Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Sabtu, 24 Mei 2008

BBM (Bolak balik mundak).

Dalam sebuah obrolan ringan di pangkalan ojek, seorang tukang ojek berkata :”BBM naik lagi”, terus tukang ojek lainnya barkata:”Ya mesti aja BBM khan singkatan dari Bolak balik mundak (Sering naik)”. Ada sebuah satire yang sublime, saat penulis mendengar obrolan tersebut. Mungkin terkesan guyon sekenanya, tapi itulah gambaran yang mereka ketahui, hanya sebatas itulah kemampuan masyarakat kita menyikapi kenaikan BBM baru-baru ini, dan itulah masyarakat terbanyak yang menghuni struktur kependudukan di Indonesia. Mereka tidak pernah tahu hitung-hitungan yang rumit tentang neraca APBN, subsidi, Harga minyak dunia, penghematan energy, kompensasi, dan lainnya. Dan inilah sebenarnya tugas kita bersama untuk membuat mereka jadi tahu ada apa dibalik kenaikan harga BBM.
Ada 2 kubu yang menurut penulis bersikap pro dan kontra dalam rencana kenaikan harga BBM, masing-masing punya argumentasi dan didukung data-data yang menurut mereka sama-sama sahih dan Valid, dengan tingkat presisi yang tinggi. Kubu pertama yang Pro diwakili oleh pemerintah dan para insan akademis yang mendukungnya. Sedangkan kubu kedua yang bersikap Kontra diwakili oleh mahasiswa dan didukung oleh para menteri yang pernah mencicipi nikmatnya kekeuasaan. Sedangkan sebenarnya ada kubu yang paling besar jumlahnya tapi tidak mempunyai akses untuk sekedar mengetahui apa yang terjadi, yaitu masyarakat awam yang menuruti apapun yang menjadi keputusan pemerintah.
Dari kubu pemerintah dalam beberapa hari menjelang kenaikan sering menampilkan alas an-alasan kenapa harga BBM harus dinaikkan beserta solusi praktis dalam pengurangan efek negative yang dirasakan masyarakat. Disebutkan harga minyak di pasaran dunia yang mencapai 125 US Dolar amerika per barel telah menjadikan subsidi jadi membengkak, karena kita masih jadi pengimpor minyak. Ini sebagai alas an pertama. Alas an yang kedua Subsidi tidak tepat sasaran, karena dari 113 trilyun rupiah nilai subsidi, 75 trilyun-nya diberikan kepada masyarakat kaya yang punya mobil pribadi, berarti hanya 40 % masyarakat kaya menikmati 70 % subsidi BBM.
Dari kubu yang Kontra kenaikan harga BBM memberikan data bahwa biaya Produksi untuk 1 barel minyak adalah 10 US Dolar amerika, apabila kita bisa menjual per barel 70 US Dolar di pasar domestic sudah berapa keuntungan yang di dapat, belum lagi kalau bisa diekspor 125 US Dolar amerika di pasar Internasional, berarti pada dasarnya tidak memerlukan Subsidi. Alas an yang kedua hanya berapa mobil pribadi yang dimiliki orang kaya dan sebenarnya yang memerlukan untuk pembelian BBM adalah benar-benar rakyat miskin yang hanya bisa naik angkutan umum, merekalah konsumen terbesar karena konsumsi terbesar pada BBM adalah terdapat pada angkutan UMUM. Sehingga memang sangat diperlukan harga BBM yang murah. Yang ketiga adalah akan adanya second Effect secara tidak langsung bila ada kenaikan BBM yaitu kenaikan harga-harga barang karena membengkaknya biaya produksi dan transportasi atas barang dan jasa, yang muaranya menjadi beban hidup masyarakat menjadi semakin berat.
Kembali kubu pertama yang pro memberikan argumentasi bahwa nantinya uang hasil penghematan subsidi akan digunakan untuk Bantuan kepada rakyat miskin dengan analogi di media massa :
1.Diberi ikan.
Yaitu memberikan bantuan langsung tunai, beras untuk rakyat miskin, bantuan operasional sekolah, dan jaminan kesehatan Masyarakat.
2. Diajari memancing.
Yaitu memberikan bimbingan kepada masyarakat dengan sarana program pendampingan untuk memberdayakan Usaha kecil dan menengah dalam mengelola usahanya.
3. Dibantu punya pancing dan perahu sendiri.
Dengan memberikan kredit kepada rakyat miskin berupa KUR (kredit untuk rakyat) 5 juta ke bawah tanpa agunan sama sekali, dan menurut versi pemerintah sudah tersalurkan 4 trilyun.

Sama-sama argumentative data dan alas an yang diberikan kedua kubu. Menurut penulis yang awam dan naïf dalam samudera ilmu ekonomi yang dalamnya tak terduga, ada beberapa alas an yang bisa dikompromikan dari kedua kubu.
Yang pertama, kita mulai dari segi produksi minyak, harusnya mulai sekarang kita optimalkan semua produksi kilang-kilang minyak yang ada, kita sesuaikan dengan kemampuan kapasitas produksi yang optimal. Kita buat aturan yang mendukung efisiensi biaya produksi, dipangkas biaya-biaya siluman yang tidak perlu, dibuat iklim usaha yang kondusif bebas dari Pungutan-pungutan liar, korupsi dan nepotisme. Untuk Kontrak kerja yang menguntungkan pihak asing kita negoisasi ulang dengan sharing laba yang saling menguntungkan seperti EXXON, MOBIL Oil, BP, dan lainnya. Sehingga kita bisa menjadi pengekspor minyak dan mendapatkan untung bila harga minyak naik di pasaran dunia. Sehingga kita tidak memerlukan subsidi lagi. Dan juga mulai dipikirkan untuk Konversi dan difersifikasi Energi alternative agar ketergantungan kepada BBM berkurang.
Yang kedua, langkah-langkah mulia yang direncanakan pemerintah sebagai pengentasan kemiskinan kita dukung sepenuhnya dengan cara ada pengawasan implementasi di lapangan sampai ke tingkat yang paling rendah, sehingga apa yang direncanakan akan sampai kepada masyarakat dengan efektif dan efisien. Menurut penulis analogi diberi ikan, diajari memancing, dan dibantu punya pancing dan perahu sendiri, masih ada tambahan lagi, yaitu diajari cara menjual ikan di pasar. Maksudnya adalah bagaimana mengajari rakyat untuk paham jalur distribusi dalam mekanisme pasar, bagaimana cara mengetahui perubahan harga, bagaimana cara mempunyai skill untuk pemasaran, semua itu sangat diperlukan.
Belajar dari masa lalu saat pemberian kredit dengan bunga lunak kepada petani dan nelayan yang kurang berhasil pada saat implementasinya, karena mereka yang sudah mendapat pancing, perahu, dan ikan tidak berhasil secara optimal menjual ikannya, karena tidak mengetahui jalur distribusi dan harga yang tepat, terutama adanya informasi yang asimetris mengenai disparitas harga. Maka setelah sekarang ada Program kredit tanpa Agunan dengan nama KUR (kredit untuk rakyat) ini, juga harus diberikan pasar oleh pemerintah beserta rantai distribusinya dengan harga yang tepat untuk output produksi dari UMKM tersebut, suatu misal memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM masuk ke Supermarket-supermarket besar dalam menjual hasil produknya. Bisa ke Carrefour, Giant, Indomaret, Alfamart, dan sebagainya.
Dan yang perlu diperhatikan lagi adalah dalam program pemberdayaan dan pendampingan dari pengusaha besar kepada pengusaha kecil, haruslah di awali dengan niat yang betul-betul ikhlas untuk memberdayakan usahanya dan bukan dengan tujuan tersembunyi untuk menguasainya dan mengeksploitasi labanya.
Harga BBM sudah dinaikkan, dan kita berharap semoga program-program pengentasan kemiskinan yang direncanakan bisa berjalan optimal pada tahap ekskusi dan implementasinya. Kita doakan para pembuat kebijakan, terutama Ibu Sri Mulyani sebagai Menkeu yang setiap helai rambutnya bagaikan cahaya ilmu, bisa memberikan yang terbaik baik masyarakat Indonesia. AMIN.

Tidak ada komentar: