Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Minggu, 11 Mei 2008

WAKTU

Dalam sebuah novel fisika-nya alan lightman yang berjudul Einstein’s dreams (mimpi-mimpi Einstein), ada sebuah paragraph yang sangat menarik :
“Andaikan waktu adalah suatu lingkaran, yang mengitari dirinya sendiri. Demikian juga dunia, akan selalu mengitari dirinya sendiri, orang tidah tahu, bahwa setiap saat dia menjalani kehidupan mereka kembali. Pedagang tidak merasa bahwa mereka akan saling menawar lagi dan lagi. Politikus tidak tahu bahwa mereka akan berseru dari mimbar berulang-ulang dalam putaran waktu. Orang tua menikmati sepuas-puasnya tawa pertama anak-anak mereka seolah-olah tak akan mendengar lagi. Sepasang suami istri yang pertama kali bermain cinta malu-malu melepas busana, mereka semua tidak tahu bahwa akan terulang lagi tanpa henti, persis sebelumnya.”
Lalu kemana sebenarnya perginya waktu? Kenapa yang tersisa hanya kenangan-kenangan yang bagai kerak di dasar sungai, yang mengendap dalam pikiran kita, menunggu hujan yang akan melarutkannya. Kapan saat ini menjadi masa lalu, dan kemana perginya masa lalu. Kalau Al-Ghozaly menyatakan bahwa hal yang paling jauh dari kita adalah masa lalu, tetapi ada juga pepatah yang menyatakan bahwa seseorang yang lupa akan masa lalunya akan ditakdirkan untuk mengulanginya.
Dalam Teks Ayat suci disebutkan bahwa malaikat jibril menuju langit ke-7 hanya sekelebat yang takarannya adalan 50 tahun waktu bumi, dengan demikian sangatlah benar bahwa waktu adalah relative, tergantung kecepatan kita mengarunginya. Dan waktu adalah penanda sebuah peristiwa, dimana kadang terjadi secara berulang-ulang. Peristiwa yang sedetik telah lewat akan menjadi sebuah kenangan. Peristiwa , sekali terjadi akan kehilangan sebuah realitas. Yang tertinggal adalah bagaimana kita memberi makna dan mengambil hikmah dari sebuah peristiwa yang kita lalui.
Menurut penulis setiap kali kita mengalami sebuah peristiwa apapun pada diri kita, kegembiraan, kesedihan, duka, cinta, bahagia, tangis, tawa, semua fenomena yang ada, paling tidak kita harus bisa mengambil hikmah atau mendapatkan suatu hal-hal yang baru sebagai bekal kehidupan kita selanjutnya dalam mengarungi samudra waktu. Sebuah peristiwa bisa kita jadikan sebagai sebuah jawaban dari rasa penasaran dan kebelumtahu-an kita. Sebagai suatu misal kenapa kita harus merasakan Jatuh cinta, karena sebagai jawaban dari rasa penasaran keingintahuan kita tentang jatuh cinta. Kenapa harus ada air mata yang jatuh saat kesedihan, biar kita bisa berempati atau bahasa jawa-nya tepo sliro (merasakan penderitaan orang lain), dan peristiwa-peristiwa lainnya yang bisa menjawab kebelumtahuan kita.
Sebuah peristiwa bisa dijadikan sebagai pencerahan bagi kita, bisa menimbulkan sebuah inspirasi baru untuk mencipta sesuatu. Peristiwa jatuhnya sebuah apel dari pohon, menjadikan seorang Newton, cukup untuk menemukan sebuah teori gravitasi. Sebuah bencana akan memberikan pencerahan bagi kita untuk kembali menyerahkan semuanya pada Tuhan setelah berbagai macam ikhtiar yang kita lakukan. Semua berpulang pada kita untuk memaknai sebuah peristiwa yang terjadi.
Sebuah peristiwa bisa juga digunakan sebagai pembuktian atau penguatan Pendapat yang telah kita miliki dan kita yakini. Kejadian-kejadian yang bermakna spiritual biasanya sudah kita yakini sebelumnya apapun agama dan keyakinan kita. Suatu misal peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW yang kalo dilihat hanya dengan “Ilmiah semata” akan terasa controversial. Tetapi kalo sudah ada keyakinan sebelumnya, peristiwa tersebut akan menguatkan pendapat yang telah kita yakini tentang keAgungan Tuhan. Memang ada kalanya, suatu peristiwa dengan mudah dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tetapi masih banyak juga ilmu pengetahuan dan tekhnologi belum mampu menguak hakikat dari suatu peristiwa. Bidang inilah sebenarnya yang harus menjadi tantangan bagi kita semua untuk selalu iqro’ (membaca), berpikir, dan bekerja keras dalam rangka ikhtiar untuk memahami peristiwa-peristiwa yang oleh Tuhan sengaja diciptakan untuk meningkatkan derajat keilmuan kita. Pada akhirnya hasil dari Ikhtiar kita harus bermuara pada semakin kuatnya keyakinan kita akan KeAgungan Tuhan.
Waktu dan peristiwa tergantung bagaimana kita memaknainya, bisa berjalan terasa lambat atau cepat yang semuanya akan melahirkan kenangan. Saat kita menantikan sesuatu yang kita harapkan, waktu bisa sedemikian lambat-nya, ada kalanya waktu seakan bergerak sangat cepat yang kita serasa ingin menahannya sedetik saja, saat-saat terindah yang kita miliki.
Demikianlah waktu, maka menurut penulis apa yang ditulis seniman besar kita, yang pernah meninggal di usia masih muda Chairil Anwar dalam sebait Puisinya:
“Hidup hanya menunda kekalahan”.
Bukan sebagai sebuah pesimisme dalam menghadapi hidup, tetapi lebih kepada kepasrahan kepada sang Pencipta bahwa pada akhirnya kita akan dikalahkan oleh usia dan Waktu.
Ya pada akhirnya…………………………………………………………………………………………………………………………………

Tidak ada komentar: