Di kecamatan saradan ada sebuah Waduk yang di kenal dengan
nama Waduk Widas, atau disebut juga dengan nama Waduk Bening. Selain sebagai
waduk yang berfungsi untuk mengalirkan air di sawah sawah daerah sekitarnya,
juga berfungsi sebagai obyek wisata.
Berada 4 Km sebelah timur pasar Saradan, dan masuk ke utara sekitar 2 Km
dari jalan raya Madiun-Surabaya. Berada
di dusun petung, desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
Sebagai waduk yang mempunyai luas sekitar 860 meter persegi,
waduk ini sangat bermanfaat untuk irigasi dengan memberikan pengairan kepada
petani petani di sekitarnya, justru yang terbanyak mendapatkan air untuk pertanian adalah sawah sawah di
kabupaten nganjuk, mengingat lokasi waduk ada di perbatasan kabupaten Madiun.
Selain itu Waduk Widas bisa juga menjadi salah satu tujuan
wisata di kabupaten Madiun. fasilitas wisata yang ada berupa wisata air
pemancingan, taman main anak anak, kios, dermaga dan beberapa perahu speed boot
namun jumlahnya terbatas. Untuk pemancingan biasanya ramai pada saat pagi atau
sore hari. Taman main anak-anak dilengkapi dengan Flying Fox. Kios menyediakan
beberapa makanan khas jawa timur dan ikan bakar. Jika ingin memutari waduk juga
ada beberapa perahu dan speed boot yang bisa di sewa. Di akhir pekan sering
juga diadakan event music dangdut oleh pengelola untuk meningkatkan jumlah
pengunjung. Dan di bulan suro juga selalu diadakan larung sesaji di waduk,
sebagai bentuk tada syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan sebagai cara
melestarikan warisan budaya leluhur.
Di waduk widas beberapa kali terjadi musibah tenggelamnya
orang yang memancing, karena factor ketidak hati-hatian pemancing, padahal
sudah ada beberapa peringatan di larang memancing di areal yang berbahaya. Juga
masih seringnya pemancing yang masuk ke waduk, tidak melalui pos pemeriksaan
tiket , tetapi lewat hutan yang ada di sekitarnya. Hal ini tentu akan berakibat
berkurangnya pendapatan.
Sebagai sebuah tujuan wisata, Waduk Widas bisa dikategorikan
sepi pengunjung. Meskipun di akhir pekan seperti sabtu dan minggu ada kenaikan
pengunjung. Hal ini dapat terlihat dari angka pendapatan yang masuk ke kas
kabupaten madiun sebagai Pendapatan asli daerah (PAD), menurut Kabid Pariwisata
Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan Pariwisata (Dinkopindagpar)
Isbani kepada Radar Madiun (Jawa Pos Grup), kontribusi pendapatan asli daerah
(PAD) yang bisa dijaring pemkab dari waduk itu pun tak pernah lebih dari Rp 85
juta setahun. Pendapatan dari tiket masuk itu bahkan di tahun lalu gagal memenuhi
target. Dari target Rp 85 juta itu hanya bisa terpenuhi sekitar Rp 82 juta
saja.
Kontribusi sebesar Rp 85 juta itu, lanjut Isbani, hanya
sekitar 30 persen dari total pendapatan Waduk Widas di setiap tahunnya. Untuk
60 persen sisanya masuk ke kas Jasa Tirta selaku pihak ketiga dan 10 persen
sisanya masuk ke kas Perhutani selaku pemangku wilayah. ‘’Meskipun PAD kecil
tapi pemkab tidak rugi, Karena pengelolaan waduk dilakukan tiga pihak,’’
katanya.
Agar hal ini tidak berulang terjadi, perlu adanya terobosan
dari para pengelola, dengan cara memaksimalkan potensi yang ada atau dengan
mengundang investor untuk dikembangkan menjadi olah raga air, water boom untuk
mainan anak, dapat dibangun juga dibangun
lapangan olah raga tenis, loco trip (kereta) di dalam hutan, tempat
penginapan, rumah makan. Tentunya hal ini diperlukan kreatifitas dan usaha yang
keras dari para pengelola. Dan yang terpenting membuang ego dari masing masing
instansi pengelola agar Waduk Widas bisa menjadi Wisata yang optimal
menghasilkan pendapatan dan bermanfaat.
Arif Gumantia
Saradan