selalu diuji dan dinilai oleh masyarakat. Apakah hanya sekedar klaim saja ataukah diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Mari kita tanya pada kedalaman hati nurani masing-masing.
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun
Koordinator Forum Malem jumat Legi
Jaringan Gusdurian kultural Saradan Madiun
Rilis Jaringan GUSDURian (JGD) Selamatkan Demokrasi Indonesia melalui Pemilu Berkualitas.
Rilis Jaringan GUSDURian (JGD) Selamatkan Demokrasi Indonesia melalui Pemilu Berkualitas.
Jaringan GUSDURian (JGD) merupakan kumpulan ratusan kader penggerak komunitas yang bersetia melanjutkan nilai dan gerakan almarhum Gus Dur melalui jalur kultural (non politik praktis). Jaringan ini berada dalam komando Alissa Wahid putri sulung Gus Dur.Untuk mendorong transparansi hasil Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014 ini, JARINGAN GUSDURIAN (JGD) akan mengimplementasikan program JGD TRaP (Transparansi Hasil Pemilu).
Program yang melibatkan 150 relawan ini akan melakukan pemantauan hasil pemilu legislatif di 120 kabupaten/kota yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Jumlah kab/kota tersebut merupakan tempat dimana terdapat komunitas GUSDURian.Program JGD TRaP muncul sebagai upaya konkrit JARINGAN GUSDURIAN (JGD) untuk terlibat memastikan perbaikan kualitas pemilu. Republik ini sangat membutuhkan para pemimpin/wakil rakyat yang berintegritas, yang terpilih melalui pemilu yang tidak manipulatif.
Seperti diketahui banyak pihak, Pemilu tahun ini menghabiskan anggaran sekitar 15 trilyun, dua kali lipat dari biaya pemilu sebelumnya. Jumlah ini tidak bisa dikatakan sedikit sebagai ongkos perbaikan demokrasi. JGD TRaP berkepentingan agar pemiliu tahun ini tidak seperti sebelumnya dimanamanipulasi dan jual-beli suara sudah menjadi rahasia umum. Kami juga mengingatkan kepada seluruh penyelenggara pemilu dan partai politik agar tidak melakukan hal-hal bodoh yang bisa mencederai kualitas demokrasi tahun ini.Yogyakarta, 8 April 2014.
Arif gumantia
Koordinator wilayah jatim...JGD TRap.
cp: 081554848990 email : arifinung@gmail.com twitter : @arifgumantia
Jaringan GUSDURian (JGD) merupakan kumpulan ratusan kader penggerak komunitas yang bersetia melanjutkan nilai dan gerakan almarhum Gus Dur melalui jalur kultural (non politik praktis). Jaringan ini berada dalam komando Alissa Wahid putri sulung Gus Dur.Untuk mendorong transparansi hasil Pemilu Legislatif dan Pilpres 2014 ini, JARINGAN GUSDURIAN (JGD) akan mengimplementasikan program JGD TRaP (Transparansi Hasil Pemilu).
Program yang melibatkan 150 relawan ini akan melakukan pemantauan hasil pemilu legislatif di 120 kabupaten/kota yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Jumlah kab/kota tersebut merupakan tempat dimana terdapat komunitas GUSDURian.Program JGD TRaP muncul sebagai upaya konkrit JARINGAN GUSDURIAN (JGD) untuk terlibat memastikan perbaikan kualitas pemilu. Republik ini sangat membutuhkan para pemimpin/wakil rakyat yang berintegritas, yang terpilih melalui pemilu yang tidak manipulatif.
Seperti diketahui banyak pihak, Pemilu tahun ini menghabiskan anggaran sekitar 15 trilyun, dua kali lipat dari biaya pemilu sebelumnya. Jumlah ini tidak bisa dikatakan sedikit sebagai ongkos perbaikan demokrasi. JGD TRaP berkepentingan agar pemiliu tahun ini tidak seperti sebelumnya dimanamanipulasi dan jual-beli suara sudah menjadi rahasia umum. Kami juga mengingatkan kepada seluruh penyelenggara pemilu dan partai politik agar tidak melakukan hal-hal bodoh yang bisa mencederai kualitas demokrasi tahun ini.Yogyakarta, 8 April 2014.
Arif gumantia
Koordinator wilayah jatim...JGD TRap.
cp: 081554848990 email : arifinung@gmail.com twitter : @arifgumantia
Langganan:
Postingan (Atom)