Tidak banyak yang tahu bahwa Rendra Pernah merekam Puisi-2nya dalam Kaset rekaman. Judulnya adalah Serenada Merjan.
Dilaunching tahun 1979 oleh perusahaan rekaman Granada.
Bagi yang ingin mendownload Format MP3nya silahkan klik link ini:
http://goesprih.blogspot.com/
Nota bene : Aku kangen-WS Rendra
Lunglai - ganas karena bahagia dan sedih,
indah dan gigih cinta kita di dunia yang fana.
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala.
Ada pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanya.
Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
untukmu hidupku terbuka.
Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku.
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.
Jakarta, Kotabumi, 24 Maret 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
Rendra yang menyatakan bahkan sejak masa SLA-nya ketika sudah bergiat dalam pembacaan puisi, bahwa sastra merupakan seni pertujukan. Orang tidak duduk di pojok membaca buku dan menikmatinya sambil bermenung-menung. Orang membacanya keras-keras, mendengarkannya, menginterpetrasikannya dan mengolahnya, baik itu teks wayang, sebuah kakawin, tembang jawa atau sebuah pantun melayu.
Rendra wafat pada malam bulan purnama, bulan yang penuh, yang perkasa, yang menyinari jagad raya dengan sempurna. Apakah ini sebuah pertanda akan keperkasaan dirinya dalam Membela Masa Depan, seperti sebuah judul buku terbarunya yang berisi 5 buah orasi yang sangat memukau itu?
Mengurai sejarah pemikiran Rendra, adalah mengurai kemampuannya untuk mengejawantahkan ramalan ke dalam panggung teaternya. Betapa trilogi Sophokles, sebuah naskah Yunani Kuno (Odipus Raja, Odipus di Kolonus, dan Antigone), menjadi kritik yang menguak realitas sejarah setelah diterjemahkan kedalam panggung secara cerdas oleh Rendra. Drama tragedi Yunani Kuno itu menjadi sebuah kenyataan pada Negara Indonesia yang lahir ribuan tahun kemudian. Dengan kata lain, Rendra memiliki visi kapujanggan kontemporer yang hampir mendekati Ronggowarsito.
Trilogi Sophokles itu begitu menyublim dalam diri Rendra sehingga kelak di kemudian hari, melahirkan karya dramanya yang sangat spektakuler, yang dipentaskan di Istora Senayan selama 8 jam, yakni Panembahan Reso. Drama ini rupanya menjadi titik kulminasi keaktoran Rendra. Setelah itu, ia seperti meluruh dalam perenungan yang panjang yang kemudian melahirkan dua kali pentas ulang atas naskahnya sendiri Kisah Perjuangan Suku Naga dan naskah saduran Hamlet.
.
Rendra telah berpamit dengan kata-kata sastra yang indah, demi keindahan kata itu sendiri, seperti yang telah lama mendominasi puisi Indonesia. Diapun tidak hanyut dalam berbagai eksperimen yang simbolis, imajis, atau surealis seperti kebanyakan rekan-rekan mudanya seangkatan di Indonesia. Dia tidak menghidangkan teka-teki tetapi menulis untuk dimengerti.
Dan Rendra juga telah berpamit pada kita semua. Semoga kita bisa menjalankan salah satu kalimat terkenalnya :
“Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”
Judul Album : Serenada Merjan
Penyair : Rendra
Tahun : 1979
Produksi : Grenada
Madiun, 14/08/2009
Arif Gumantia
Artikel ini di olah dari :
1. Http://goesprih.blogspot.com
2. Artikel Alayka Qomarun ya Rendra Mas Esthu di facebook.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar