Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Translate To Your Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Rabu, 07 Oktober 2009

17/16 Oleh: Ahmad Syafii Maarif


Gempa Sumatra telah mendorong sebagian orang untuk memberikan tafsiran spiritual. Tafsiran semacam ini tentu boleh saja, asal tidak dibuat kesimpulan yang serbapasti sebab kita tidak tahu keterkaitan hukum alam dengan kelakuan busuk manusia. Kita hanya mungkin menghubung-hubungkannya secara positif spekulatif. Di seberang itu, Allah yang Mahatahu, ilmu manusia terbatas adanya. Berspekulasi untuk suatu kebaikan tidaklah terlarang, apalagi itu bertujuan agar masyarakat luas, kita semua, menjadi sadar akan segala dosa dan dusta yang mungkin telah dilakukan dan tidak jarang berlindung di bawah naungan ayat-ayat suci, seperti perbuatan teror yang terjadi selama ini.

Demikianlah, pada 02 Oktober 2009, pukul 19.43, dari seorang yang tidak menyebut nama, saya menerima SMS sebagai berikut. Gempa Sumatra Barat terjadi tepat pukul 17.16 WIB, sementara QS 17 (Al-Isra) ayat 16 berbunyi, Dan, jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka, sudah sepantasnya berlaku perkataan (ketentuan Kami). Kemudian, Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.

SMS yang satu lagi dikirim oleh penyair Bung Taufiq Ismail yang tertanggal 05 Oktober 2009 pukul 06.01. Bunyinya, Asw. Kaitan antara gempa Padang pukul 17.16 dengan AQ [Alquran] 17:16 ditemukan oleh seorang ulama muda. Dahsyat. Saya terpukau. Baik kita renungkan bersama. Saya rasa, SMS semacam ini telah beredar secara luas, tentu dengan tujuan mulia agar bangsa ini, kita semua, tidak terus berkubang dalam perbuatan yang dimurkai Allah sehingga alam mengamuk. Dalam Alquran, kaitan antara kedurhakaan manusia dengan kemarahan alam banyak kita temui. Ingat, kisah Nabi Nuh yang dilecehkan kaumnya, kesombongan kaum Ad, kaum Tsamud, kepongahan Fir'aun, dan banyak lain. Tujuan moral dari semua kisah ini satu: agar manusia tidak larut dalam dosa, tidak lupa daratan, tidak lupa lautan, harus cepat kembali ke jalan yang benar. Sebab, alam semesta ini ada Pencipta dan Penjaganya. Manusia tidak boleh berbuat semau gue , seenak nafsunya di muka bumi ini.

Bagaimana dengan musibah Sumatra, Jawa, dan pulau-pulau lain? Apakah manusia di kawasan-kawasan ini sudah demikian jauh melampaui batas ketentuan Allah sehingga alam diperintahkan untuk mengajar mereka? Jawabannya, kita hanya bisa berspekulasi, mencocok-cocokkan, tidak lebih dari itu. Kebetulan gempa Padang pada 30 September lalu terjadi pukul 17.16 tersambung dengan Alquran surat 17 ayat 16. Apakah kelakuan orang Minang sudah sangat buruk, lalu diajar dengan gempa dahsyat itu? Bagaimana Jakarta sebagai pusat kekuasaan dan pusat bisnis yang sarat dengan kongkalingkong, korupsi, dan nepotisme serta segala tipe kelakuan busuk lainnya, hanya menanti giliran? Kita tidak bisa mengatakannya. Yang perlu kita lakukan ialah kita semua eling (Jawa, ingat dan sadar) agar petualangan dosa yang kita lakukan tidak diteruskan. Siapa tahu dengan eling itu, bangsa ini tidak lagi terus-menerus dilanda musibah dan bencana berulang-ulang yang sungguh ngeri dan mematikan.

Saya tidak membela kelakuan buruk sebagian orang Minang, tetapi kelakuan semacam itu dapat kita jumpai pada semua etnis di nusantara. Jika berbeda, tentu kadar dan coraknya saja. Bagaimana dengan gempa dan tsunami Aceh akhir Desember 2004 yang jauh lebih dahsyat, gempa Yogya Mei 2006. Apakah orang Aceh atau orang Yogya telah demikian jauhnya dari jalan yang benar sehingga alam harus memukulnya? Sekali lagi, kita tidak bisa menjawabnya. Namun, menurut agama, kita tidak boleh berburuk sangka kepada Allah. Semua kejadian, yang baik dan yang buruk, tidak satu pun yang luput dari pengetahuanNya.

Kewajiban kita adalah membantu saudara-saudara kita yang ditimpa musibah dengan tidak menghubung-hubungkannya dengan dosa yang mungkin telah dilakukan. Dalam Alquran, ada diktum yang misterius bahwa fitnah (cobaan/ujian), azab, musibah, atau bencana tidak ditimpakan kepada mereka yang zalim semata, yang baik pun bisa terkena, Dan takutlah/awaslah kamu terhadap fitnah yang tidak hanya menimpa khusus mereka yang zalim (QS Al-Anfal: 25). Maka, adalah kewajiban orang baik untuk melawan dan meniadakan penyebab fitnah agar kezaliman tidak merajalela. Gempa Sumbar, entah gempa mana lagi, karena rangkaian kepulauan nusantara memang rentan terhadap berbagai bencana alam, harus dihadapi dengan sikap positif melalui solidaritas yang tinggi terhadap saudara-saudara kita yang sedang mendapat cobaan berat.

Tidak ada komentar: