Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Senin, 05 November 2007

Penagihan kredit di Nias

Membaca di harian Kompas bebehari yang lalu, tentang bekas korban gempa nias yang masih ditagih Kreditnya oleh Bank BRI dan Bank BNI, saya sangat mengelus dada. Bagaimana mungkin korban yang sudah kehilangan tidak saja seluruh harta bendanya saja, tetapi sebagian nyawa dari keluarganya masih diuber-uber oleh pihak perbankan. Dimanakah kalbu dan hati nurani mereka baik dari jajaran lini maupun management perbankan tersebut. Seingat saya bahwa dalam aturan perbankan ada yang menyatakan bahwa sebuah pinjaman yang gagal bayar akan ditoleransi apabila ada hal-hal yang bersifat force majeur, dalam hal ini terjadi bencana di luar kekuasaan manusia. Bukankah ada mekanisme restrukturing dan resceduling dalam penyelesaiannya. Apakah penagihan yang dilakukan hanya mengejar target-target anggaran yang digariskan oleh kantor pusatnya? tidak bisakah para petugas lininya memberikan sebuah argumentasi? Kalau demikian benarlah teori dari Karl Marx kita munculkan untuk kejadian ini, bahwa kelas yang berkuasa dalam politik dan ekonomi hidup karena penghisapan oleh kelas yang lebih rendah. Alangkah bijaksananya kalo para management dari kedua Bank tersebut melakukan langkah kemanusiaan dengan menolong mereka meretrukturisasi dan menjadwalkan pembayaran kembali kredit para korban gempa tersebut. Sudah sewajarnya mulai sekarang Perbankan mulai menerapkan prinsip-prinsip "syariah" dalam arti sebenarnya. Dalam artian tidak hanya menyandang label Syariah di belakang nama Bank-nya, tapi menerapkanya juga. Salah satunya adalah Bank jangan hanya menerima bagi untungnya saja, tetapi juga harus menerima pembagian ruginya apabila usaha dari nasabah benar-benar rugi karena diluar kekuasannya. Suatu misal ya diatas tadi, korban gempa tidak mungkin tahu bahwa usaha mereka kolaps karena terjadi gempa, Mereka semua dalam proyeksi pembelanjaan kreditnya sudah benar semua, tapi karena ada bencana otomatis semua proyeksi jadi tidak ada artinya. Oleh karena itu mari kita kesampingkan dulu target-target yang membuat kita bagai memakai kacamata kuda, sudah saatnya kita bicara masalah humanisme universal.

Tidak ada komentar: