Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Senin, 07 September 2015

Ragam cinta dalam diksi puisi ( sebuah pengantar antologi puisi "Merajut Cinta di Negeri Dongeng"



sebuah sajak yang menjadi adalah sebuah dunia. dunia yang dijadikan, diciptakan kembali oleh si penyair. Diciptakannya kembali, dibentuknya dari benda (materi) dan rohani, keadaan alam dan penghidupan sekelilingnya, dia juga mendapat bahan dari hasil-2 kesenian lain yang berarti bagi dia, berhubungan djiwa dengan dia, dari pikiran-2 dan pendapat-2 orang lain.

segala yang masuk dalam bayangannya, anasir-2 atau unsur-2 yang sudah ada dijadikannya, dihubungkannya satu sama lain, dikawinkannya menjadi suatu kesatuan yang penuh (indah serta mengharukan) dan baru, suatu dunia baru, dunia kepunyaan penyair itu sendiri.

(Chairil Anwar, Pidato di radio tahun 1946)

Octavio paz pernah menulis dalam the other voice “ kontribusi apa yang bisa diberikan oleh puisi dalam menciptakan teori politik baru? Bukan gagasan atau cita-cita baru, tetapi sesuatu yang lebih indah dan agung dan juga gampang pecah : MEMORI.” Ada suara lain yang disuarakan oleh para penyair jika mereka melihat sebuah situasi keadaan. Meski dengan suara liris dan lirih.

Begitu juga buku antologi Bersama 29 Penyair  “Merajut cinta di negeri dongeng ” ini. Para Penyair  yang berhimpun dalam komunitas Bait Puisi ini mencoba menjadikan puisi-puisinya sebagai sebuah Dunia. Disuarakan dengan liris oleh 29 penyair yang mencoba menciptakan puisi untuk menjadi  , yaitu menjadi Dunia penyair.. Dengan berbagai latar belakang, usia, dan kondisi sosio geografis dan demografis yang berbeda, mulai dari yang masih duduk di bangku kuliah, dan sudah bekerja, dan tersebar di seluruh penjuru indonesia tentunya menghasilkan Puisi-puisi dengan beragam diksi, alegori, dan metafora.



Tetapi ragam unsur unsur penyusun puisi tersebut mempunyai benang merah yang hampir sama yaitu cinta, dengan segala misterinya. Cinta terhadap tanah air, cinta terhadap ibunda, cinta terhadap sesama manusia, cinta sepasang kekasih, juga cinta terhadap semesta, semua berkelindan dalam misteri tafsir di dalamnya. itulah keindahan misteri Puisi. Selalu menghujamkan pertanyaan  bahkan saat sejak membaca judulnya,  memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada didalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.

Pertanyaan kedua adalah Apa sebenarnya tugas Penyair? Jawabannya menurut saya Sesuai dengan output yang dihasilkannya yaitu Puisi, maka tugasnya adalah bagaimana mengolah sebuah proses kreatif menjadi Puisi. Proses kreatif yang merupakan penjelajahan dari unsur pengalaman (empiris), unsur keindahan (estetis) dan unsur pengamatan (analitis). Di sini penyair bisa mengungkapkan dari sebuah gagasan yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret bagi para pembaca. Dari menafsirkan sebuah kegelisahan diri pribadi sampai merefleksikan kegelisahan masyarakatnya.

Dalam ilmu sastra (Poetika) disebutkan bahwa untuk membuat sebuah karya itu agar memenuhi unsur kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan Bentuk Visual : tipografi, susunan bait, dengan Bunyi : persajakan,asonansi,aliterasi,kiasan bunyi, lambang rasa, dan juga Orkestrasi dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika,unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa, dan sebagainya. hingga puisi-puisinya terasa meminjam istilah Carlyle “ merupakan pemikiran yang bersifat Musikal”. Pembaca bisa merasakan nada dan irama, yang kadang menghentak membuat kita meloncat, atau ritmis hingga seperti kita menggoyang-goyangkan kepala, bisa juga begitu lirih seperti sebuah sayatan gitar, biola atau harpa.

Dan Para Penyair ini mencoba menangkap pengalaman batin dari berbagai peristiwa dan kejadian yang menghasilkan sebuah kegelisahan. Kegelisahan tentang kenangan yang kadang-kadang menyergap datang, ada juga luka pada masa lalu, pertanyaan tentang kehadiran Tuhan di halaman hati kita, kegelisahan tentang kondisi kemiskinan dan ketidakadilan, kondisi lingkungan dan sosial kemasyarakatan  yang diolah dalam sebuah proses kreatif, diendapkan dan lahir berbagai puisi. Sesuai dengan hasil proses kreatif berdasarkan pengalaman dan kemampuan bathin para penyair dengan rentang usia yang berbeda.



Puisi –puisi ini juga bisa menjadi sebuah fungsi dari hasil pengamatan dari sebuah waktu sejarah yang dilalui oleh penyair, ada yang luput tak terjamah sejarah, di sini mungkin puisi dengan getir dan haru mencatatnya, dengan sebuah bahasa yang bisa menjadi indah. Tentunya pembaca puisi dalam membaca pesan moral dalam puisi, juga dituntut untuk punya kreatifitas yang bisa membawanya ke luar menguak makna dari kata-kata yang di sajikan penyair tersebut.



Antologi Puisi ini juga menjadikan sebuah pembelajaran bagi para penyairnya, agar terus berlatih mengasah kemampuan dalam menulis puisi. Bagaimana memilih kosakata agar Puisi memenuhi unsur estetikanya, bagaimana mempunyai kekhasan gaya bahasa, dan bagaimana memilih tema yang menarik. Kemampuan ini akan di dapat jika para penyairnya rajin membaca, rajin berlatih, dan rajin menulis.



Membaca sangat membatu untuk mendapatkan kosakata-kosakata baru. Baik membaca buku, membaca semesta, maupun membaca diri sendiri. Selain menghasilkan kekayaan kosakata, dengan membaca kita akan bisa menemukan kosakata-kosakata baru yang indah, imajinatif dan kontemplatif, sebagaimana dikatakan chairil anwar : kosakata yang membuat pembacanya “Melambung dan terhenyak”. Tentunya hal ini harus diramu dengan bagaimana mengungkapkan kegelisahan dan pengalaman batin dengan kalimat-kalimat yang menggunakan bahasa kiasan seperti metafora, allegori, personifikasi, metonimia, maupun sinekdoki.

Tidak kalah pentingnya adalah gaya bahasa,karena  gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, begitu kata Slametmuljana. Tiap pengarang itu mempunyai gaya bahasa sendiri. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya itu merupakan idiosyncracy atau keistimewaan kekhususan seorang penulis, menurut Milddleton Mury

Puisi sebagai sebuah bagian dari seni tentunya juga tunduk pada sebuah hakikat karya seni, yaitu selalu terjadi keregangan antara Konvensi dan pembaharuan (inovasi). Itulah kenapa Rifaterre mengatakan Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya.



Oleh karena itu apresiasi, penilaian, tafsir, dan penggalian makna, kami para penyair buku antologi puisi bersama ini saya serahkan sepenuhnya pada para pembaca.



Demikian kata pengantar singkat dari saya dan semoga hadirnya buku puisi ini, menjadikan semangat bagi para penyairnya juga penyair  lainnya untuk berkreasi dan menghadirkan puisi-puisi yang mewarnai Sastra kita. Bravo Sastra Indonesia!







Arif Gumantia

Ketua  pada Majelis Sastra Madiun

Tidak ada komentar: